Vita kembali menangis di dalam kamarnya sendirian setelah membuang testpack yang menunjukkan kalau dirinya tengah hamil itu ke kotak sampah di belakang rumahnya. Vita bahkan sudah membakar testpack itu.
Vita terus menyentuh perutnya dan menekan perutnya itu dengan kuat.
"Ya Tuhan, kenapa jadi seperti ini. Bagaimana aku harus menjelaskan semua ini pada keluarga ku. Alika, aku tidak menyangka, kamu yang sudah aku anggap seperti saudara tega sekali berbuat seperti ini padaku!" tangis Vita benar-benar memilukan.
Nunik yang seharian ini merasa aneh karena Vita tak kunjung keluar dari kamarnya pun merasa cemas. Nunik pun ke kamar Vita untuk mengecek keadaan putri sulungnya itu.
Tok tok tok
"Vita sayang, kamu kenapa nak? dari pagi belum makan loh, nanti kamu shift malam kan, makan dulu nak!" seru Nunik dari depan pintu kamar Vita.
Vita pun membuka pintu kamarnya dan langsung memeluk sang ibu. Melihat tingkah Vita yang aneh dan terus menangis sambil memeluknya Nunik pun semakin khawatir.
Wanita yang hampir paruh baya itu langsung mengusap kepala Vita yang menangis memeluknya.
"Ada apa nak? kamu sakit? kalau kamu sakit minta ijin saja nak, tidak usah kerja malam ini, toh sebulan ini kamu belum libur kan? kamu kerja terus?" ujar Nunik yang belum menyadari kalau ada hal lain yang sangat ingin Vita katakan tapi takut keluarganya syock dan terpukul.
Vita lantas menarik dirinya menjauh sedikit dari sang ibu.
"Ibu... aku tidak apa-apa. Aku hanya habis menonton drama sedih di ponsel. Aku akan mandi dan akan segera makan Bu!" ujar Vita yang masih berusaha menutupi kehamilannya dari sang ibu.
Semua kembali berjalan seperti biasa. Hingga Vita kembali ke tempat kerjanya, dan di sana dia mendengar salah satu karyawati yang di pecat karena ketahuan hamil di luar nikah. Vita langsung kaget bukan main, bagaimana nasibnya kalau dia juga ketahuan hamil. Di pecat tidak hormat dari tempat ini maka akan sangat sulit mendapat pekerjaan di tempat lain.
"Kasihan si Olin, lagian mau aja di ajak tidur sama pacarnya. Ujung-ujungnya pacarnya kabur kan!" ucap salah seorang teman kerja Vita.
"Lah kita kan tahu Olin, dia aja berani ciuman sama pacarnya di depan kita!" sahut Tia, salah satu teman kerja Vita juga.
"Iya, kalau pacarnya kabur kenapa gak di gugurin aja sih!" celetuk Ina yang membuat Vita menatap serius ke arah Ina.
"Ngomong sembarangan!" sela Tia.
"Loh, daripada dia malu, keluarganya malu. Aku denger bapaknya punya penyakit jantung kan. Mending di gugurin aja waktu masih gak kelihatan dan gak banyak orang tahu!" balas Ina lagi.
Vita yang memang sangat kalut dan tidak tahu harus bagaimana itu, akhirnya mencari di media sosial tentang apa yang dikatakan Ina. Dan kebetulan langsung muncul sebuah situs yang menjalankan jasa seperti itu. Tangan Vita gemetaran saat akan melihat dimana lokasi klinik abal-abal itu berada. Namun dia tidak mau keluarganya seperti yang dikatakan Ina yang dialami oleh Olin. Ayahnya meninggal karena penyakit jantung, keluarganya di usir dan dimaki-maki oleh semua orang karena aib yang di buat Olin. Vita tak mau hal itu terjadi pada keluarganya. Hingga akhirnya, Vita menekan lokasi tempat itu.
Sepulang kerja, Vita melangkahkan kakinya menuju tempat yang ternyata tak jauh dari swalayan tempatnya bekerja. Saat itu pagi hari, karena Vita habis kerja shift malam.
Namun ketika Vita menyusuri komplek dekat klinik itu. Seorang anak kecil menabraknya dan terjatuh.
Anak perempuan yang usianya sekitar tiga tahun itu menangis ketika jatuh. Dengan tangan gemetaran membantu anak itu bangun. Seorang wanita yang adalah ibu dari anak itu langsung berlari dan meraih anak itu lalu memeluknya.
"Sayang, kamu gak papa kan. Maafin mama ya sayang. Mama tadi kunci pintu dulu!" ujarnya yang terlihat begitu khawatir pada sang anak.
Melihat wajah anak itu menangis dan memeluk erat ibunya, mata Vita pun berkaca-kaca. Dia sudah membayangkan akan seperti apa anaknya nanti. Belum jauh dari peristiwa itu, Vita kembali melihat seorang ibu dan ayah yang menggendong anaknya yang masih bayi. Melihat bayi itu tertawa kecil, langkah Vita pun terhenti.
'Ya Tuhan, apa yang sudah aku pikirkan. Aku ingin menghilangkan nyawa yang tak berdosa ini. Tidak... !' batin Vita menyesal sambil menggelengkan kepalanya perlahan.
Vita pun berbalik dan kembali ke rumahnya. Namun dilemanya masih membuatnya sangat bingung. Vita mengusap perutnya yang masih rata.
'Apa yang harus aku lakukan? aku harus bagaimana? lama-lama perut ini akan membesar, dan lama-lama semua orang pasti tahu, lalu bagaimana aku harus mengatakan pada kedua orang tuaku. Sedangkan aku sendiri tidak tahu siapa ayah dari bayi ini. Aku harus bagaimana?' batin Vita.
Hingga dia melihat sebuah iklan lowongan kerja di luar negeri. Vita memutuskan untuk meninggalkan negeri ini, dimana tidak akan mudah ada tempat untuk wanita yang hamil di luar nikah seperti dirinya.
Kebetulan saat itu, dua hari orang tua Vita sedang keluar kota ke tempat saudaranya yang menikah. Saat itu pula Vita mengambil semua tabungannya dan pergi ke luar negeri.
Saat kedua orang tua dan adik perempuan Vita yang bernama Vira, pulang ke rumah mereka terkejut mendapati sepucuk surat yang ditinggalkan oleh Vita di atas meja makan.
Dalam surat itu Vita mengatakan mendapatkan pekerjaan di luar negeri. Dan dia harus terburu-buru kalau tidak dia akan kehilangan kesempatan itu. Vita juga bilang akan mengirim surat tiap bulan dan akan menelepon tiap Minggu. Tapi dia tidak bisa di hubungi karena tempatnya bekerja susah signal.
Nunik dan Adam menangis membaca surat dari Vita. Tapi mereka tahu kalau anaknya itu pasti melakukan semua ini karena suatu alasan.
Dan alasan Vita adalah tidak ingin di tanya macam-macam oleh kedua orang tuanya. Karena dia tidak akan bisa berbohong pada keduanya.
Vita bilang pergi untuk bekerja, padahal dia sedang lari dari rumah untuk menyelamatkan nama baik keluarganya dari rasa malu akibat dia di jebak oleh teman baiknya sendiri.
Di negeri yang asing, Vita menyewa sebuah rumah yang sangat sederhana. Sangat murah, dia juga langsung mencari pekerjaan serabutan. Untuk menghemat uang dia hanya makan nasi satu kali sehari diluar. Saat pulang dia akan membawa makanan sisa dari restoran tempatnya bekerja sebagai pencuci piring untuk lebih banyak menabung. Untuk biaya persalinan dan untuk di kirimkan pada orang tuanya.
Terkadang Vita menangis di malam hari, tapi dia terus berusaha kuat demi bayi yang ada di dalam kandungannya.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Siti Nurjanah
kasihan kamu Vita semoga kamu dapat teman yg mau membantu di t4 yg asing itu
2023-01-13
2
Dilara
jahat emang si Alika, karma instan aja deh Thor yang begitu mah. Biar kapok.
wkwkwk, aku dah gak bisa bedain ini apa ya. padahal cerita novel doang. kok aku ikut gemes ya
2023-01-09
2
Dilara
kasihan gara-gara niatbaiknya sama teman malah akhirnya dia yang kesulitan
2023-01-09
2