Sudah waktunya jam pulang sekolah, karena hari ini tidak ada kegiatan jadi Rafael memutuskan langsung pulang. Ia tinggal di sebuah apartemen mewah di daerah Jakarta, tempatnya dari sekolah juga tidak terlalu jauh.
"Astaga dasar gak bisa rapih, padahal sudah diingetin," ucap Rafael kesal sambil membawa handuk di sofa.
Pria itu lalu masuk ke sebuah kamar dengan nuansa feminim, namun walau begitu barang-barangnya tidak tertata rapih. Jelas itu bukan kamarnya, karena Rafael sangat suka kerapihan.
"Padahal kemarin sudah aku rapihkan kamarnya, kenapa berantakan lagi? Dia itu ngapain sih selama di kamar? Perang?" tanyanya seorang diri.
Karena Rafael adalah orang yang tidak nyaman melihat sesuatu yang berantakan, tangannya ini jadi gatal ingin merapihkan. Padahal baru pulang sekolah dan badannya merasa lelah, tapi Ia juga bukan orang yang suka bermalas-malasan.
Ceklek!
"Lo ngapain di kamar gue?"
Pertanyaan bernada sinis itu, membuat Rafael menoleh sekilas, "Lagi masak," jawabnya.
"Bodoh lo, masa lagi masak di kamar."
Rafael memutar bola matanya malas, perempuan itu sudah tahu malah bertanya. Tanpa mempedulikan, Ia tetap melanjutkan kegiatannya merapihkan seprai di ranjang berukuran besar itu.
"Emangnya kamu gak suka rapihin dulu ranjang pas bangun tidur?" tanyanya.
"Gak ada waktu, gue kan bangun aja suka kesiangan."
"Makanya malamnya jangan bergadang."
"Lo aja gak tahu suasana nonton film pas malam itu ngedukung banget."
"Sama aja ah mau siang atau malam juga."
"Ck makanya cobain dulu, dasar anak bayi."
Mendengar ledekan itu, membuat Rafael langsung menoleh ke belakang. Menatap tajam perempuan yang sedang duduk di sofa sambil bersila. Perempuan itu terlihat tersenyum sinis ke arahnya sambil memakan permen lolipop. Terlihat pecicilan sekali.
"Enak aja, aku bukan anak bayi," bela Rafael.
"Iya lah anak bayi, tidur aja jam delapan. Sama kaya bayi baru lahir, tidurnya suka jam segitu."
"Bukannya harusnya semua juga tidur lebih awal ya? Kan ada tuh maksimal waktu tubuh untuk istirahat, Reva gak tahu ya?"
"Gak tuh!" acuhnya mencoba tidak mau kalah.
"Nanti kalau kamu sering bergadang, bisa-bisa sakit."
"Gak akan, gue gak selemah itu kali. Beda lagi kalau lo yang bergadang, kayanya besok pagi juga bakalan sakit. Tubuh lo kan kurus kerempeng gitu hahaha."
Rafael mengerucutkan bibirnya karena terus diledek. Ia tentu tidak terima, tapi juga malas membalas karena pasti akan terjadi keributan. Ujung-ujungnya Rafael lagi yang terpojok kan, perempuan di depannya itu selalu tidak mau kalah.
"Aku sudah rapihin kamarnya, jangan di berantakin lagi," ucap Rafael.
"Gak janji ya."
"Ayolah jangan begitu, hampir setiap hari kanar kamu selalu aja berantakan. Habis ngapain sih?"
"Gak tahu gue juga bingung, kayanya kamar gue gak bisa gitu rapih kaya lo. Padahalkan lo cowok, kayanya kita kebalikan sifat deh."
Rafael membelakan matanya sebentar, "Ekhem kayanya enggak juga, soalnya aku cowok tapi gak pernah bully atau malak orang," dehemnya.
"Apa?"
Saat melihat perempuan itu beranjak dan mulai mendekatinya, membuat Rafael panik sendiri. Apakah perempuan itu marah? Sepertinya begitu. Melihat seringai di bibir merah itu semakin lebar, membuat Rafael sampai meneguk ludah kasar.
"Jangan mendekat!" cegah Rafael sambil merentangkan tangannya di depan, seperti memberi jarak.
Tetapi hanya itu saja tidak membuat si perempuan berhenti, malah aemakin senang ingin menggodanya. Rafael lalu terjatuh ke belakang, membuat tubuhnya kini berbaring di atas ranjang.
"Hei, kamu mau apa?" tanyanya panik.
"Menurut lo?" tantang nya.
Rafael memperhatikan saat perempuan itu membuka jasnya, setelahnya membuka satu-persatu kancing seragamnya. Setelah semua terbuka, tanpa malu menjatuhkan ke lantai. Kedua mata Rafael terbelak lebar melihat bagian atas perempuan itu kini hanya tertutupi tanktop putih saja.
"Ja-jangan macam-macam!" teriak Rafael sambil memeluk tubuhnya sendiri. Pria itu seperti sedang akan dilecehkan saja.
Sedangkan si perempuan tidak mendengarkan dan malah menaiki tubuhnya. Dengan santainya duduk di atas pahanya, bisa merasakan tonjolan di sana yang keras membuatnya yakin jika rencananya berhasil.
"Rafael, kita belum sempat begituan ya, padahalkan kita sudah sah," ucapnya.
"Be-begituan apa?" tanya Rafael gagap.
"Itu loh yang sering dilakuin pasangan, adegan panas gitu. Lo juga pasti ngerti, kan?"
Rafael menelan ludahnya susah payah, tentu dirinya pun langsung konek. Tetapi tidak, Ia belum siap untuk melakukan itu. Selain itu juga, Rafael merasa takut untuk melakukannya. Apalagi dengan orang yang dominan seperti perempuan yang duduk di atasnya ini.
"Kalau lo gak tahu gak papa, biar gue aja yang gerak. Lo cuma tinggal tidur sambil nikmatin. Ya?"
"Tidak!!" teriak Rafael dramatis saat perempuan itu akan membuka seragamnya juga.
"Hahaha ayo lah Rafael, kayanya seru deh kalau kita begituan. Masa gak mau sih?"
"Reva, jangan macam-macam. Nanti aku laporin kamu?!"
Ya benar, perempuan yang duduk di atasnya ini adalah Reva. Kenapa mereka bisa berduaan begini di apartemen? Tentu saja bisa, apalagi status mereka yang ternyata sudah menjadi suami-istri. Bagaimana bisa? Bisa karena kedua orang tua mereka menjodohkan.
"Laporin ke siapa?" tanya Reva sambil mengernyitkan keningnya.
"Ke em ke.."
"Ke Papa gue? Atau orang tua lo?" Reva mendengus, "Sana gih laporin aja, mereka malahan bakal ngetawain lo."
Rafael langsung mengatupkan bibirnya merasa bodoh sendiri karena mengatakan itu, habisnya Ia terlalu takut dan sedang menahan diri. Ini memang bukan pertama kali Reva menggodanya, tapi Rafael tahu perempuan itu hanya mengerjai nya saja. Tidak serius.
"Lo masih ketakutan gitu ya, gue jadi curiga deh," celetuk Reva.
Perempuan itu lalu turun dari atas tubuh Rafael dan duduk di sana dengan mata tidak lepas dari suaminya. Rafael sendiri langsung duduk karena takut Reva mengulanginya lagi. Hanya saja Ia memberikan jarak di antara duduk mereka. Masih takut.
"Curiga apa?" tanya Rafael.
"Apa lo gak suka cewek?"
"Ma-maksudnya?"
"Ya mungkin aja anu lo itu gak bisa berdiri karena lo emang gak nafsu sama cewek. Bener?"
Rafael repleks memukul punggung perempuan itu, "Enak aja kalau ngomong, aku ini masih normal. Suka cewek, tertarik juga sama cewek," belanya.
"Tapi kok pas gue ajak begituan gak mau?"
"Itu.. Aku emang gak mau."
"Kenapa?"
"Gak papa."
Reva mendengus, "Aneh, padahal katanya cowok itu imannya lemah. Kalau cowok lain digoda gitu sama gue, mungkin langsung mau."
"Hush ngomongnya!"
Reva hanya tertawa kecil mendapat teguran itu, memang sih perkataannya tadi tidak bermoral sekali, tapi kan hanya bercanda. Habisnya Ia merasa bingung saja dengan Rafael, sulit sekali menggodanya.
"Tapi tadi gue ngerasain sih anu lo tegang, kayanya punya lo besar ya?" tanya Reva sambil menyeringai.
"Ihh apaan sih Reva? Sudah ah, jangan bahas itu." Rafael memutuskan lari keluar dari kamar itu, percakapannya semakin berbahaya saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
TRNYATA SDH SUAMI ISTRI, LUCUNYA DI SEKOLAH SI ISTRI SUKA BULLY & PALAKIN SUAMI SENDIRI😂😂😂😂😂😂
2023-05-31
0
Qaisaa Nazarudin
Rafael-Rafael.. kamu itu suami,Harusnya kamu itu tegas,Gimana nih ceritanya suami malah ciut ama istri 😂😂
2023-05-23
0
Qaisaa Nazarudin
Kebalik ya,seharusnya itu mah tugas istri..😂
2023-05-23
0