"20 juta Yah."
Ryan menjawab dengan menundukkan kepalanya. Dia takut jika ayahnya marah, karena dia tidak memberitahu soal jumlah biaya yang harus dibayarkan di rumah sakit tadi.
"Apa, 20 juta? Kamu dapat uang dari mana?" Imam Jamaludin kaget, mendengar pengakuan anaknya. Mengenai sejumlah uang yang harus dikeluarkan untuk biaya rumah sakit.
"Ryan dapat uang itu dari judi online Yah."
"Bagaimana bisa Kamu melakukan semua itu?" tanya ayahnya lagi, dengan tidak percaya. Jika anaknya sudah mendapatkan uang yang sangat banyak dari judi online.
Tapi Pamannya Ryan, Ilham, justru berpikir bahwa mereka berdua sedang bersandiwara, supaya bisa mendapatkan pinjaman uang darinya lagi.
"Cih! Kalian tidak perlu bersandiwara! Aku tahu kalian hanya ingin meminjam uang dariku! Aku tidak akan pernah meminjamkan uang pada kalian lagi."
Pamannya itu berterus terang, jika tidak akan pernah memberikan pinjaman pada mereka untuk biaya rumah sakit. Karena pamannya itu tidak pernah merasa yakin, jika kakaknya itu bisa mengembalikan pinjaman dalam waktu dekat.
"Tidak Paman. Aku tidak memerlukan uang Paman. Aku sudah melunasi semua tagihan rumah sakit." Ryan memberitahu pamannya dengan kalem.
Dia juga segera mengajak ayahnya untuk pulang ke rumah, karena tidak ingin mendengarkan ocehan pamannya lagi. Yang bisa saja menyakiti perasaan ayahnya.
"Ayo Yah kita pulang!"
"Hai! Dasar anak tidak tahu diuntung! Kamu pikir Aku sudi meminta kalian untuk berlama-lama di sini? pergilah Aku tidak akan pernah mau membantumu lagi!"
Tapi Ryan dan ayahnya, telah pergi menjauh. Sehingga mereka berdua tidak bisa mendengarkan ocehan pamannya lagi.
"Paman Ilham, Kamu benar-benar masih belum berubah, baik di kehidupanku yang dulu maupun sekarang."
"Jika saja dulu Paman bersedia meminjami kami uang, maka Ayahku tidak akan sampai meminjam pada lintah darat di desa!"
"Lihatlah Paman Ilham, ketika Aku sudah kaya, Aku akan membalasmu!" gumam Ryan sembari berjalan di samping Ayahnya.
***
"Ayah, Aku ingin menggadaikan rumah ini untuk modal judi online yang hadiahnya sangat banyak."
Ryan meminta izin kepada ayahnya, supaya diperkenankan menggadaikan rumahnya ini sebagai jaminan ke Bank. Agar dia mendapatkan modal, untuk uang taruhan pada saat pertandingan final piala dunia.
"Tapi, bagaimana caranya jika nanti tidak berhasil, dan rumah kita ini akan diambil oleh pihak bank."
"Tidak Yah. Ryan sangat yakin kita akan menang. Jadi, kita nanti bisa menggunakan uang ini membayar hutang-hutangnya Ayah, menebus rumah dan kehidupan kita selanjutnya."
Ryan masih berusaha untuk meyakinkan ayahnya. Karena dia tidak akan pernah mengecewakan ayahnya, yang sudah menderita di kehidupannya yang lalu.
Melihat Ryan yang sangat serius, akhirnya Imam mendapat keyakinan dari anaknya.
Dia pun mengizinkan Ryan untuk menggadaikan rumahnya ini ke pihak bank.
Namun, Ryan tidak menyangka bahwa dia akan mendapat pinjaman Bank sebesar 2 Miliar.
Ternyata rumah tinggal yang ia tempati memiliki nilai fantastis.
Rumah ayah Ryan adalah warisan dari kakeknya. Kakek Ryan dulu adalah seorang saudagar kaya, namun krisis moneter pada tahun 1997 membuatnya bangkrut. Sehingga, satu-satunya aset yang tersisa dari kejayaannya dulu hanya rumah ini.
Ryan berencana untuk membuat akun yang banyak, guna menghindari kecurigaan pihak Perusahaan judi online ST, terutama Alex.
Dia akan memasangkan semua uangnya sebesar 2 milyar itu, untuk 100 akun yang dia buat.
Ryan benar-benar ingin menghancurkan Alex, yang sudah membuatnya menjadi kaki tangannya di masa yang akan datang. Bahkan dengan cara menindasnya.
