Di sebuah ruangan VIP Bar Hotel mewah JW, sekelompok pria dan wanita berpakaian mahal sedang bertukar cangkir. Mereka minum hingga wajah mereka memerah.
"Harap kerjasama ke depannya, Tuan Muda."
"Semoga Tuan Muda semakin makmur dan jaya."
"Perusahaan ST, pasti ke depannya akan menjadi perusahaan nomor satu di dunia!"
Semua sanjungan ini diberikan kepada seorang pria muda nan rupawan, yang duduk di tengah sofa.
Pria itu bernama Ryan Jamaludin. Walau dia masih berusia 30 tahun, namun dia sudah menjabat sebagai Ketua Tim di bawah naungan Departemen Investasi perusahaan ST.
Seorang wanita cantik mengenakan gaun malam hitam dengan bentuk tubuh menggoda, belahan dadanya yang mempesona terpapar di udara, dia mengangkat gelas dan berkata dengan lembut. "Aku tidak tahu wanita mana yang beruntung bisa menikah dengan lelaki elit seperti Tuan Muda Ryan."
Di usianya yang masih muda, Ryan memiliki banyak energi, pengalaman, dan kemampuan yang sangat hebat. Dia saat ini benar-benar sedang berada pada puncak tertinggi dalam karirnya.
Dengan status sosialnya, Ryan memiliki sikap yang tenang, ditambah lagi percakapannya yang baik, tidak heran bisa menarik perhatian wanita.
Tapi Ryan menyadarinya dengan sangat jelas, bahwa dia hanyalah pesuruh Perusahaan ST, Perusahaan yang paling bernilai di Asia.
Semua kesopanan dari orang-orang yang hadir di sini, disebabkan karena posisi Ryan sebagai ketua tim dari tim proyek, di bawah departemen investasi komersial ST Group.
Orang-orang tersebut ingin mengambil kesempatan ini untuk mendapatkan investasi dari ST Group.
"Dasar penjilat! Kalian dulu tidak pernah bersikap seperti ini! Tapi begitu Aku menjabat sebagai ketua tim investasi, sikap kalian berubah 18 derajat!" gumam Ryan dalam hati. Walau begitu, dia tetap menunjukkan senyum hangat pada orang-orang di depannya.
Seorang wanita cantik dengan senyum memberikannya kartu nama, pandangannya lembut dan dengan suara menggoda berkata, "Semua mengatakan kemampuan Tuan Muda sangat besar, Saya ingin melihat dengan mata sendiri."
Ryan dengan sopan menerima kartu nama, tapi saat keduanya bersentuhan, dia merasa telapak tangannya gatal. Ternyata wanita cantik ini menggunakan jari telunjuk untuk menyentuh telapak tangannya, dengan pandangan menggoda memandangnya.
Namanya juga orang dewasa Ryan mengerti kode dari wanita ini, wanita seperti dia sudah sering dia temukan.
Setelah menyapa semua orang, Ryan sendiri memanggil taksi dan berencana kembali ke apartemennya sendiri.
Jujur saja, dia sebenarnya membenci untuk mengikuti pertemuan seperti ini. Namun, demi mendapat koneksi, dia terpaksa mengikutinya.
Apalagi, setiap kali pertemuan seperti ini, membuat perutnya penuh alkohol. Hal ini membuat suasana hati Ryan menjadi tertekan, bahkan terdapat rasa kesepian.
Ryan benci meminum arak, karena setiap kali habis minum arak dia akan ingat pada ayahnya.
Ayahnya pada dua tahun yang lalu meninggal terkena penyakit berat, walaupun dirinya telah berusaha sekuat tenaga, berhasil mendapatkan banyak uang, tapi tetap gagal menyelamatkan kembali nyawa ayahnya.
"Di dunia ini, uang adalah segalanya. Tidak peduli itu uang haram ataupun halal. Semuanya sama di mata manusia."
"Kalau saja saat itu Aku memiliki uang yang banyak, mungkin ayahku bisa terselamatkan! Andai Aku bisa memutar waktu dan kembali ke masa lalu..."
