Setelah kejadian semalam Sela tidak ada niat untuk keluar dari kamar kosnya. Dia merenungi nasibnya jika semalam terjadi sesuatu antara dirinya dengan lelaki itu, yang menjadi ketakutan terbesarnya adalah jika nanti dia hamil. Bahkan Sela tidak mengetahui siapa lelaki itu, yang dia ketahui hanyalah apartemennya.
Karena memikirkan banyak hal, hingga siang menjelang dia lupa untuk sekedar memasukkan makanan atau minuman ke dalam mulutnya. Tidak hanya lupa makan, bahkan makanan untuk dia makan saja tidak ada.
Terdengar suara sepeda motor yang berhenti di depan kosnya, ada seseorang yang mengetuk pintu. Sela enggan untuk sekedar membukanya, namun karena orang tersebut tidak mau berhenti mengetuk pintu, Sela akhirnya bangkit dari duduknya menuju pintu. Ada seorang driver ojek online yang berdiri di sana.
"Maaf mbak, mengganggu istirahatnya. Saya hanya ingin mengantarkan ini" Sang Ojol menunjukkan paper bag yang berada di tangannya terlihat sebuah gambar yang merupakan ikon restoran ternama yang tercetak jelas di sana
"Tapi saya tidak memesan apapun Pak, mungkin bapak salah alamat" Sela menolah menerimanya karena dirinya tidak memesan apapun
"Nama Mbak, Sela? Benar tidak?" Sang Ojol memastikan
"Benar, nama saya Sela. Saya tidak memesan apapun Pak" Sela bersikeras untuk tidak mau menerimanya
"Ini memang bukan pesanan mbak, namun ada seseorang yang memesannya untuk mbak, bahkan saya juga diberikan uang tip yang banyak asalkan bisa mbak terima. Kalau mbak tidak mau menerimanya makan uang itu tidak akan diberikan. Memangnya mbak tidak kasihan dengan saya, sudah jauh-jauh mengantarkan ke sini berharap akan mendapatkan uang lebih untuk keluarga saya, tapi mbak menolaknya, Ya sudah mbak, saya permisi" Ojol tersebut berbicara dengan sedikit memohon
"Maksud saya bukan seperti itu Pak, tapi saya memang tidak memesannya, ya sudah... saya terima dan bilang kepada pemesannya ucapan terima kasih dari saya" Sela dengan terpaksa menerima paper bag itu, dia merasa iba juga dengan ojok itu
"Terima kasih mbak, tapi sebagai bukti bahwabak sudah menerimanya saya harus mengambil gambar mbak dalam keadaan tersenyum bahagia" Ojol tersebut mengatakan syarat lain lagi
"Baiklah, silakan ambil gambar saya segera, karena saat ini saya capek banget" Dengan terpaksa Sela memperlihatkan barisan gigi putihnya dan menunjukkan paper bag agar segera diambil gambarnya.
"Terima kasih mbak" Ojol bergegas pergi setelah mendapatkan foto Sela, dia terlihat sangat bahagia.
Sela masih enggan membuka paper bag yang kini sudah berada di meja dalam kamarnya. Dia masih melamun dan berusaha mengingat kejadian semalam, hingga dia dikagetkan suara handphonenya.
"Halo, siapa ini" Sela menyapa penelpon dengan suara sinis
"Halo, sayang.... selamat siang... jangan lupa dimakan ya...." Suara maskulin seorang laki-laki yang sedikit familiar di telinga Sela
Sela mengira orang yang menelphonenya adalah Marcel, namun mengapa berbeda suaranya.
"Sebenarnya ini siapa sih... kalau masih tidak menjawab akan gue matiin telephonenya" Sela emosi karena tidak mendapatkan jawaban sesuai keinginannya
"Cantik-cantik kok emosian sih.... Padahal semalam kamu sangat manis lho... cepat makan, jangan sampai sakit lagi, takutnya yang sedang berkembang di dalam perutmu jadi terganggu, Selamat menikmati..." Sela belum menjawab namun sambungan telepon sudah dimatikan secara sepihak
"Dasar g*la..... Memangnya siapa dia, berani-beraninya memerintah saya" Sela bermonolog sambil mem*ki handphone yang masih berada di genggamannya
Sela berisik ngeri mengingat perkataan lelaki yang menelphon barusan. Tanpa dia sadari tangannya mulai mengusap perutnya yang rata sambil berfikir, "apakah benar di dalam sini ada yang sedang bertumbuh?"
