Nana tampak malas saat sampai di restoran xx, ia bahkan melangkahkan kakinya dengan gontai tidak ada rasa semangat pada dirinya.
Kenapa harus kencan buta? Entah ini sudah ke berapa kalinya? Sungguh aku saja merasa lelah. Kencan buta, bertemu dengan laki-laki yang tidak aku kenal, harus bersikap baik, sungguh kencan buta ini terlalu drama bagiku.
Karena menurut ibuku usia 24 tahun sudah tua, jadi ibu selalu saja menyiapkan kencan buta yang membuatku muak bahkan ingin muntah. Mana laki-laki yang aku temui kadang tidak jelas, banyak juga yang mesum dan pokoknya aneh-aneh lah.
"Nona Nana," sapa seorang laki-laki berkacamata sangat culun sekali.
"Iya, Tuan Andi kan?" Nana memastikan takut salah, tadi sebelum sampai di restoran ibunya sudah memberikan banyak ocehan, katanya malam ini tidak boleh gagal lagi. Padahal saat melihat laki-laki yang ada di hadapkanku saja, rasanya aku langsung malas. Pingin rasanya menghilang dari muka bumi ini dalam sekejap.
"Iya Nona, boleh saya duduk?" tanya Andi sopan.
"Silahkan!" jawab Nana cuek.
Saat mereka sudah duduk saling berhadapan, Nana merasa tidak nyaman, apalagi Andi menatapnya dengan tatapan mesum. Sungguh membuatku jijik, ke lihatannya saja culun tapi ya mana aku tahu? Tatapannya saja menjijikkan seperti itu, menurutku.
"Kamu sudah memesan makanan?" tanya Andi pada Nana.
"Belum," lagi-lagi Nana menjawabnya dengan cuek.
Sebelum lanjut mengobrol keduanya sama-sama memesan makanan, setelah itu mereka sama-sama menunggu makanan pesanannya datang.
"Kamu sebelumnya sudah pernah pacaran?" tanya Andi, tatapannya semakin nakal pada Nana. Saat melihat lekuk tubuh Nana yang begitu seksi, sungguh membuat Andi menelan ludahnya dengan kasar. "Setidaknya aku harus bisa mencicipi prawan tua ini malam ini," batinnya dalam hati.
Padahal Nana baru 24 tahun, tapi di sebut prawan tua dasar laki-laki brengsek.
"Sudah," jawabnya cuek lagi. Rasanya tidak nyaman saat melihat sorot mata laki-laki ini, kelihatan sekali tatapannya begitu nakal.
"Kamu pernah tidur dengan laki-laki? Aku yakin di usiamu yang sudah cukup matang, pasti kamu melakukan hubungan bebas di luar sana kan," lanjut Andi membuat Nana langsung naik darah.
Nana beranjak dari tempat duduknya dengan kasar, memang aku ini wanita apaan? Aku tidak menjajah kan tubuh mulus ku ke laki-laki sembarangan, aku hanya mau melakukan dengan suamiku nanti.
"Jaga bicaramu Tuan! Aku bukan wanita murahan," tandas Nana dengan tegas.
"Kok kamu marah? Lagian wajar saja, kamu itu prawan tua," cetusnya tanpa perasaan dan tawa remeh terukir di sudut bibirnya.
Nana langsung pergi begitu saja, padahal makanannya yang di pesan belum datang. Dan akhirnya kencan buta malam ini gagal lagi.
Saat Nana pergi, Andi terdiam. "Apa ada yang salah dengan perkataanku?" batin Andi dalam hatinya, ia merasa tidak ada yang salah.
Saat makanan datang, Andi langsung membayarnya dan memberikan makanan itu pada pelayan yang membawa makanan itu.
Andi pergi meninggalkan restoran, lalu dia pergi ke club malam untuk mencari wanita nakal, untuk menemaninya malam ini. Awalnya dia mengira Nana itu wanita gampangan, tadinya niatnya mengajak Nana untuk menginap di hotel setelah makan selesai, karena ingin mencicipi milik Nana yang menurutnya sangat enak bila di pakai, lihat lekuk tubuhnya saja tadi Andi sudah ngiler.
Nana melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia pergi ke rumah ibunya, hatinya malam ini begitu marah karena kencan buta tadi.
"Dasar laki-laki kurang ajar," dengan kasar Nana memarkirkan mobilnya di depan rumah kedua orang tuanya.
Nana turun dari mobilnya dengan kasar, hatinya bergumuruh hebat, rasanya kemarahan dalam hatinya ini sudah tidak dapat di bendung lagi.
Nana langsung masuk begitu saja, ia bahkan tidak mengetuk pintu lebih dulu, kini rasa marahnya menggebu-gebu, dan tidak bisa di tahan lagi.
Melihat putri semata wayangnya datang, Hana sekilas tersenyum senang. Tak sabar mendengar kabar bahagia dari Nana.
"Nana, kok tidak mengetuk pintu sih Nak?" tanya ibunya, melihat Nana datang ia sangat senang. Aku yakin pasti kencan buta malam ini berhasil.
Nana mendaratkan pantatnya dengan kasar, membuat Yun yang sedang duduk sambil menonton televisi kaget.
"Nana, ada apa Nak?" tanya Yun pada anak semata wayangnya itu. Yun malah terlihat kawatir pada putri semata wayangnya ini.
"Ayah, katakan pada Ibu berhenti menyuruhku untuk melakukan kencan buta lagi, aku bisa mencari laki-laki yang baik untuk diriku sendiri," cecar Nana terdengar nada bicaranya agak menekan karena rasa marahnya.
Hana langsung berkacak pinggang, ia menatap Nana dalam-dalam seakan ingin menerkam mangsanya. Dasar anak kurang ajar, pekiknya dalam hati.
"Sudah sering kali Ayah katakan Nak, Ibu saja yang terlalu kekeh mencarikanmu jodoh," jawab Yun dengan nada lembut.
Hana akhirnya beranjak dari tempat duduknya, ia ikut bergabung duduk di sofa dan meninggalkan makanannya di atas meja makan begitu saja.
"Nana, kamu itu sudah berumur. Apa kamu mau menjadi prawan tua? Kamu tidak nikah-nikah, lihat teman-teman sekolahmu sudah pada punya anak," oceh Hana panjang lebar.
"Ibu malu banyak tetangga dan teman-teman Ibu mengatakan kalau kamu itu prawan tua," lanjut Hana semakin marah.
Seperti inilah ibuku dia selalu mengoceh tidak ada habisnya, di telpon, di rumah, makanya aku malas sekali kalau datang ke rumah ibu. Yang ada jurus andalannya itu tidak akan berhenti, bisa sampai 7 hari 7 malam.
Karena aku yang sampai sekarang belum menikah, membuat ibuku stress padahal aku sendiri santai dan baik-baik saja, lagian aku yakin jodoh itu akan datang di saat yang tepat.
"Bu, tapi kalau belum ada jodoh yang tepat, apakah harus di paksa Bu? Ibu tahu tadi laki-laki yang aku temui di restoran xx, dia adalah laki-laki mesum, apa ibu mau hidup anak ibu hancur karena keegoisan ibu?" cecar Nana, rasanya sangat lelah dan ingin bertriak yang sangat kencang. Tuhan pertemukan aku dengan jodohku secepatnya, aku terlalu lelah menghadapi ibuku, lama-lama aku bisa gila.
"Hey, Andi itu laki-laki baik, kamu jangan sembarangan bicara, dia itu pendidikannya bagus. Ingat Nana, Andi mau denganmu saja Ibu sudah bersyukur," tatapan Hana begitu sinis pada Hana.
"Han, sudahlah jangan paksa Nana untuk menikah! Kasian dia, nanti kalau sudah ada jodohnya juga akan datang sendiri," ujar Yun dengan sabar dan nadanya begitu lembut.
"Kalau tidak nikah-nikah, mau jadi apa? Jadi prawan tua? Itu lihat! Teman-teman Nana sudah pada menikah, ada juga yang sudah punya anak," sahut Hana tidak mau kalah sedikitpun.
Nana menundukkan kepalanya, rasanya pusing sekali. Kenapa sih usia harus menjadi patokan untuk menikah? Bukankah banyak juga perempuan yang menikah di usia matang, bahkan banyak juga di saat karirnya sudah bagus, baru mereka menikah. Tapi ini ibuku, kenapa selalu pernikahan menjadi masalah baginya?
Rasanya aku ingin menghilang di telan bumi saja, agar aku tidak lagi mendengar ocehan ibuku yang membuat kepalaku lama-lama pecah.
"Han, takdir manusia kan beda-beda, mungkin Nana memang belum ada jodohnya," ujar Yun lagi, Yun begitu sayang pada Nana. Ia juga tidak pernah memaksa Nana untuk menikah, apapun yang anaknya lakukan selalu mendukungnya.
"Sudahlah! Kalian anak dan bapak sama saja, ibu malu sungguh malu, punya anak prawan tua," ujar Hana dan langsung berlalu pergi masuk ke dalam kamarnya.
Nana menatap sang ayah, ia terlihat sedih dan Yun langsung memeluk putri semata wayangnya itu.
"Sabar ya Nak!" tuturnya dengan nada lembut.
Bersambung
Terimakasih para pembaca setia
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Helmi Manalu
menarik... lanjut thor semangat
2023-01-06
0