Saat pikiran Ryan mulai kacau akibat minuman beralkohol, dia melihat ke luar jendela.
Samar-samar, Ryan merasa jalan yang dia lalui saat ini sangat berbeda.
"Eh? Pak supir, apakah Anda salah jalan? Saya tidak tinggal di daerah sini."
Mendengar pertanyaan Ryan, sang supir tetap diam tidak bersuara, Ryan berusaha membuka matanya yang buram karena mabuk, dia ingin melihat jelas wajah supir.
Tapi, sang supir mengenakan baju berwarna hitam, sehingga perawakannya tidak nampak jelas. Mendadak, sang supir menginjak gas—— mobil pun melaju dengan cepat.
Melihat hal ini, pikiran Ryan langsung jernih. Dia lalu memegang bahu sang supir. "Cepat berhenti! Saya mau turun!"
Sang supir tetap diam seribu bahasa. Tiba-tiba saja, supir yang ada di kursi kemudi melompat keluar dari mobil.
Belum sempat bereaksi dengan semua ini, Dari sisi kiri mobil, muncul sebuah truk besar. Dengan cepat, truk tersebut menabrak mobil yang Ryan tumpangi hingga hancur.
Braak!
***
"Ugh…" Ryan Jamaludin merasa kepalanya seperti sudah pecah.
Beberapa saat kemudian, dia sekali lagi membuka mata. Dan ternyata dia mendapatkan dirinya sedang berbaring di rumah sakit.
"Bukankah Aku mengalami kecelakaan? Apakah itu artinya Aku berhasil selamat?"
Ryan berusaha bangun dari tempat tidur, namun tubuhnya masih terasa kaku, seakan dia sudah tidak sadarkan diri selama beberapa hari.
Selang infus terlihat masih menempel pada lengan kirinya. Sambil memegang tiang infus, Ryan berjalan dengan tertatih-tatih menuju wastafel, yang ada di depan kamar mandi.
Saat dia melihat bayangan dirinya yang ada dalam cermin, Ryan sangat terkejut.
"Ini?"
"Kenapa wajahku kembali muda?" ucapnya sambil menyentuh wajah dengan perban di dahinya.
Ryan lalu mencoba mencubit pipinya.
"Aduh!"
"Sshhh… ini ternyata bukan mimpi!"
"Apakah itu artinya Aku kembali ke masa lalu? Tapi, apakah dulu Aku pernah masuk rumah sakit?"
Tiba-tiba, Ryan teringat sebuah kejadian yang dialaminya pada tahun 2014. Waktu itu, dia baru lulus kuliah, dan juga mengalami kecelakaan. Dia sempat tidak sadarkan diri selama 3 hari di rumah sakit.
"Sepertinya, Aku telah kembali ke tahun 2014!"
Saat sedang merenung di depan cermin, mendadak pintu kamar terbuka. Dari balik pintu tersebut, Ryan melihat seorang pria dengan rambut penuh uban.
Pria tua itu tampak tertunduk lesu, sambil mengusap keringat di dahinya, dan sesekali menghela nafas panjang. Wajahnya pun terlihat lesu, seakan ia sedang memikul beban hidup yang besar.
"Ayah?"
Mendengar suara Ryan, Imam Jamaludin, ayah Ryan, terkejut. "Ryan? Kamu sudah sadar?"
Walau ia terlihat lemas, Imam tetap tersenyum lembut pada Ryan dan langsung memeluk tubuhnya. "Syukurlah Nak, Kamu tidak apa-apa… Ayah sangat mengkhawatirkan mu…"
Mendapat pelukan dari ayahnya, hati Ryan menjadi hangat. Ryan pun menangis tersedu-sedu. "Huaaaa… Ayaaah! Hiks hiks hiks…"
"Ryan? Kamu kenapa Nak? Apakah ada yang masih sakit?" Imam curiga dengan keadaan anaknya. Ia tidak terbiasa melihat Ryan menangis seperti ini.
"Tidak Ayah, Aku tidak sakit kok. Aku hanya sangat merindukan Ayah." ujar Ryan sambil menangis bahagia.
Sebenarnya, Ryan menangis karena melihat sekujur tangan ayahnya penuh dengan luka. Ia hanya bisa diam melihat luka-luka itu. Ryan ingin menjaga harga diri ayahnya yang telah banting tulang untuk membiayai kuliahnya.
"Kenapa? Kenapa dulu Aku tidak menyadarinya! Seharusnya Aku tahu, betapa besarnya pengorbanan Ayah untukku!" Hati Ryan terus bergejolak setelah menyadari semua ini.
Ryan mengepalkan tangannya dan bersumpah dalam hati. "Ayah, Aku berjanji padamu, Aku akan membahagiakanmu di kesempatan keduaku ini!"
Setelah beberapa saat, Ryan akhirnya kembali tenang. Ia kemudian berbincang panjang lebar dengan Ayahnya.
Tak lama kemudian, adik dari ayah Ryan, Ilham, datang mengunjungi Ryan. Dengan pakaian mahal dan bermerek, serta cincin dengan batu permata yang besar, ia memandang sinis pada Ryan dan Ayahnya.
Sambil tersenyum palsu, Ilham menepuk punggung Imam.
PLAK
"Kakak, Kamu masih saja terlihat kusam. Kakak seharusnya mandi dulu sebelum ke sini." sindir Ilham.
Imam sangat merasa kesakitan ketika punggungnya ditepuk dengan keras.
Bagaimana tidak, ia seharian bekerja sebagai kuli panggul di desa nelayan. Sehingga punggung Imam sedikit sakit setelah seharian bekerja. Dan kini, punggung Imam mendapat tepukan yang menyakitkan.
Walau sakit, Imam berusaha untuk tidak memperlihatkannya. Ia tidak ingin Ryan tahu kondisi tubuhnya.
"Aku hanya mengkhawatirkan Ryan, jadi Aku tidak sempat pulang untuk mandi dan langsung ke sini." balas Imam.
Ilham tersenyum menghina pada Imam. "Makanya Kak, carilah pekerjaan lain. Jika Kakak terus bekerja sebagai kuli angkut, kakak akan selamanya miskin."
Setelah itu, Ilham melirik ke arah Ryan yang melihat ke arahnya dengan tatapan tajam.
"Oh, syukurlah Kamu sudah bangun, Ryan. Aku tidak menyangka, lulusan Universitas Negeri sepertimu, bukannya sibuk mencari kerja, tapi malah tertabrak saat menyebrang jalan. Sungguh merepotkan."
"Apa maksud paman?" Ryan sedikit emosi dengan pernyataan Ilham.
"Paman hanya berbicara fakta, Ryan. Gara-gara Kamu, paman terpaksa harus menyewa ambulance untuk membawamu kemari!"
"Ilham, cukup! Kakak janji akan membayarnya nanti!" ucap Imam dengan nada tinggi.
"Baik Kak, akan ku tunggu janji kakak."
Setelah itu, Ilham berbincang-bincang dengan Imam. Walau awalnya suasana terasa canggung, namun Ilham tidak mempedulikannya.
Dan anehnya, Ilham sama sekali tidak menghiraukan Ryan yang berbaring di ranjang rumah sakit. Ia terus berbicara pada Imam secara non-stop tanpa melihat ke arah Ryan.
"Ini aneh, apa yang dilakukan pamanku di sini? Bukankah dia ingin menjengukku, kenapa dia sejak tadi mengabaikan Aku? Bahkan saat ia baru datang, langsung menghinaku seperti itu."
"Paman juga terus berbicara pada ayah, seakan ada yang dia butuhkan dari ayah."
"Apakah dulu pernah ada kejadian seperti ini? Aku sama sekali tidak ingat." Pikir Ryan.
Tak terasa, jam besuk telah usai. Ayah Ryan pun memutuskan pulang bersama adiknya dan kembali esok harinya.
Dokter juga menyuruh Ryan beristirahat semalam di rumah sakit untuk observasi lebih lanjut. Jika tidak ada keluhan, maka besok Ryan sudah boleh pulang.
Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Namun Ryan masih belum tidur juga. Ia masih terus memikirkan apa yang sebenarnya terjadi padanya.
"Saat Aku mati, Aku masih ingat bahwa supir taksi yang Aku tumpangi melompat keluar sebelum truk itu menabrak. Ini artinya, ada yang merencanakan pembunuhan untukku!"
"Apakah ini semua terkait dengan bisnis kotor perusahaan ST yang Aku kelola?"
"Siapapun itu, akan Aku balas!" Ryan berkata sambil mengepalkan tangannya.
"Mari kesampingkan masalah ST. Sekarang, yang terpenting adalah mencari uang sebanyak-banyaknya. Baik itu untuk uang pengobatan, maupun penginapan. Apalagi keluargaku tidaklah kaya."
Ryan kemudian kembali teringat, bahwa ayahnya pada tahun 2014. Demi membantu dirinya membayar uang pengobatan, dia sampai berhutang dalam jumlah besar ke seorang rentenir.
Akhirnya, untuk melunasi hutang tersebut, Ayahnya bekerja dengan sangat keras. Hal ini membuat tubuhnya kelelahan hingga dia jatuh sakit.
"Aku tidak mau hal ini terulang lagi! Aku harus mencari cara untuk mendapatkan uang dengan cepat!"
Saat sedang merenung, Ryan secara tidak sengaja melirik koran yang dibawa oleh Ayahnya tadi. Ternyata, hari ini adalah tanggal 2 Juli 2014. Yang artinya hari ini adalah Semifinal World Cup 2014.
Melihat hal ini, Ryan menaikkan sudut bibirnya. "Hahaha... dengan ini, Aku pasti bisa cepat kaya!"
Setelah membaca cepat berita mengenai semifinal World Cup 2014, Ryan menjadi yakin bahwa dia telah kembali ke masa lalu.
"Seharusnya, dalam laga Belgia melawan Amerika, Belgia secara mengejutkan menang 2:0 atas Amerika."
"Jika Aku memang kembali ke masa lalu, seharusnya hasil ini tidak akan berubah."
"Aku akan mengujinya dengan menempatkan seluruh tabunganku untuk bertaruh pada Belgia."
"Pertandingan dimulai pukul 23.00 WIB, jadi Aku hanya punya waktu 1 jam untuk menempatkan taruhan!"
Ryan kemudian mengambil ponselnya dari atas meja dan mulai membuat akun judi bola online pada platform milik perusahaan ST.
Sebagai Ketua Tim Investasi, Ryan tentu tahu semua bisnis gelap milik perusahaan ST. Dan salah satunya adalah bisnis judi bola online.
"Kalau tidak salah, ketua tim yang menangani bisnis judi ini adalah Alex."
Mengingat nama itu, Ryan mengepalkan tangannya penuh emosi.
Hal ini sangat wajar, mengingat perlakukan Alex waktu itu.
Saat Ryan masih berstatus pegawai baru, dia pernah memergoki Alex sedang melecehkan seorang pegawai perempuan.
Ryan yang saat itu masih muda dan polos, tentu mencoba menyelamatkan perempuan itu.
Hal itu membuat Alex yang memiliki posisi tinggi saat itu marah. Alex lalu merundung Ryan di tempat kerja dan mengisolasi dirinya.
Karena Ryan saat itu sangat membutuhkan pekerjaan ini, Ryan akhirnya meminta maaf pada Alex.
Alex bersedia memaafkan Ryan, tapi dengan syarat Ryan harus meminta maaf sambil berlutut dan menjilat sol sepatu milik Alex.
Ryan pun dengan terpaksa melakukan semua itu dan menjelma menjadi kaki tangan Alex. Dari Alex juga, dia mendapat kesempatan untuk dipromosikan menjadi Ketua Tim Investasi.
"Dulu Aku bersedia melakukan semua ini demi Ayahku. Sekarang, Aku akan memanfaatkan platform judi bola online yang Kamu kelola untuk menyingkirkan mu!"
Tak sampai 10 menit, proses registrasi selesai. Lalu Ryan segera mentransfer semua uang yang dia miliki di bank, ke akun judi bola.
Ryan kemudian melihat nilai handicap yang dipasang oleh perusahaan ST.
Handicap adalah angka yang menunjukkan keyakinan dari bandar judi atas kemenangan salah satu pihak. Semakin kecil angka tersebut, semakin yakin sang bandar bahwa tim tersebut akan menang.
Dalam pertandingan Belgia melawan Amerika, perusahaan ST memasang Handicap 10:1,5, dimana perusahaan ST meyakini bahwa Amerika akan menang melawan Belgia.
Dengan uang 10 juta yang Ryan setor ke dalam akun judi bola, dia langsung memasang semua uangnya pada Belgia.
Uang ini adalah uang yang Ryan kumpulkan sejak masih SMP hingga lulus kuliah.
Saat kuliah, Ryan juga bekerja sambilan di restoran sebagai pelayan. Walau gaji tidak seberapa, namun itu cukup untuk menanggung biaya hidup selama kuliah.
Bahkan Ryan menyisihkan sebagian uangnya untuk diberikan pada Ayahnya.
Tak lama kemudian, pertandingan Belgia Vs Amerika dimulai. Ryan menonton pertandingan itu dengan serius dari ponselnya.
Tak terasa, 90 menit berlalu. Peluit panjang pun telah ditiup wasit, tanda pertandingan telah usai.
Dan sesuai prediksi, Belgia muncul sebagai pemenangnya.
"Hahahaha… ternyata Aku benar-benar kembali ke masa lalu, hahahaha…"
"Berdasarkan handicap yang mereka pasang, uang 10 juta ku akan dikalikan 10, sehingga uang yang Aku terima adalah 100 juta."
Ryan lalu melihat handicap yang dipasang perusahaan ST untuk pertandingan Brazil Vs Jerman yang diadakan tanggal 5 Juli 2014.
"Ini!"
Ryan terkejut melihat handicap yang dipasang oleh perusahaan ST. Mereka memasang handicap 1:6000, di mana jika dia memasang taruhan pada Jerman dan menang, maka nilai taruhan yang dia pasang akan kembali 6000 kali lipat.
"Ini benar-benar gila! Apakah mereka tidak takut bangkrut dengan memasang handicap sebesar ini?"
Tiba-tiba, Ryan mendapat ide.
"Tunggu, sepertinya Aku bisa menggunakan ini untuk menghasilkan uang sekaligus menyingkirkan Alex."
Ryan pun tersenyum menyeringai memikirkan hal ini. "Sepertinya, tanggal 5 Juli akan menjadi hari terakhirmu, Alex. Hahahaha…"
Keesokan harinya, Ryan sudah diperbolehkan pulang. Ryan hanya menderita gegar otak ringan, jadi hal ini tidaklah berbahaya.
Ketika Imam akan menuju kasir, untuk membayar biaya rawat inap di Rumah Sakit ini, Ryan langsung mencegahnya.
"Ayah, biar Aku saja yang membayarnya."
"Tidak Nak, biar ayah saja. Ayahmu ini masih sanggup kok, untuk membayar. Paling biayanya tidak sampai 2 juta. Uang tabungan Ayah cukup kalau hanya segitu."
Dengan pandangan mata penuh keseriusan, Ryan berkata pada Ayahnya.
"Tidak Yah, kali ini biarkan Aku yang membayarnya. Aku tidak ingin selalu membebani Ayah. Aku juga ingin menjadi anak yang berbakti pada orang tuanya."
Melihat keseriusan Ryan, akhirnya Imam luluh. "Baik Nak. Tapi kalau tidak cukup, kamu bisa minta bantuan Ayah."
"Siap Yah!"
Ryan kemudian bergegas menuju meja kasir, dan membayar tagihan Rumah sakit. Yang tentu jumlahnya mencapai dua digit, tidak seperti yang diperkirakan Ayahnya.
Tapi Ryan merahasiakan jumlah tagihan asli dari ayahnya. Dia tidak mau ayahnya khawatir.
Pada kehidupan sebelumnya, Imam hanya sanggup membayar 2 juta rupiah saja. Saat itu, Ryan juga menggunakan seluruh tabungannya untuk membantu membayar biaya rumah sakit.
