Pagi ini, Sela tidak beranjak dari kamarnya. Dia tidak ingin bertemu dengan kedua orang tuanya yang sudah mengeluarkan sumpah serapahnya sejak semalam. Suara musik yang berbunyi keras menemani Sela yang sedang bermalas-malasan.
Pintu kamar yang masih tertutup rapat disertai suara musik yang terdengar keras serta tidak adanya tanda-tanda pergerakan dari dalam kamar Sela, membuat mamanya semakin naik darah.
"Pa, harusnya papa lebih tegas terhadap Sela" Sarah melontarkan protesnya terhadap sang suami
"Harus tegas bagaimana, Papa tidak bisa memaksanya lagi. Karena saat ini dia sudah dewasa dan bisa memilih mana yang terbaik buat dirinya" Prabu masih bisa mentoleransi dengan sikap memberontaknya sang anak gadis, baginya anak gadisnya memperlihatkan jati dirinya
"Bukan memaksa Pa.... tapi mengarahkan" Sarah masih mempertahankan pendapatnya
"Mengarahkan untuk tidak putus dengan Marcel? Mama lupa, bagaimana kisah percintaan anak-anak muda, putus-nyambung... Sudah berapa kali kejadian seperti ini, pada kenyataannya mereka masih berhubungan lagi" Memang beberapa tahun Sela dan Marcel berhubungan selalu putus-nyambung. Bukan suatu peristiwa yang membuat Prabu ataupun Broto menjadi panik
"Sudahlah Ma, Papa harus cepat pergi ke kantor, agar pekerjaan segera selesai dan keuntungan yang kita dapatkan semakin besar" Prabu mengambil tas kerja yang berada di genggaman Sarah dan mengecup sekilas kening istrinya
Hingga malam menjelang, Sela masih tetap setia di dalam kamarnya. Dia keluar dari kamar ketika mengambil pesanan makanan yang dipesan dari sebuah aplikasi di telepon pintarnya.
Sarah semakin geram dengan tingkah anaknya seharian ini. Bertemupun tidak ada yang menyapa. Baru kali ini Sela berbuat semaunya.
Prabu pulang dengan wajah tidak bersahabat. Semangat pagi tadi kini sudah luntur digantikan dengan wajah masam dan tidak ada semangat untuk sekedar berbicara.
"Pa, ada apa? Baru juga masuk rumah wajahnya sudah masam begitu, nanti rejekinya diambil orang lho" Sarah membuka pembicaraan untuk mencairkan suasana yang sangat kaki tidak seperti biasanya.
Awalnya Sarah ingin mengeluarkan unek-uneknya mengenai Sela, namun karena suaminya dalam keadaan seperti itu, Sarah mengurungkan niatnya.
Makan malam hanya ada Sarah dan Prabu, tidak ada pembicaraan apapun selama mereka makan. Baru setelah selesai makan Prabu menanyakan keberadaan anak gadisnya yang tidak terlihat sejak dia memasuki rumah.
"Sela ada di mana Ma?"
"Mungkin ada di kamarnya"
"Kok mungkin?"
"Papa tahu tidak, karena toleransi dari Papa, sejak pagi dia tidak keluar dari kamar dengan suara musik yang memekakkan telinga. Di rumah ada makanan tapi dia malah pesan makanan dari luar, tidak menegur mama sama sekali" Akhirnya yang sejak tadi Sarah tahan keluar juga mengungkapkan kekesalannya
"Sebenarnya apa sih maunya anak itu?" Prabu beranjak dari kursi makan dengan gusar menuju kamar Sela
Beberapa kali mengetuk pintu kamar Sela, namun tidak ada jawaban sama sekali dari dalam, sehingga Prabu mendobraknya beberapa kali, namun tidak berhasil membukanya. Sela yang tidak tahan dengan pintu yang didobrak membukanya dan segera berlalu menuju ke kasur merebahkan diri di sana.
"Papa sudah sangat sabar dengan perilakumu akhir-akhir ini, namun Papa harap hubunganmi dengan Marcel segera membaik agar tidak berpengaruh buruk dengan perusahaan Papa" Prabu mendekat dan membel*i rambut hitam lurus milik Sela
"Sela tidak mau Pa, aku sudah tidak mencintai Marcel dan tidak akan pernah kembali dengan dia meskipun Papa memaksa" Sela masih menjawab dengan lembut
"Tapi Sel, apakah Sela tahu jika pagi ini Broto ayahnya Marcel mengancam Papa jika kalian tidak kembali bersama maka kerja sama kami akan berakhir juga"
"Kalau Papa ingin berhasil dengan usaha sendiri, bukannya itu berita terbaik.... Papa bisa membuktikan kepada dunia jika Papa mampu menjadi orang yang sukses tanpa adanya pihak dari luar mencampurinya"
Sarah ikut masuk ke kamar Sela, mendengar ucapan anaknya yang begitu ringan menganggap kehidupan begitu mudah dalam pikirannya.
"Memangnya semudah itu untuk mencapai kesuksesan? Tidak seperti yang ada dalam khayalanmu, dalam bisnis kita membutuhkan orang lain untuk memperkuat dan mempertahankan posisi" Sarah sudah mulai bicara dengan nada tinggi
"Bisa saja kita bisnis dengan usaha kita sendiri tanpa harus bergantung dengan dukungan dari orang lain" Sela juga semakin tinggi
"Buktikan kalau kamu bisa memulai bisnis dengan usahamu sendiri, jika kamu bisa membuktikannya maka Mama akan menyetujui semua perkataanmu"
"Baik, akan Sela buktikan jika Sela mampu memiliki bisnis sendiri dengan kekuatan sendiri menjadi sukses"
"Dengan cara apa? Kalau kamu masih di rumah ini, itu berarti kamu masih butuh dukungan orang lain, bukan berdiri di atas kakimu sendiri"
"Ok akan Sela buktikan, malam ini juga Sela akan keluar dari rumah ini dan akan membuktikan jika Sela mampu bertahan hidup dan memiliki bisnis yang kuat dikemudian hari" Sela memasukkan baju-bajunya ke dalam sebuah koper dan mengambil kunci mobil miliknya yang merupakan hadiah ulang tahunnya bulan kemarin
"Tanpa barang berharga yang diberikan Papamu, kalau kamu masih menikmati semua fasilitas dari kami, itu berarti kamu belum percaya kepada dirimu sendiri"
Mendengar perkataan mamanya mengenai semua fasilitas, Sela ikutan panas dan menguatkan semua kartu yang dia pegang selama ini untuk memenuhi semua kebutuhannya, tidak lupa semua kunci mobil dan motor miliknya juga diserahkan kepada Sarah.
"Ok Mama, ini adalah semua fasilitas yang kalian berikan selama ini kepada Sela, dan mulai saat ini Sela tidak membutuhkannya, Semoga Mama dan Papa tidak pernah menyesali dengan apa yang sudah Mama putuskan" Sela keluar kamar dengan menarik kopernya menuju pintu utama dan benar-benar keluar dari rumah orang tuanya hanya berbekal handphone ditangannya yang merupakan hadiah dari Tania.
"Sel... Sela... Apakah kamu tidak merubah keputusanmu Nak. Papa mohon tetaplah tinggal di sini, kalau kamu tidak di sini siapa nanti yang akan merawat Papa dan Mama ketika kami sakit Nak" Prabu masih saja mencoba membujuk Sela agar membatalkan niatnya untuk keluar dari rumah ini
"Bukannya kalian memiliki banyak uang, dengan uang itu kalian besi membeli apapun termasuk orang yang akan merawat kalian" Sela sudah membulatkan tekadnya untuk keluar dari rumah malam ini juga
Di depan rumah besarnya sudah terparkir mobil milik Tania karena beberapa waktu lalu, sebenarnya mereka berniat untuk pergi keluar untuk sekedar melepas penat.
"Sela, mengapa kamu bawa koper besar? Kita tidak akan menginap di tempat yang out kan...?" Tania yang melihat Sela menarik koper besar langsung mengajukan pertanyaan
"Mungkin hanya gue yang akan bermalam di sana" Sela menjawab dengan lesu
"Sebenarnya ada apa sih Sel, hingga kamu kabur dari rumah Lo?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments