Beberapa bulan kemudian, kehamilan Vita sudah masuk usia sembilan bulan menurut hitungan Vita dan dokter yang memeriksanya. Tapi hal itu tidak membuat semangat Vita surut. Kata dokter tempat dia sering periksa. Bayinya sehat, dan Vita sangat bersyukur meskipun dia bahkan hanya punya waktu istirahat lima jam setiap harinya untuk tidur, tapi kesehatannya sama sekali tidak terganggu. Mungkin karena bayinya juga sangat pengertian dan mendukung ibunya dalam melakukan setiap pekerjaan.
Saat semua orang di restoran sudah pulang, Vita masih membereskan beberapa bahan makanan yang akan dia bawa pulang. Yang sudah di keluarkan dari tempat penyimpanan karena tak terpakai lagi.
Manager restoran itu, namanya Andi. Kebetulan dia juga sudah akan pulang.
Andi yang memang sejak awal sangat respect pada perjuangan dan kerja keras Vita pun semakin kagum pada wanita itu. Namun beberapa kali dia berusaha mendekati Vita, namun Vita dengan sangat terang-terangan mengatakan tidak punya waktu untuk memikirkan masalah lain selain bekerja dan bekerja. Andi pun akhirnya memaklumi hal tersebut.
Namun saat Vita akan mengangkat keranjang yang biasa dia pakai untuk membawa beberapa bahan makanan itu. Dia merasa perutnya sangat sakit, sangat mulas. Vita yang tidak mengerti kalau dia kontraksi karena memang selama ini kandungannya tidak pernah ada masalah kontraksi atau masalah lainnya pun hanya meringis dan mengelus pelan perutnya.
"Aduh, ini kenapa ya. Sakit sekali!" kata Vita yang tak mengerti kalau dia sedang kontraksi karena akan segera melahirkan.
Andi yang melihat Vita membungkuk-bungkuk memegangi perut pun segera menghampirinya.
"Vita, kamu kenapa?" tanya Andi khawatir.
Vita pun menoleh ke arah Andi, dan Andi terkejut melihat keringat sudah mengalir sangat banyak di wajah Vita yang terlihat sangat kesakitan.
"Perut saya sakit sekali pak!" jawab Vita dengan suara semakin melemah karena menahan sakit.
Andi yang memikirkan kemungkinan kalau Vita akan melahirkan pun segera membantunya.
"Mungkin kamu akan melahirkan, sebaiknya kita ke rumah sakit sekarang. Ayo saya bantu!" ajak Andi sambil menuntun Vita keluar dari restoran menuju ke arah mobilnya yang terparkir tak jauh dari sana.
Saat Vita sudah berada di dalam mobil. Dia lantas baru sadar kalau dia kontraksi. Karena sakit yang dia rasakan hilang dan timbul lagi begitu cepat dan sangat konsisten. Dia ingat apa kata dokter waktu itu, kalau memang seperti itulah yang namanya kontraksi akan melahirkan.
"Kita ke rumah sakit ya, sabar ya Vita!" ucap Andi yang sesekali mengusap keringat di dahi Vita dengan sapu tangannya.
"Pak, ke rumah sakit Bunda Shafa saja pak. Saya sudah reservasi jauh-jauh hari disana!" kata Vita yang langsung di angguki Andi.
Vita memang sudah jauh-jauh hari menyiapkan persalinannya. Dia selalu memeriksakan kehamilannya di rumah sakit itu yang harganya memang lebih miring dari rumah sakit lainnya. Lagipula dia juga dapat rekomendasi dari salah satu mahasiswa yang magang di rumah sakit itu. Mahasiswa itu juga yang membantu Vita untuk reservasi dan dapatkan tempat sesuai kemampuan Vita di sana.
Vita dan Andi pun sampai di rumah sakit yang dimaksud. Beruntung ada Andi dan mahasiswa teman satu kost Vita itu yang membantu mengurus semuanya.
Saat ini Vita sedang ada di ruang bersalin. Vita yang memang sudah lumayan lelah karena bekerja seharian hari ini berusaha sekuat tenaganya untuk memperjuangkan kelahiran anaknya. Yang saat USG berjenis kel4min laki-laki itu.