Namun semua itu masih belum cukup. Akhirnya, Imam terpaksa meminjam pada salah satu rentenir yang ada di desanya. Dan inilah awal mulai kejatuhan keluarga Ryan.
Uang yang dipinjam, berubah menjadi dua kali lipat pada bulan berikutnya. Dengan pekerjaan Imam yang hanya seorang kuli angkut ikan di desa nelayan, tentu dia tidak sanggup untuk membayarnya.
Untuk mencari uang tambahan, Imam akhirnya menambah pekerjaan kuli kasarnya mulai dari pagi hari hingga larut malam.
Imam akhirnya terus berkerja siang dan malam, untuk melunasi hutang yang terus berbunga setiap harinya.
Hingga akhirnya, tubuhnya yang sudah tua itu tidak sanggup lagi menahan beban berat pekerjaannya.
Di samping itu, Ryan ingat benar bahwa ayahnya juga telah ditipu oleh seseorang. Orang itu menawarkan produk investasi pada ayahnya dengan iming-iming keuntungan yang besar.
Karena hutang rentenir yang sudah menumpuk, akhirnya ayah Ryan ikut dalam produk investasi ini dan menggadaikan rumahnya.
Akhirnya, uang tersebut tidak kembali yang mengakibatkan ayahnya meninggal karena sakit dan stres.
Mengingat semua ini, Ryan bertekad untuk tidak membiarkan Ayahnya kembali bekerja sekeras itu lagi dan menghentikan ayahnya mengikuti investasi berbahaya itu.
"Tapi siapa sebenarnya orang yang menipu ayah? Bahkan sampai akhir hayatnya, ayah tidak pernah memberitahu identitas sang penipu." pikir Ryan.
Sepulang dari rumah sakit yang terletak di tengah kota, Imam mengajak Ryan untuk mampir ke toko emas yang dimiliki oleh adiknya. Kebetulan, lokasi toko emas milik adiknya sangat dekat dengan rumah sakit tempat Ryan dirawat.
"Ilham, Kakak datang mengunjungimu." Sapa Imam ketika dia masuk ke dalam toko.
"Kak Imam, selamat datang." Sambut Ilham dengan senyuman. Namun, di balik senyumannya itu, tersembunyi ekspresi penuh hinaan.
"Ryan, baguslah Kamu sudah boleh pulang."
Ryan membalas senyuman Ilham. "Iya Paman, kata dokter kondisiku baik-baik saja."
"Apakah kalian sanggup membayar biaya rumah sakit? Setahuku rumah sakit itu biayanya sangat besar. Aku khawatir, Kak Imam tidak sanggup membayarnya."
Imam terlihat bingung dengan pertanyaan adiknya. "Benarkah begitu? Tadi Ryan yang membayarnya, jadi Aku tidak tahu berapa biayanya."
"Ryan yang membayar? Kakak jangan bercanda. Ryan hanyalah seorang pengangguran, tidak mungkin dia memiliki uang sebanyak itu untuk membayar biaya rumah sakit."
"Apa maksudmu? Bukankah biasanya biaya rawat inap 3 hari tidak sampai 2 juta?"
"Kakak, Rumah Sakit ST adalah salah satu rumah sakit elit di kota ini. Biaya per malamnya saja mencapai 3 sampai 4 juta rupiah. Itu pun belum termasuk dokter dan juga obatnya," jelas Ilham.
Mendengar hal ini, Imam terkejut. Dia lalu menoleh ke arah anaknya. "Ryan, katakan sejujurnya. Berapa biaya yang Kamu keluarkan?"
"20 juta Yah."
Ryan menjawab dengan menundukkan kepalanya. Dia takut jika ayahnya marah, karena dia tidak memberitahu soal jumlah biaya yang harus dibayarkan di rumah sakit tadi.
"Apa, 20 juta? Kamu dapat uang dari mana?" Imam Jamaludin kaget, mendengar pengakuan anaknya. Mengenai sejumlah uang yang harus dikeluarkan untuk biaya rumah sakit.
"Ryan dapat uang itu dari judi online Yah."
"Bagaimana bisa Kamu melakukan semua itu?" tanya ayahnya lagi, dengan tidak percaya. Jika anaknya sudah mendapatkan uang yang sangat banyak dari judi online.
Tapi Pamannya Ryan, Ilham, justru berpikir bahwa mereka berdua sedang bersandiwara, supaya bisa mendapatkan pinjaman uang darinya lagi.
"Cih! Kalian tidak perlu bersandiwara! Aku tahu kalian hanya ingin meminjam uang dariku! Aku tidak akan pernah meminjamkan uang pada kalian lagi."
Pamannya itu berterus terang, jika tidak akan pernah memberikan pinjaman pada mereka untuk biaya rumah sakit. Karena pamannya itu tidak pernah merasa yakin, jika kakaknya itu bisa mengembalikan pinjaman dalam waktu dekat.
"Tidak Paman. Aku tidak memerlukan uang Paman. Aku sudah melunasi semua tagihan rumah sakit." Ryan memberitahu pamannya dengan kalem.
Dia juga segera mengajak ayahnya untuk pulang ke rumah, karena tidak ingin mendengarkan ocehan pamannya lagi. Yang bisa saja menyakiti perasaan ayahnya.
"Ayo Yah kita pulang!"
"Hai! Dasar anak tidak tahu diuntung! Kamu pikir Aku sudi meminta kalian untuk berlama-lama di sini? pergilah Aku tidak akan pernah mau membantumu lagi!"
Tapi Ryan dan ayahnya, telah pergi menjauh. Sehingga mereka berdua tidak bisa mendengarkan ocehan pamannya lagi.
"Paman Ilham, Kamu benar-benar masih belum berubah, baik di kehidupanku yang dulu maupun sekarang."
"Jika saja dulu Paman bersedia meminjami kami uang, maka Ayahku tidak akan sampai meminjam pada lintah darat di desa!"
"Lihatlah Paman Ilham, ketika Aku sudah kaya, Aku akan membalasmu!" gumam Ryan sembari berjalan di samping Ayahnya.
***
"Ayah, Aku ingin menggadaikan rumah ini untuk modal judi online yang hadiahnya sangat banyak."
Ryan meminta izin kepada ayahnya, supaya diperkenankan menggadaikan rumahnya ini sebagai jaminan ke Bank. Agar dia mendapatkan modal, untuk uang taruhan pada saat pertandingan final piala dunia.
"Tapi, bagaimana caranya jika nanti tidak berhasil, dan rumah kita ini akan diambil oleh pihak bank."
"Tidak Yah. Ryan sangat yakin kita akan menang. Jadi, kita nanti bisa menggunakan uang ini membayar hutang-hutangnya Ayah, menebus rumah dan kehidupan kita selanjutnya."
Ryan masih berusaha untuk meyakinkan ayahnya. Karena dia tidak akan pernah mengecewakan ayahnya, yang sudah menderita di kehidupannya yang lalu.
Melihat Ryan yang sangat serius, akhirnya Imam mendapat keyakinan dari anaknya.
Dia pun mengizinkan Ryan untuk menggadaikan rumahnya ini ke pihak bank.
Namun, Ryan tidak menyangka bahwa dia akan mendapat pinjaman Bank sebesar 2 Miliar.
Ternyata rumah tinggal yang ia tempati memiliki nilai fantastis.
Rumah ayah Ryan adalah warisan dari kakeknya. Kakek Ryan dulu adalah seorang saudagar kaya, namun krisis moneter pada tahun 1997 membuatnya bangkrut. Sehingga, satu-satunya aset yang tersisa dari kejayaannya dulu hanya rumah ini.
Ryan berencana untuk membuat akun yang banyak, guna menghindari kecurigaan pihak Perusahaan judi online ST, terutama Alex.
Dia akan memasangkan semua uangnya sebesar 2 milyar itu, untuk 100 akun yang dia buat.
Ryan benar-benar ingin menghancurkan Alex, yang sudah membuatnya menjadi kaki tangannya di masa yang akan datang. Bahkan dengan cara menindasnya.
Dia ingin membalas dendam dengan kesempatan yang dia miliki saat ini.
***
Di desa Ryan memiliki atmosfir sepak bola yang kental. Sebab ajang piala dunia seperti ini menjadi sebuah hiburan bagi mereka.
Semua orang berkumpul bersama, kepala desa menggunakan proyektor, ratusan orang bersama nonton pertandingan Jerman melawan Brazil yang sudah dinantikan banyak orang.
Ryan dengan santai duduk di bersama Ayahnya. Namun, orang-orang disekitarnya mulai menyindir Ryan.
"Tuh lihat, si gila Ryan."
"Dia benar-benar sudah tidak waras."
"Aku dengar dia menggadaikan sertifikat rumahnya ke Bank untuk judi bola."
"Makanya, Aku bilang dia sudah tidak waras. Apalagi dia bertaruh untuk Jerman, yang sudah pasti kalah dari Brazil."
"Mungkin kecelakaan itu membuat otaknya terguncang."
"Bisa jadi itu."
"Sayang ya, ganteng-ganteng tapi stres."
"Aku jadi kasihan pada Pak Imam. Ia hanya punya satu anak, tetapi sekarang jadi gila."
Kalau hanya judi dengan jumlah kecil, mungkin warga desa lainnya tidak akan mempermasalahkannya. Tapi, Ryan bertaruh untuk Jerman dengan jumlah fantastis, apalagi kalau bukan gila namanya?
Tentu saja, tidak ada yang tahu bahwa Ryan berjudi menggunakan 100 akun yang telah ia buat. Karena jika sampai ini bocor, Alex bisa memburunya.
"Hei, sampah! Jika Kamu ingin buang uang, mending bagi saja uangnya dengan kami, paling tidak kami semua bisa senang, bukan memberikan uangnya pada perusahaan lotere!"
"Dasar sampah, gila, tidak punya otak!"
Tapi Ryan tidak peduli dan tetap duduk diam di samping Ayah dan Pamannya.
Sebenarnya, Ryan hari ini bersiap-siap untuk pergi ke Jakarta, karena besok merupakan hari dimana dia menjalani tes masuk perusahaan ST.
Akan tetapi, hal ini dinilai negatif oleh warga sekitar.
Mereka mengira bahwa Ryan akhirnya sadar dan ingin melarikan diri, karena tidak akan sanggup membayar hutang pada pihak Bank, di mana rumah ayahnya yang sudah digadaikan.
Paman Ilham pun menarik Ryan, karena tidak ingin membiarkan Ryan lari dari bertanggung-jawab. Yaitu melunasi pinjaman gadai rumah.
Dia menggunakan alasan ingin keponakannya itu sadar, dan memaksa Ryan untuk tetap menonton lomba di desa saja. Dan tidak perlu ke Jakarta terlebih dahulu.
Tapi Ryan tidak peduli, sehingga ada salah satu teman masa kecil yang bernama Rohman. Dia benar-benar mengkhawatirkan keadaan Ryan. Meskipun semua orang mengejek Ryan.
***
Pada saat pertandingan piala dunia selesai, semua orang kaget, karena hari ini desa mereka memiliki orang kaya baru yaitu Ryan Jamaluddin.
Hal yang menegangkan benar-benar terjadi, dan akhirnya Jerman benar-benar menang dari Brazil. Sesuai dengan jumlah yang di pasang Ryan dalam akunnya.
Karena dengan kemenangan Jerman, Ryan akan mendapat uang 1,2 Miliar per akunnya. Dengan 100 akun yang ia miliki, maka total uang yang dimiliki Ryan mencapai 1,2 Triliun!
Hal yang tidak pernah disangka-sangka oleh semua orang. Termasuk ayahnya Ryan sendiri.
"Hanya dengan ini saja tidak cukup untuk membuat Alex mundur. Dia mungkin hanya akan mendapat teguran keras dari atasan. Jadi, mari bergerak ke fase ketiga."
Ryan tersenyum menyeringai memikirkan bagaimana nasib Alex nanti.
Malam itu, setelah pertandingan bola telah usai, Ryan segera pergi ke Jakarta menggunakan Bus malam. Ia benar-benar tidak sabar untuk membalaskan dendamnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!