"Tidak, tidak mungkin ada yang sedang tumbuh di dalam sini, semalam tidak terjadi apapun. Tetapi bagaimana seandainya benar-benar terjadi?" Berbagai macam pertanyaan silih berganti berada dalam otaknya dan membuat perutnya semakin terasa melilit
Sela segera meraih paper bag yang sempat dia acuhkan sejak tadi, karena tidak mungkin juga dia melewatkan makanan yang berasal dari restoran mewah dengan harga yang fantastik setiap porsinya. Sela mengetahui harga makanan di sana karena dia dulu sering makan di sana sebelum keadaannya seperti ini.
Tanpa berfikir lagi, Sela segera menghabiskan setiap makanan yang ada di dalam paper bag, selain ada makanan berat, ada juga camilan kesukaannya. Mata Sela berbinar melihat semua makanan favoritnya berada di hadapannya, karena sudah beberapa hari dia hanya makan makanan cepat saji atau bahkan makanan sisa dari even tempat dia bekerja.
Handphone milik Sela kembali berdering beberapa kali, awalnya Sela masih enggan menjawabnya, tertera jelas nomor yang terpampang di layar handphonenya tidak. lain dan tidak bukan adalah nomor yang sama dengan nomor yang beberapa waktu lalu menelphonnya.
Tanpa berniat untuk bersuara, Sela menggeser simbol berwarna hijau dan mulai menempelkan di telinganya
"Bagaiamana makanannya, enak tidak?" Tanpa basa-basi orang di seberang sana bertanya
"Pasti semuanya habis, karena yang saya pesan semua adalah favoritmu"
"Kalau kamu tidak mau bicara tidak apa-apa, akan aku kirimkan lagi makan malam untukmu Sela Anastasia say*ng....." Lelaki di seberang sana lagi-lagi memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak
"Dasar lelaki gil*, memangnya dia siapa? Dari mana juga dia tahu nama lengkap gue" Sela bermonolog
"Gue tidak akan sudi menerima makanan darimu lagi, tidak akan dan tidak akan pernah lagi gue menerimanya" Sela masih berbicara sendiri dengan nada kesal
Sela tidak mengenal dengan pasti siapa sebenarnya lelaki yang telah membuat hidupnya berubah dalam semalam. Namun, dia sempat mengagumi wajah lelaki itu yang terlihat begitu tampan jika dilihat dari jarak dekat, kulitnya yang putih bersih dengan potongan rambut rapi dan juga wangi tentunya. Tidak bisa dipungkiri oleh Sela jika lelaki itu pasti menjadi idaman banyak wanita di luaran sana.
"Masa bodoh dengan lelaki brengsek seperti dia" Sela tidak ingin terhanyut dengan bujuk rayu lelaki yang mengirimi makanan untuknya
Sela memilih untuk berselancar di sosial medianya yang sudah beberapa hari jarang dia gunakan karena kesibukannya bekerja paruh waktu di even perusahaan itu.
Ada beberapa pesan dari Marcel yang sudah tidak dia pedulikan. Ada beberapa pesan dari Tania, namun tidak ada satupun pesan dari kedua orang tuanya.
"Bahkan mereka tidak mencariku sama sekali, baiklah akan gue buktikan bahwa di sini gue bisa hidup dan akan menjadi sukses bahkan melebihi perusahaan mereka. Mulai saat ini gue berjanji tidak akan pernah menghubungi dan tidak akan pernah mencari tahu tentang mereka" Sela menghiruo udara sebanyak-banyaknya untuk melupakan semua tentang kedua orang tuanya. Tidak akan pernah membuka sosial medianya dan juga akan mengganti nomornya untuk memutuskan komunikasi dengan siapapun yang pernah mengenalnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments