Pagi mulai menampakkan sinar nya, cahaya perlahan masuk diantara tirai berwarna Navi tersebut. Membangunkan mata cantik milik gadis kecil yg kini dalam pelukan seseorang.
Vio perahan menyadarkan ingatannya tentang kejadian semalam. Bergerak perlahan menggeser tangan kekar yg memeluk pinggang nya dengan erat. Rasa sakit menahan tubuh apa lagi bagian bawahnya yg seperti ingin rontok rasa nya tak mengurangi niat nya ingin bangun dengan wajah yg ingin menangis namun harus tertahan nya, memilih kabur dengan cepat adalah keinginan terbesar nya saat ini.
''Tuan Gery?''
''apa Tuan Darren belum bangun?
''belum Tuan, kami menunggu disini dari tadi malam belum ada pergerakan kalau Tuan Darren sudah bangun'' jelasnya
''aneh sekali''
''apa ada yg kalian dengar tadi malam??''
''tidak ada, selain teriakkan wanita dari dalam Tuan''
''baiklah kita tunggu saja?!''titah nya pada semua anak buah nya.
''apa tidak kita periksa saja, Tuan?'' ucap Leo
''sepertinya kali ini Tuan menyukai nya''
''maksud anda??'' serempak mereka yg bingung
''nanti kalian akan tahu, Leo??''
''ya, Tuan??''
''panggil pelayan yg membawa pakaian dan sarapan tadi''
''baik Tuan'' Leo pun menunduk lalu melangkah pergi yg diikuti oleh dua orang lagi di belakang nya.
Meskipun memiliki wajah dingin tapi kali ini suasana hati Gery sedikit baik, terlihat jelas dari wajah yg menunjukkan senyum tipis dengan pandangan yg tak lepas dari pintu kamar yg ada di depannya. Bahkan para pengawalnya menatap bingung dengan lelaki yg termasuk irit bicara ini bisa menunjukkan juga wajah manusia, biasanya Gery akan memasang wajah kaku yg orang lain akan berpikir dia ini adalah robot bukan manusia.
Vio yg sudah keluar dari kamar mandi setelah membersihkan diri dan hanya menggunakan bathrobe. Celingukan dikamar mencari cara agar bisa kabur yg pasti kalau bisa jangan berlari bahkan berjalan saja dia hampir menggunakan seluruh tenaganya,
''pikirkan Vio, berpikir''
Ucapnya dengan tubuh yg masih saja gemetaran takut laki-laki yg masih tidur itu terbangun. Akhirnya Vio memilih berjalan perlahan ke depan, namun benar saja baru akan membuka terdengar suara beberapa pria di balik pintu yg membuat nya mengintip keadaan diluar.
''astaga!!''
Deg!!
Kagetnya melihat sudah banyak pria yg berbadan kekar seperti yg membawa nya semalam, ketakutan kembali melanda nya. Dan tanpa sadar air mata nya kembali mengalir tanpa izinnya gemetar tentu saja bahkan kalau tidak berpegangan pada pintu mungkin Vio sudah Ambur di lantai dan membuat monster yg saat ini tertidur di ranjang akan terbangun, meskipun jarak mereka cukup jauh tapi dalam ruangan ini hanya ada mereka berdua kalau Vio membuat keributan sudah pasti akan kedengaran oleh pria tersebut. Bayangan buruk terulang kembali lagi dalam pikiran Vio bagaimana kalau dia bangun dan melakukan hal serupa lagi sekarang membayangkan nya saja jantung Vio sudah berdetak tak karuan bagaimana kalau beneran Vio seperti nya akan tewas disini sekarang.
''tuhan, tolong Vio. Vio ingin pulang''
Isak tangis nya yg tertahan dengan mata yg terpejam
Tokk,,tokk
''Tuan boleh saya masuk??''
Suara seseorang membuyarkan lamunan Violine yg menangis tadi, Vio tetap berdiri di tempat nya dengan merasakan pintu terbuka perlahan jantung nya kembali berdetak ketakutan. Namun lebih baik saat yg dia lihat bukan pria berjas hitam melainkan seorang wanita dengan mendorong troli berisikan menu sarapan yg jelas dia tahu milik orang yg tertidur.
''aahhhh!!! Emh''
Wanita yg terlihat lebih tua dari Vio ini pun kaget kala menyadari Vio berdiri di balik pintu dengan jubah mandi nya dengan keadaan rambut yg masih basah. Vio yakin jika dia tidak cepat membekap mulut wanita itu pasti buka hanya yg tertidur yg terbangun tapi yg berada di balik pintu juga akan menerobos masuk semua.
''diamlah,, aku mohon'' pinta Vio lembut yg dijawab anggukan
''apa yg Nona lakukan disana??''
''sssts!!!'' Vio yg meletakkan jari nya di depan bibirnya
''ahh!!, Maafkan saya Nona''
''Nona, aku mohon tolong aku''
Kali ini Vio berlutut membuat wanita yg dipegang nya ini kebingungan.
''Nona, jangan seperti ini''
''aku mohon tolong aku''
''baiklah, apa yg bisa saya bantu? Nona''
''bantu aku keluar dari sini??'' pintanya memohon
''hah!!?''
''aku mohon, tolong bantu aku. Aku ingin pulang tapi mereka membawa ku paksa kemari, aku mohon Nona'' kini dengan isakan tangis Vio memohon membuat
''ta,, tapi??'' timbang wanita itu dengan menatap Vio bergantian dengan Tuan Darren yg masih tertidur di ranjang
Selang tiga puluh menit akhirnya Vio yg di bantu wanita itu kini sudah ada di lobi hotel, dengan langkah yg gontai Vio akhirnya keluar tujuan adalah kembali ke panti memeluk ibu Lalisa adalah obat untuk nya saat ini. Hari yg cerah hari ini justru menyeramkan bagi Vio, selama perjalan air mata bahkan tidak ada hentinya menetes di wajah nya, beruntung sebelum pergi Vio masih menemukan tasnya, dengan baju yg disediakan oleh pria yg tak di kenalnya Vio pergi begitu saja tanpa menyapa bahkan melewati para pengawal dengan wanita yg menemani nya. Tidak tahu nama apa lagi wajah yg Vio tahu lelaki yg merenggut hidup nya adalah pria yg tak bisa disentuh dan hanya tato burung phoenix di punggung lelaki yg menjadi ingatan buruk untuknya.
Sampai di depan panti, air mata nya bertambah deras tempat di dunia ini yg paling nyaman adalah panti menurut nya, disini tidak akan ada yg berniat menyakiti nya. Justru sebalik nya hanya ada cinta dan kasih sayang disini, melangkah perlahan melewati gerbang Violine bisa melihat ada mobil sahabatnya yg parkir disana, berusaha menutup sedih nya Vio percepat kan langkah nya dan masuk.
Benar saja Bella dan ada Tasya juga yg sedang menunggu nya dengan ibu Lalisa pandangan mereka ke arah pintu begitu tahu orang yg mereka tunggu telah kembali
Bella berlari memeluk Vio dengan senyum hangat nya yg di ikutin oleh Tasya, sedangkan ibu hanya tersenyum memperhatikan tingkah mereka yg seperti Teletubbies
''kamu dari mana saja sih?? Kami menunggu kabar baik''
Bella yg protes karena sahabatnya tidak bisa dihubungi dari semalam.
''Bell?,'' suara parau Vio mulai kedengaran membuat Bella dan yg lain ikut panik, kini tangis nya mulai pecah kembali Violine anak yg pemalu tapi selalu ceria itu, kini menangis sejadi-jadinya di pelukan Bella.
Bella yg bingung menatap ibu Lisa, dan seperti meminta tolong dengan keadaan Vio sekarang,,
''Vivi??'' suara lembut ibu Lisa memanggil nya
''ibu, tolong Vivi bu'' dengan terhambur dalam pelukan suster Lisa Vio menangis sejadinya kini tubuh ambruk kelantai yg diikutin ketiga nya, semua nya panik dengan keadaan Vio. Namun mereka tidak ingin bertanya lebih dalam takut Vio hanya akan menangis terus.
''ayo kita masuk dulu, lalu setelah Vivi siap baru ceritakan dengan ibu'' ucapnya pelan setelah Vio mulai tenang dengan mengelus rambut panjang Vio yg dibiarkan terurai. Yg lalu di jawab anggukan oleh vio.
Dalam kamar yg tidak terlalu besar ini Vio merebahkan tubuhnya tapi dengan kepala yg berada dipangkuan ibu Lisa dan Bella dan Tasya yg saling memegang tangan nya seolah memberi kekuatan untuk Violine.
''Vivi minta maaf bu'' dengan tatapan kosong. Ibu Lalisa tahu ada yg tidak beres dengan Violine dia terus membelai kepala gadis yg sudah seperti anaknya ini agar terasa nyaman.
''Vivi minta maaf kenapa??''
'' Vivi menyesal sudah tidak mendengar kan perkataan ibu''
Bella dan Tasya saling memandang heran
''Buu???''
''yaa''
''kenapa dunia kejam??''
Violine kembali menangis namun tidak histeris seperti tadi
'' dunia memang akan seperti ini, hanya tergantung cara manusia memandang nya nakk''
''tapi kenapa semua nya menyakiti Violine Buu''
''apa maksud Vivi??''
Violine bangkit dan berdiri membelakangi tiga orang yg sedari tadi menemani nya, wajah bingung terus mereka pasang kala Vio mulai membuka perlahan baju nya mereka serempak kaget membulat kan mata bahkan Bella ikut menangis melihat tubuh Vio yg banyak meninggalkan bercak merah,
''Vio, i ini??'' Bella yg bingung berdiri dan membalik tubuh sahabat nya, dan benar saja penampakan depan jauh lebih parah dari belakang.
''siapa yg melakukan nya Vio??'' Tasya yg mulai panik
Hiks hiks hiks
Tangisan kembali pecah bahkan ibu Lalisa tidak tahu lagi harus bereaksi seperti apa tangisan mereka semua mengisi ruangan kecil itu, bahkan ruangan yang tidak kedap suara itu menarik perhatian anak-anak panti yg bingung dan berkumpul di depan kamar Violine.
'' anak-anak, ayo kembali bermain tidak baik disini''
Ucap lembut suster Santi yg menggiring anak-anak agar menjauh,
''Sus, apa Kaka Vio baik-baik saja??'' tanya anak laki-laki itu
''iya, Kaka Vio baik-baik saja kalian jangan khawatir ya''
''tapi Sus, kenapa Kaka menangis??'' cercah anak yg lain
''terkadang dengan menangis perasaan kita jauh lebih baik''
''oooh'' anak-anak serempak menjawab
''biarkan Suster kepala yg mengurus nya ya, anak-anak tidak boleh ikut campur urusan dewasa'' Suster Santi memberi pengertian kepada anak-anak dengan lembut
Kesedihan berlanjut di panti, berbeda dengan keadaan di hotel yg ditinggalkan oleh Violine kekacauan terjadi setelah sang Tuan terbangun dan tidak melihat wanita yg menemani nya semalam.
''bodoh!!'' caci nya kepada bawahan nya
''maafh kan kami, Tuan''
''aku meminta kalian untuk berjaga, kenapa bisa lolos??!''
''Tuan, wanita itu keluar dengan pakaian yg anda minta, kami pikir Tuan sudah selesai makanya membiarkan nya pergi''
Braaak!!!!
Lemparan gelas wine yg di tangan Darren mendarat tepat di pelipis Leo, emosi Darren kali ini benar-benar membuat nya hilang kendali Gery yg paham dengan keadaan menyuruh mereka keluar dan berbicara pribadi dengan Tuannya.
''Leo!, Obati luka mu dan yg lain tetap jaga diluar jangan ada yg berani bergerak tanpa perintah!!''
''baik Tuan Gery''
Setelah tunduk memberi hormat pengawal yg lebih dari sepuluh orang itu keluar dari ruangan dan berbaris di depan pintu, berbeda dengan Leo yg pergi mengobati luka di kepala nya yg mulai mengeluarkan darah.
''Tuan??''
Gery memberanikan diri memanggil setelah mendengar Tuan nya berulang kali membuang nafas kasar.
''bagaimana bisa kecolongan Ger??''
''maafkan saya, Tuan?''
''hanya gadis kecil saja kalian bisa terlewatkan!!'"
Gery berusaha mencerna omongan Tuannya yg masih membelakangi nya.
''apa kali ini special, Tuan??''
''siapa yg menjual nya kemarin?''
''saya mendapatkan penawaran gadis itu dari Pedro, Tuan?''
''Pedro??''
''benar, Tuan''
''jangan bilang??'' Darren membalik tubuh nya menatap Gery
''benar, Tuan setelah eksekusi keuangan yg kita lakukan di kasino yg dijalankan Pedro bermasalah kemarin. Dia menawarkan seorang wanita untuk anda, sampai dia tahu siapa dalang di balik kekacauan di tempat kita'' jelas Gery
'' jadi wanita itu umpan, agar aku tidak membahas nya dan secara tidak langsung memberikan dia waktu semalam!!'' tukas dareen
Mulai mengerjakan keadaan, Darren duduk dengan mengambil botol Wine dan meminum nya dengan perasaan yg mulai tersulut emosi.
''jadi, apa perlu kita cari wanita itu lagi Tuan?''
''apa kamu yakin Pedro yg memberikan wanita itu??''
''saya yakin, Tuan meski saya tidak melihat wajah nya tapi pakaian yg mereka pakai sama dengan ciri-ciri wanita yg sempat lepas dari pengawal'' jelas Gery
''siapa yg seharusnya membawa nya kemari??''
'' supir kita, Tuan''
''Bram??''
''benar Tuan''
''kalau begitu panggil dia kemari!!'' titah Darren tanpa melihat
Gery yg langsung meminta pengawal memanggil Bram pun sedikit heran, biasa nya Tuan nya tidak akan pernah perduli dengan siapa teman wanita nya, tapi kali ini selain membiarkan wanita itu menginap dengaan nya semalaman Tuannya langsung mengamuk saat terbangun tanpa wanita itu di samping nya, seperti anak anjing yg di tinggalkan oleh induk nya.
''saya menghadap, Tuan"
Darren yg menatap dingin ke arah supir yg menunduk pada nya sekarang, dapat terasa ruangan yg memiliki View terbaik ini berubah seratus delapan puluh derajat Celcius menjadi seperti kutub hanya dengan pandangan Darren.
''kau yg menjemput wanita itu semalam??'' tanya dingin Darren
''benar, Tuan tapi di pertengahan jalan ada beberapa sepeda motor yg menghalangi jalan jadi saya meminta bantuan Love untuk datang kesana''
''kau kenal mereka!?''
''sama sekali tidak, Tuan"
''sepertinya mereka salah satu anak buah mmusuh anda dan hanya menargetkan anda, setelah mereka tahu anda tidak ada bersama saya mereka pergi''
''bukankah menurut mu aneh??''
''saya yakin kalau mereka mengenal gadis itu Tuan, karena tanpa saya sadari gadis itu meloloskan diri dan kabur memasuki gang-gang sempit, saya sempat mengejar yg tidak berselang lama di bantu oleh Leo dan yg lain'' jelasnya
''berarti kamu melihat wajahnya??''
''tentu saja Tuan, bahkan saya yg membantu Tuan Pedro untuk membawa nya masuk dalam mobil''
''jadi gadis ini memang menolak??!''
''sepertinya begitu, Tuan terlihat dari cara anak buah Tuan Pedro yg menarik nya paksa dari dalam Kasino hingga masuk ke mobil''
Darren bangkit dari duduk nya, dan memandang ke luar lewat kaca besar di sudut kamar nya suasana dingin masih terus terasa, hingga sang supir menatap ke arah Gery berharap menyuruh nya keluar. Namun Gery hanya mengedip kan matanya memberi tanda kata sebentar yg di pahami oleh Bram.
''Gery??''
''ya,Tuan??''
''menurutmu apa mungkin Pedro akan menyediakan gadis yg sama sekali belum pernah tersentuh??''
''maksud anda masih perawan, Tuan?''
''benar!!'' Darren kembali berbalik
''sepertinya tidak mungkin Tuan, mengingat kembali watak Pedro tidak mungkin dengan mudah dia mendapatkan gadis yg masih suci hanya dalam waktu beberapa jam''
''apa lagi dia juga tahu saat anda butuh wanita anda tidak akan benar-benar meniduri nya'' jelas Gery yg di jawab anggukan oleh Darren.
''Baiklah, Bram kau boleh pergi'' Gery menyentuh pundak laki-laki yg terlihat kaku karna ketakutan dengan suasana saat ini. Namun belum lagi benar-benar melewati pintu seperti panggilan maut, Bram terkejut kala ada yg memanggil nya.
''Bram??!''
''i,,iya Tuan'' balas nya kembali berbalik
'' apa kau memiliki foto gadis itu??!''
Tampak Bram yg berpikir, lalu mengeluarkan ponsel miliknya
''ada, Tuan'' ucapnya sambil menyerahkan benda pipih itu ke atasan nya.
''hah!!, Sudah ku duga mereka orang yg berbeda''
Senyum tipis diperlihatkan oleh Darren dan mengembalikan ponsel milik bawahannya.
''Gery, seperti nya Pedro memang mencari masalah denganku''
''maksud, Tuan?''
''gadis yg ingin di beri nya, dan gadis yg naik di atas ranjang ku itu dua orang yg berbeda'' jelas Darren dengan wajah kesal nya.
Kekesalan Darren terus berlanjut, bahkan Gery bingung mengembalikan fokus Tuan nya. Sedangkan Leo berusaha mencari jejak wanita yg kabur dan menjadi masalah untuk nya dengan mengehack semua jalur CCTV. Tapi seperti mencari semut di kandang singa Leo dan Beberapa bawahan kalang kabut di buat nya.
''temukan wanita itu secepatnya, meskipun kalian harus sampai ke lubang semut sekali pun!!''
''baik, Tuan''
Gery langsung pergi meninggalkan Darren yg masih dengan wajah datarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments