Mengubah Takdir

Mengubah Takdir

Kembali

Di sebuah ruangan VIP Bar Hotel mewah JW, sekelompok pria dan wanita berpakaian mahal sedang bertukar cangkir. Mereka minum hingga wajah mereka memerah.

"Harap kerjasama ke depannya, Tuan Muda."

"Semoga Tuan Muda semakin makmur dan jaya."

"Perusahaan ST, pasti ke depannya akan menjadi perusahaan nomor satu di dunia!"

Semua sanjungan ini diberikan kepada seorang pria muda nan rupawan, yang duduk di tengah sofa.

Pria itu bernama Ryan Jamaludin. Walau dia masih berusia 30 tahun, namun dia sudah menjabat sebagai Ketua Tim di bawah naungan Departemen Investasi perusahaan ST.

Seorang wanita cantik mengenakan gaun malam hitam dengan bentuk tubuh menggoda, belahan dadanya yang mempesona terpapar di udara, dia mengangkat gelas dan berkata dengan lembut. "Aku tidak tahu wanita mana yang beruntung bisa menikah dengan lelaki elit seperti Tuan Muda Ryan."

Di usianya yang masih muda, Ryan memiliki banyak energi, pengalaman, dan kemampuan yang sangat hebat. Dia saat ini benar-benar sedang berada pada puncak tertinggi dalam karirnya.

Dengan status sosialnya, Ryan memiliki sikap yang tenang, ditambah lagi percakapannya yang baik, tidak heran bisa menarik perhatian wanita.

Tapi Ryan menyadarinya dengan sangat jelas, bahwa dia hanyalah pesuruh Perusahaan ST, Perusahaan yang paling bernilai di Asia.

Semua kesopanan dari orang-orang yang hadir di sini, disebabkan karena posisi Ryan sebagai ketua tim dari tim proyek, di bawah departemen investasi komersial ST Group.

Orang-orang tersebut ingin mengambil kesempatan ini untuk mendapatkan investasi dari ST Group.

"Dasar penjilat! Kalian dulu tidak pernah bersikap seperti ini! Tapi begitu Aku menjabat sebagai ketua tim investasi, sikap kalian berubah 18 derajat!" gumam Ryan dalam hati. Walau begitu, dia tetap menunjukkan senyum hangat pada orang-orang di depannya.

Seorang wanita cantik dengan senyum memberikannya kartu nama, pandangannya lembut dan dengan suara menggoda berkata, "Semua mengatakan kemampuan Tuan Muda sangat besar, Saya ingin melihat dengan mata sendiri."

Ryan dengan sopan menerima kartu nama, tapi saat keduanya bersentuhan, dia merasa telapak tangannya gatal. Ternyata wanita cantik ini menggunakan jari telunjuk untuk menyentuh telapak tangannya, dengan pandangan menggoda memandangnya.

Namanya juga orang dewasa Ryan mengerti kode dari wanita ini, wanita seperti dia sudah sering dia temukan.

Setelah menyapa semua orang, Ryan sendiri memanggil taksi dan berencana kembali ke apartemennya sendiri.

Jujur saja, dia sebenarnya membenci untuk mengikuti pertemuan seperti ini. Namun, demi mendapat koneksi, dia terpaksa mengikutinya.

Apalagi, setiap kali pertemuan seperti ini, membuat perutnya penuh alkohol. Hal ini membuat suasana hati Ryan menjadi tertekan, bahkan terdapat rasa kesepian.

Ryan benci meminum arak, karena setiap kali habis minum arak dia akan ingat pada ayahnya.

Ayahnya pada dua tahun yang lalu meninggal terkena penyakit berat, walaupun dirinya telah berusaha sekuat tenaga, berhasil mendapatkan banyak uang, tapi tetap gagal menyelamatkan kembali nyawa ayahnya.

"Di dunia ini, uang adalah segalanya. Tidak peduli itu uang haram ataupun halal. Semuanya sama di mata manusia."

"Kalau saja saat itu Aku memiliki uang yang banyak, mungkin ayahku bisa terselamatkan! Andai Aku bisa memutar waktu dan kembali ke masa lalu..."

Saat pikiran Ryan mulai kacau akibat minuman beralkohol, dia melihat ke luar jendela.

Samar-samar, Ryan merasa jalan yang dia lalui saat ini sangat berbeda.

"Eh? Pak supir, apakah Anda salah jalan? Saya tidak tinggal di daerah sini."

Mendengar pertanyaan Ryan, sang supir tetap diam tidak bersuara, Ryan berusaha membuka matanya yang buram karena mabuk, dia ingin melihat jelas wajah supir.

Tapi, sang supir mengenakan baju berwarna hitam, sehingga perawakannya tidak nampak jelas. Mendadak, sang supir menginjak gas—— mobil pun melaju dengan cepat.

Melihat hal ini, pikiran Ryan langsung jernih. Dia lalu memegang bahu sang supir. "Cepat berhenti! Saya mau turun!"

Sang supir tetap diam seribu bahasa. Tiba-tiba saja, supir yang ada di kursi kemudi melompat keluar dari mobil.

Belum sempat bereaksi dengan semua ini, Dari sisi kiri mobil, muncul sebuah truk besar. Dengan cepat, truk tersebut menabrak mobil yang Ryan tumpangi hingga hancur.

Braak!

***

"Ugh…" Ryan Jamaludin merasa kepalanya seperti sudah pecah.

Beberapa saat kemudian, dia sekali lagi membuka mata. Dan ternyata dia mendapatkan dirinya sedang berbaring di rumah sakit.

"Bukankah Aku mengalami kecelakaan? Apakah itu artinya Aku berhasil selamat?"

Ryan berusaha bangun dari tempat tidur, namun tubuhnya masih terasa kaku, seakan dia sudah tidak sadarkan diri selama beberapa hari.

Selang infus terlihat masih menempel pada lengan kirinya. Sambil memegang tiang infus, Ryan berjalan dengan tertatih-tatih menuju wastafel, yang ada di depan kamar mandi.

Saat dia melihat bayangan dirinya yang ada dalam cermin, Ryan sangat terkejut.

"Ini?"

"Kenapa wajahku kembali muda?" ucapnya sambil menyentuh wajah dengan perban di dahinya.

Ryan lalu mencoba mencubit pipinya.

"Aduh!"

"Sshhh… ini ternyata bukan mimpi!"

"Apakah itu artinya Aku kembali ke masa lalu? Tapi, apakah dulu Aku pernah masuk rumah sakit?"

Tiba-tiba, Ryan teringat sebuah kejadian yang dialaminya pada tahun 2014. Waktu itu, dia baru lulus kuliah, dan juga mengalami kecelakaan. Dia sempat tidak sadarkan diri selama 3 hari di rumah sakit.

"Sepertinya, Aku telah kembali ke tahun 2014!"

Saat sedang merenung di depan cermin, mendadak pintu kamar terbuka. Dari balik pintu tersebut, Ryan melihat seorang pria dengan rambut penuh uban.

Pria tua itu tampak tertunduk lesu, sambil mengusap keringat di dahinya, dan sesekali menghela nafas panjang. Wajahnya pun terlihat lesu, seakan ia sedang memikul beban hidup yang besar.

"Ayah?"

Mendengar suara Ryan, Imam Jamaludin, ayah Ryan, terkejut. "Ryan? Kamu sudah sadar?"

Walau ia terlihat lemas, Imam tetap tersenyum lembut pada Ryan dan langsung memeluk tubuhnya. "Syukurlah Nak, Kamu tidak apa-apa… Ayah sangat mengkhawatirkan mu…"

Mendapat pelukan dari ayahnya, hati Ryan menjadi hangat. Ryan pun menangis tersedu-sedu. "Huaaaa… Ayaaah! Hiks hiks hiks…"

"Ryan? Kamu kenapa Nak? Apakah ada yang masih sakit?" Imam curiga dengan keadaan anaknya. Ia tidak terbiasa melihat Ryan menangis seperti ini.

"Tidak Ayah, Aku tidak sakit kok. Aku hanya sangat merindukan Ayah." ujar Ryan sambil menangis bahagia.

Sebenarnya, Ryan menangis karena melihat sekujur tangan ayahnya penuh dengan luka. Ia hanya bisa diam melihat luka-luka itu. Ryan ingin menjaga harga diri ayahnya yang telah banting tulang untuk membiayai kuliahnya.

"Kenapa? Kenapa dulu Aku tidak menyadarinya! Seharusnya Aku tahu, betapa besarnya pengorbanan Ayah untukku!" Hati Ryan terus bergejolak setelah menyadari semua ini.

Ryan mengepalkan tangannya dan bersumpah dalam hati. "Ayah, Aku berjanji padamu, Aku akan membahagiakanmu di kesempatan keduaku ini!"

Setelah beberapa saat, Ryan akhirnya kembali tenang. Ia kemudian berbincang panjang lebar dengan Ayahnya.

Tak lama kemudian, adik dari ayah Ryan, Ilham, datang mengunjungi Ryan. Dengan pakaian mahal dan bermerek, serta cincin dengan batu permata yang besar, ia memandang sinis pada Ryan dan Ayahnya.

Sambil tersenyum palsu, Ilham menepuk punggung Imam.

PLAK

"Kakak, Kamu masih saja terlihat kusam. Kakak seharusnya mandi dulu sebelum ke sini." sindir Ilham.

Imam sangat merasa kesakitan ketika punggungnya ditepuk dengan keras.

Bagaimana tidak, ia seharian bekerja sebagai kuli panggul di desa nelayan. Sehingga punggung Imam sedikit sakit setelah seharian bekerja. Dan kini, punggung Imam mendapat tepukan yang menyakitkan.

Walau sakit, Imam berusaha untuk tidak memperlihatkannya. Ia tidak ingin Ryan tahu kondisi tubuhnya.

"Aku hanya mengkhawatirkan Ryan, jadi Aku tidak sempat pulang untuk mandi dan langsung ke sini." balas Imam.

Ilham tersenyum menghina pada Imam. "Makanya Kak, carilah pekerjaan lain. Jika Kakak terus bekerja sebagai kuli angkut, kakak akan selamanya miskin."

Setelah itu, Ilham melirik ke arah Ryan yang melihat ke arahnya dengan tatapan tajam.

"Oh, syukurlah Kamu sudah bangun, Ryan. Aku tidak menyangka, lulusan Universitas Negeri sepertimu, bukannya sibuk mencari kerja, tapi malah tertabrak saat menyebrang jalan. Sungguh merepotkan."

"Apa maksud paman?" Ryan sedikit emosi dengan pernyataan Ilham.

"Paman hanya berbicara fakta, Ryan. Gara-gara Kamu, paman terpaksa harus menyewa ambulance untuk membawamu kemari!"

"Ilham, cukup! Kakak janji akan membayarnya nanti!" ucap Imam dengan nada tinggi.

"Baik Kak, akan ku tunggu janji kakak."

Setelah itu, Ilham berbincang-bincang dengan Imam. Walau awalnya suasana terasa canggung, namun Ilham tidak mempedulikannya.

Dan anehnya, Ilham sama sekali tidak menghiraukan Ryan yang berbaring di ranjang rumah sakit. Ia terus berbicara pada Imam secara non-stop tanpa melihat ke arah Ryan.

"Ini aneh, apa yang dilakukan pamanku di sini? Bukankah dia ingin menjengukku, kenapa dia sejak tadi mengabaikan Aku? Bahkan saat ia baru datang, langsung menghinaku seperti itu."

"Paman juga terus berbicara pada ayah, seakan ada yang dia butuhkan dari ayah."

"Apakah dulu pernah ada kejadian seperti ini? Aku sama sekali tidak ingat." Pikir Ryan.

Tak terasa, jam besuk telah usai. Ayah Ryan pun memutuskan pulang bersama adiknya dan kembali esok harinya.

Dokter juga menyuruh Ryan beristirahat semalam di rumah sakit untuk observasi lebih lanjut. Jika tidak ada keluhan, maka besok Ryan sudah boleh pulang.

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Namun Ryan masih belum tidur juga. Ia masih terus memikirkan apa yang sebenarnya terjadi padanya.

"Saat Aku mati, Aku masih ingat bahwa supir taksi yang Aku tumpangi melompat keluar sebelum truk itu menabrak. Ini artinya, ada yang merencanakan pembunuhan untukku!"

"Apakah ini semua terkait dengan bisnis kotor perusahaan ST yang Aku kelola?"

"Siapapun itu, akan Aku balas!" Ryan berkata sambil mengepalkan tangannya.

"Mari kesampingkan masalah ST. Sekarang, yang terpenting adalah mencari uang sebanyak-banyaknya. Baik itu untuk uang pengobatan, maupun penginapan. Apalagi keluargaku tidaklah kaya."

Ryan kemudian kembali teringat, bahwa ayahnya pada tahun 2014. Demi membantu dirinya membayar uang pengobatan, dia sampai berhutang dalam jumlah besar ke seorang rentenir.

Akhirnya, untuk melunasi hutang tersebut, Ayahnya bekerja dengan sangat keras. Hal ini membuat tubuhnya kelelahan hingga dia jatuh sakit.

"Aku tidak mau hal ini terulang lagi! Aku harus mencari cara untuk mendapatkan uang dengan cepat!"

Saat sedang merenung, Ryan secara tidak sengaja melirik koran yang dibawa oleh Ayahnya tadi. Ternyata, hari ini adalah tanggal 2 Juli 2014. Yang artinya hari ini adalah Semifinal World Cup 2014.

Melihat hal ini, Ryan menaikkan sudut bibirnya. "Hahaha... dengan ini, Aku pasti bisa cepat kaya!"

Terpopuler

Comments

Ucy (ig. ucynovel)

Ucy (ig. ucynovel)

aku baru mampir thor 😊

2023-02-15

0

ratna atiqah

ratna atiqah

Y

2023-02-10

0

🛡️Change⚔️ Name🛡️

🛡️Change⚔️ Name🛡️

Hadir Bang 👍

2023-02-02

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 57 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!