Dia ingin membalas dendam dengan kesempatan yang dia miliki saat ini.
***
Di desa Ryan memiliki atmosfir sepak bola yang kental. Sebab ajang piala dunia seperti ini menjadi sebuah hiburan bagi mereka.
Semua orang berkumpul bersama, kepala desa menggunakan proyektor, ratusan orang bersama nonton pertandingan Jerman melawan Brazil yang sudah dinantikan banyak orang.
Ryan dengan santai duduk di bersama Ayahnya. Namun, orang-orang disekitarnya mulai menyindir Ryan.
"Tuh lihat, si gila Ryan."
"Dia benar-benar sudah tidak waras."
"Aku dengar dia menggadaikan sertifikat rumahnya ke Bank untuk judi bola."
"Makanya, Aku bilang dia sudah tidak waras. Apalagi dia bertaruh untuk Jerman, yang sudah pasti kalah dari Brazil."
"Mungkin kecelakaan itu membuat otaknya terguncang."
"Bisa jadi itu."
"Sayang ya, ganteng-ganteng tapi stres."
"Aku jadi kasihan pada Pak Imam. Ia hanya punya satu anak, tetapi sekarang jadi gila."
Kalau hanya judi dengan jumlah kecil, mungkin warga desa lainnya tidak akan mempermasalahkannya. Tapi, Ryan bertaruh untuk Jerman dengan jumlah fantastis, apalagi kalau bukan gila namanya?
Tentu saja, tidak ada yang tahu bahwa Ryan berjudi menggunakan 100 akun yang telah ia buat. Karena jika sampai ini bocor, Alex bisa memburunya.
"Hei, sampah! Jika Kamu ingin buang uang, mending bagi saja uangnya dengan kami, paling tidak kami semua bisa senang, bukan memberikan uangnya pada perusahaan lotere!"
"Dasar sampah, gila, tidak punya otak!"
Tapi Ryan tidak peduli dan tetap duduk diam di samping Ayah dan Pamannya.
Sebenarnya, Ryan hari ini bersiap-siap untuk pergi ke Jakarta, karena besok merupakan hari dimana dia menjalani tes masuk perusahaan ST.
Akan tetapi, hal ini dinilai negatif oleh warga sekitar.
Mereka mengira bahwa Ryan akhirnya sadar dan ingin melarikan diri, karena tidak akan sanggup membayar hutang pada pihak Bank, di mana rumah ayahnya yang sudah digadaikan.
Paman Ilham pun menarik Ryan, karena tidak ingin membiarkan Ryan lari dari bertanggung-jawab. Yaitu melunasi pinjaman gadai rumah.
Dia menggunakan alasan ingin keponakannya itu sadar, dan memaksa Ryan untuk tetap menonton lomba di desa saja. Dan tidak perlu ke Jakarta terlebih dahulu.
Tapi Ryan tidak peduli, sehingga ada salah satu teman masa kecil yang bernama Rohman. Dia benar-benar mengkhawatirkan keadaan Ryan. Meskipun semua orang mengejek Ryan.
***
Pada saat pertandingan piala dunia selesai, semua orang kaget, karena hari ini desa mereka memiliki orang kaya baru yaitu Ryan Jamaluddin.
Hal yang menegangkan benar-benar terjadi, dan akhirnya Jerman benar-benar menang dari Brazil. Sesuai dengan jumlah yang di pasang Ryan dalam akunnya.
Karena dengan kemenangan Jerman, Ryan akan mendapat uang 1,2 Miliar per akunnya. Dengan 100 akun yang ia miliki, maka total uang yang dimiliki Ryan mencapai 1,2 Triliun!
Hal yang tidak pernah disangka-sangka oleh semua orang. Termasuk ayahnya Ryan sendiri.
"Hanya dengan ini saja tidak cukup untuk membuat Alex mundur. Dia mungkin hanya akan mendapat teguran keras dari atasan. Jadi, mari bergerak ke fase ketiga."
Ryan tersenyum menyeringai memikirkan bagaimana nasib Alex nanti.
Malam itu, setelah pertandingan bola telah usai, Ryan segera pergi ke Jakarta menggunakan Bus malam. Ia benar-benar tidak sabar untuk membalaskan dendamnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
DewaSistem05
huk?
2023-04-12
0
Ucy (ig. ucynovel)
judi dosa atu 😁
2023-02-15
0
auliasiamatir
keren... rian
2023-01-28
0