Keringat yang sudah membanjiri tubuhnya, dengan air mata yang bercampur dengan keringat itu. Dan dengan arahan dari dokter dan perawat yang membantu persalinan Vita. Akhirnya setelah satu jam berada di ruang bersalin, terdengarlah suara tangis bayi.
"Oeeek.... Oeekk!"
"Selamat Bu Vita, anaknya laki-laki. Sehat dan lengkap Bu!" ujar sang dokter yang juga tampak senang telah berhasil membantu persalinan Vita.
Lelah Vita dan tangisnya berubah menjadi sebuah senyuman saat sang dokter meletakkan bayi itu di atas dada Vita untuk melakukan inisiasi menyu5ui dini. Air mata mengalir lagi di mata Vita. Namun kali ini, air mata yang mengalir itu adalah air mata kebahagiaan. Melihat putra kecilnya menangis dan mencari ASI pertamanya.
Vita tak henti-hentinya mengucap rasa syukur. Karena meskipun dia berjuang sendirian di negeri asing dan tanpa ada orang-orang yang dia sayangi di dekatnya. Dia bisa melewatinya sampai dia bisa melahirkan putranya dengan selamat. Dan sekarang dia tidak akan berjuang sendirian lagi, ada putra kecilnya bersamanya.
Beberapa saat kemudian, Vita di pindahkan ke ruang rawat.
Mahasiswa magang yang juga adalah teman satu kost Vita menggendong bayi Vita dan membawanya ke kamar pemulihan Vita.
"Ci Vita, selamat ya. Bayinya handsome sangat!" kata Azizah.
"Selamat ya Vita!" ucap Andi.
Vita lalu melihat jam yang ada di dinding rumah sakit itu. Waktu di sana sudah menunjukkan pukul satu dini hari.
"Pak Andi, maafkan saya. Karena membantu saya pak Andi jadi belum pulang dan istirahat!" ucap Vita merasa tidak enak hati pada Andi.
"Tidak apa-apa Vita, jangan berkata seperti itu. Saya malah sangat sedih kalau tidak bisa membantu kamu!" jawab Andi.
"Boleh saya gendong bayinya?" tanya Andi.
Azizah pun melihat ke arah Vita, dan setelah mendapatkan persetujuan Vita. Azizah menyerahkan bayi mungil itu pada Andi.
"Anak baik. Sekarang kamu sudah lahir ke dunia, ibu kamu sangat berjuang untuk kamu nak!" ucap Andi yang membuat Vita dan Azizah tersenyum.
Keduanya memang tahu seperti apa perjuangan Vita untuk kehidupannya dan bayinya.
"Mau di kasih nama siapa ci Vita?" tanya Azizah.
Vita lantas melihat ke arah bayinya. Bayi yang sebenarnya tidak tahu siapa ayah kandungnya. Bayi yang di ajak lari dari rumah oleh ibunya saat dalam kandungan karena tak mau jadi beban dan aib untuk keluarga Vita. Bayi yang kuat, yang selalu menemani Vita bekerja keras tanpa mengeluh sedikitpun sampai kelahirannya.
Karena Vita terus memandangi sang bayi, Andi pun menyerahkan bayi yang tertidur pulas karena sudah kenyang setelah meminum ASI pertamanya dari Vita.
Vita menyentuh pipi lembut dan halus bayi mungil tanpa noda itu.
"Kamu anak yang kuat nak, kamu terus menemani ibu berjuang. Ibu akan memberimu nama TEGAR. Supaya kelak kamu menjadi sosok yang tegar dalam menghadapi apapun!" ucap Vita lalu mencium pipi anaknya yang dia beri nama TEGAR itu.
Andi dan Azizah juga tersenyum, karena menurut mereka nama itu adalah nama yang sangat bagus dan bermakna.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
£rvina
klo dah gede tegar bakalan nyanyi "Aku yg dulu bukanlah yg sekarang.. dulu dulu ku menderita sekarang aku bahagia 🎼🎵🎶📣📯🎹🎸🥁🎻🎺 .. hehe jd nyanyi akuh ☺
2023-06-30
1
Ilan Irliana
jd Tegar itu nm ank'y Vita...hihi..
2023-05-17
1
Dilara
welcome baby Tegar. Vita pasti bahagia banget itu. Sayang dia masih rahasiakan Tegar dari keluarganya padahal kalau ayah dan ibunya tahu mungkin mereka juga akan senang
2023-01-09
2