Azkan memutar bola matanya memandang wanita anggun yang sangat ia hormati itu.
“Sepertinya ini tidak akan berakhir Ma. Aku akan berbicara dengan Gadis itu langsung Ma."
"Ngapain?" Nyonya Lidia sudah menduga bahwa Putranya pasti ingin menemui Maziya.
"Aku tahu kalau Mama selama ini selalu diam-diam bertemu dengannya untuk melayani keinginannya dan obsesinya dengan uang. Jadi beritahu aku dimana dia tinggal sekarang Mah!"
Nyonya Lidia memerah,“Kalau kamu mau menyingkirkannya, mengancamnya, Mama nggak akan mau.”
Nyonya Lidia terbata, Ia merasa takut tanpa alasan. Meskipun putranya itu tidak pernah mengasarinya, tetapi Azkan sangat ketat dengan orang di luar keluarga mereka.
Masih segar dalam ingatan, ketika Azkan memergoki mantan pelayan wanita mereka yang mencuri barang-barang Nyonya Lidia. Wanita tersebut mencoba mengelabui Tuan Alam bahwa itu pemberian Nyonya Lidia dan bahkan mencoba menggoda Tuan Alam.
Saat itu Azkan sudah melaporkannya ke polisi, ia mengancam wanita tersebut jika tidak pergi dari kota yang mereka tempati untuk selamanya maka sebagai gantinya akan membusuk di penjara. Wanita tersebut memohon ampun bahkan sampai lututnya berdarah, sekarang wanita tersebut benar-benar menetap di kota lain menjalani kehidupannya yang biasa.
Hal yang sama juga terjadi pada Maziya. Direndahkan sedemikian rupa hingga gadis itu tidak sanggup menapaki Serziano Grup.
Nyonya Lidia benar-benar melindungi Maziya. Sehingga Azkan tak bisa bertindak kasar dan kejam seperti yang ia lakukan pada manatan pelayan wanita itu.
Azkan hanya bisa menyelidiki Maziya diam-diam, selain menghabiskan uang bersama Mamanya, Azkan tahu kalau Maziya hanya sibuk menyelesaikan sekolah dan kuliahnya. Setidaknya, Maziya memiliki manfaat menggantikan posisi Azkan untuk dipamerkan pada teman-teman Mamanya, Sosialita yang super rempong termasuk Mamanya Rasti.
Azkan mengangguk, “Aku tidak perlu bertanya karena aku tahu dia tinggal di apartemen yang sering Mama kunjungi.”
“Tentu saja kamu tahu, untung Mama nggak tersinggung karena dimata-matai anak sendiri.”
"Aku Cuma mau melindungi Mama."
“Kamu sangat keras kepala Azkan.Siapa sih yang kamu tiru?”
“Mamanya” Tuan Alam menimpali.
“Kamu boleh saja menemuinya, tapi Awas kalau sampai kamu melukainya. Mama nggak akan pernah maafin kamu.”
Dengan sorot matanya saja, Nyonya Lidia sudah mengisyaratkan. Maziya tidak boleh kenapa-kenapa di tangan putranya yang bisa sangat menakutkan ketika sudah marah.
Nyonya Lidia menempelkan bokongnya ke sofa."Huh"
"Tapi Ma?"
“Apa lagi sih Azkan?”
"Aku mau bertanya sandi rumahnya saja Ma?"
“Buat apa kamu nanya sandi rumahnya, kamu mau mencuri?”
“Bukan Ma, aku mau menanyakan apa alasan dia ingin menikah.”
“Kenapa, apa lagi alasannya menikah kecuali untuk menyelamatkan harta keluarga kita, dan juga mencintai kamu.”
Azkan bersikap jengah, apa hanya ia saja yang mengetahui maksud gadis itu menyukainya karena ia kaya dan merupakan satu-satunya pewaris dari Serziano Grup. Apa hanya ia saja yang merasakan bahwa Maziya benar-benar licik terlepas dari betapa manisnya wajah atau sikapnya.
“Bagaimana aku harus menjelaskannya Ma, kalau aku tahu alasan dia mau pasti karena tawaran Mama. Tidak lain dan tidak bukan pasti Karena uang.”
Nyonya Lidia tiba-tiba merubah air mukanya. Tampak seperti kucing yang ketahuan mencuri ikan. Memang dia memakai uang untuk membujuk Maziya, tetapi Maziya melakukannya karena takut kehilangannya.
“Kenapa Mama diam?” Tuan Alam bingung melihat Istrinya.
Azkan tersenyum simpul, “Tentu saja Mama diam Pa, satu-satunya hal yang tidak akan pernah hilang dari gadis itu adalah obsesinya dengan uang."
"Azkan!!" Nyonya Lidia Hampir berteriak.
"Bagaimana jika aku tawari dia uang yang lebih besar. Aku yakin dia akan bertekuk lutut. Mama akan mengetahui sifat aslinya bagaimana.”
“Kamu benar-benar meragukan Mama ya Azkan. Ya udah sana pergi. Kalau kamu bisa membuat dia berubah pikiran. Mama akan turuti keinginan kamu mencari sembarangan wanita.”
Nyonya Lidia memberikan alamat apartemen Maziya serta nomor sandinya juga. Azkan melenggang pergi, meminta Barga mewakilinya di kantor karena ia akan menemui Maziya.
Ia pergi mengendarai mobil sport bewarna putih miliknya.
.....
Di sisi lainnya, Maziya sedang asik melihat foto-foto kelulusan bersama teman-temannya. Ia menaruh perhatian pada sosok Miko yang tampak meliriknya dari jauh.
“Apa Miko lagi ngelihatin aku?. Tapi nggak mungkin, bisa saja dia melihat teman yang lain. Tapi Kan yang lainnya?”
Maziya menatap teman-teman yang berfoto dengannya. Stella dan Amy sudah memiliki pacar yang kaya. Sementara Ririn dan Aliza melanjutkan S2 mereka dan sepertinya mereka juga punya pacar pengacara dan Dokter.
Maziya sengaja menjadikan mereka teman gank satu Circle. Mereka punya prinsip memiliki lelaki kaya dan jaminan mapan hingga hari tua. Prinsip yang disukai Maziya.
Satu-satunya yang tersisa adalah Viola, anak orang kaya yang lebih memilih jadi seorang fotografer. Jika teman yang lainnya hanya sekedar Circle atau Gank biar dipandang elit bagi Maziya. Maka lain dengan Viola, mereka sangat dekat bisa dikatakan sebagai sahabat satu frekuensi.
Maziya bertubuh pendek tidak semampai seperti Viola, tetapi akal Maziya tidak sependek itu. Mereka saling melengkapi, mungkin kemolekan tubuh boleh jadi Viola lebih unggul, namun kepintaran Maziya tiada dua.
Viola tahu kalau Maziya mendekatinya karena ia kaya, tetapi hal itu tak pernah membuat hubungan persahabatan mereka hancur. Viola juga mendekati Maziya karena ia merasa Maziya yang paling bisa membuatnya nyaman.
Maziya mencintai uang, namun tetap saja Maziya baik padanya. yang paling berkesan bagi Viola adalah saat dimana Maziya membantunya meloloskan diri dari preman dengan cara menyerahkan banyak uang.
Ponsel Maziya tiba-tiba kehabisan daya dan mati saat ia sedang asik menaik turunkan layar melihat foto, sehingga ia tidak tahu kalau Nyonya Lidia mengabarinya lewat WA. Maziya mencolokkan pengisi daya ke ponselnya.
Ia berjalan ke kamar untuk membereskan Buku-buku yang tak terpakai lagi. Buku-buku itu ia masukkan ke dalam kardus. Jika ada buku yang masih bagus mungkin bisa disumbangkan. Buku yang rusak bisa ia berikan ke pemulung yang lewat.
"Mandi dulu ah" Usai beberes Maziya memutuskan untuk mandi karena ia lelah dan berkeringat.
...
Tanpa pikir panjang lagi, Azkan segera mencari unit yang ditinggali Maziya. Setelah satu jam berkendara, dia menurunkan kakinya di tanah menatap gedung bertingkat di hadapannya.
Ia menelisik ke seluruh area, strategis dan aman, itulah dua hal yang dapat ia rasakan sebagai pewaris dari Serziano Grup saat melihat Gedung Apartemen tersebut.
“Bahkan kamu tinggal di apartemen senyaman ini, hidup kamu benar benar mewah dengan memanfaatkan kebaikan Mamaku, Maziya.”
Dengan langkah besar Azkan menelusuri tiap kamar Di lantai 3, dan menemukan unit 203. Ia menekan sandi dan masuk. Karena di ruang tamu tidak ada siapa-siapa, Azkan masuk ke kamar Maziya.
Maziya keluar dari kamar mandi dan melihat punggung seseorang yang berperawakan tinggi dan bahu yang lebar masuk ke kamarnya. Ia segera membuka laci dan mengambil semua alat pertahanan diri yang dibelikan oleh Nyonya Lidia.
Ada pisau dapur, ada obeng, ada bor listrik, semprotan merica, alat kejut listrik, pistol listrik jarak jauh yang biasa dipakai oleh polisi pun pun juga ada.
Maziya memilih pistol listrik dengan mempertimbangkan keamanan apabila orang yang menerobos itu memiliki senjata.
Kamu pikir karena aku tinggal sendirian aku akan takut apa.
Maziya berjalan perlahan menuju kamarnya, saat akan membuka pintu. Azkan duluan membuka dari dalam karena tidak menemukan Maziya. Sebuah pistol listrik menyambut Azkan dan menempel tepat di badannya sehingga ia tersetrum hingga kejang-kejang sesaat lalu pingsan.
“Rasain kamu dasar mal,, “ Maziya melihat wajah tak asing yang menjadi korban pistol listriknya.
"Kak Azkannn!!!" Maziya berteriak mendapati orang itu ternyata Azkan.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments