Malam harinya, setelah melewati perdebatan yang sangat panjang antara ibu dan anak, akhirnya Jovita memutuskan untuk mengalah. Karena, tidak ada gunanya juga dirinya terus membangkang terhadap Ayah dan Bundanya.
" Oke, Jovita mau ikut. tapi, hanya makan malam saja tidak lebih."
Begitulah perkataan yang dilontarkan oleh gadis tomboy itu. saat dirinya memutuskan untuk mengikuti saran Ayah dan Bundanya.
Tentunya, ucapan dari putrinya itu membuat pasangan suami istri itu, seketika tersenyum simpul.
" oke deal!"
Tanpa pikir panjang lagi, Vania dan Aksa segera beranjak dari duduknya untuk segera melangkah untuk menuju kamar mereka.
" ingat, dandan yang cantik." ucap Aksa, Seraya tersenyum penuh arti.
Sementara Jovita yang mendengar itu, segera memutar bola mata malas." huh, sabar sabar. ingat Juwita, ini semua demi kartu kredit."
Gadis tomboy itu segera melangkahkan kakinya menuju ke kamar untuk segera bersiap-siap. Yap, sang ayah mengancam Jovita untuk tidak memberikan fasilitas berupa kartu kredit dan juga mobil jika tidak ingin mengikuti perintahnya. dan itu pasti akan berhasil. Karena, semua hobi yang dimiliki oleh Jovita, menggunakan kartu kredit sang Ayah.
" pengen banget gue cari kerja. biar nggak dipaksa-paksa terus sama mereka." ucapnya di depan meja rias.
Karena saat ini, Gadis itu Tengah memoles wajahnya menggunakan seperangkat alat make up yang sengaja dibelikan oleh Vania. ibunya, saat wanita paruh baya itu, mengunjungi Mall kesayangannya.
Tok tok tok
" Jovita! apa semua sudah siap?! Ayo kita pergi. kasihan mereka sudah menunggu!"
Seketika itu pula, Jovita menghela nafas panjang. saat gadis cantik itu, mendengar teriakan dari Bundanya.
Dengan langkah yang gontai dan juga sedikit malas, gadis cantik itu keluar dari dalam kamarnya untuk menemui kedua orang tuanya.
" cantik banget anak Ayah," Aksa tersenyum simpul. Kemudian, laki-laki paruh baya itu, segera menggandeng Putri kesayangannya dan didampingi oleh sang istri.
" nanti di sana, jangan bertingkah aneh-aneh." ucap Vania memperingati.
Karena, wanita paruh baya itu tahu bagaimana sikap dan tabiat Putri tunggalnya itu. akan sangat merasa malu bukan, jika anak kita membuat ulah di hadapan calon besan sendiri, membayangkannya saja, Vania sudah merasa merinding. jangan sampai, apa yang ia khawatir dan pikirkan, menjadi kenyataan.
"hmm,"
Mereka bertiga, Segera menaiki mobil Fortuner berwarna putih itu. dan dengan segera, langsung melesat membelah jalanan Ibukota. yang Malam ini, terasa begitu Lenggang. entah apa penyebabnya, mungkin saja, semesta telah memberikan Restu dan jalan. sehingga perjalanan, terasa begitu menyenangkan.
Di dalam mobil Fortuner itu, Jovita tengah berpikir keras Bagaimana cara untuk menggagalkan semua ini tanpa harus membuat kedua orang tuanya curiga. gadis cantik itu, tanpa mengetuk-ngetuk kepalanya. memaksa otak kecilnya itu, untuk segera berpikir dengan keras. karena dirinya, sama sekali tidak ingin berada di posisi seperti ini.
Karena Jovita merasa, Apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya itu adalah hal kuno. di zaman serba modern ini, orang tuanya masih saja percaya dengan hal-hal yang berbau perjodohan. karena Jovita yakin, jika perasaan yang dipaksakan itu, tidak akan pernah berhasil. dan kedua orang tuanya pun, hanyalah manusia biasa. yang tidak luput dari kesalahan.
Sehingga, Jovita tidak begitu yakin jika Perjodohan ini akan langgeng hingga akhir hayat. karena kedua orang tuanya Bukan Dewa yang dapat memprediksi kehidupan di masa depan.
" Kenapa sih cemberut aja?" tiba-tiba saja, Vania berkata dengan menata putrinya sekilas.
" zaman udah modern kok masih kuno." ucap gadis cantik itu pelan. dengan harapan, kedua orang tuanya tidak mendengar kata-kata yang baru saja keluar dari mulutnya.
Namun, harapannya sirna. saat ucapannya, mendapat sahutan dari sang ayah.
" walaupun kuno, tapi banyak yang langgeng lho. contohnya Bunda sama Ayah." ucap Aksa Soraya matanya masih fokus terhadap Jalan Raya.
" beda zaman." sahut Jovita.
" udah nggak usah ngedumel aja, jalanin aja dulu. kalau cocok ya lanjut, Kalau nggak ya udah." ucap Vania melerai.
Karena wanita paruh baya itu tahu, jika anak dan suaminya sudah berdebat, maka tidak akan pernah selesai. karena mereka akan saling melempar argumen satu sama lain.
"hufftt,"
Jovita berulang kali menghela nafas panjang. untuk meredakan rasa yang ada dalam dirinya. bukan rasa nervous. Melainkan, rasa malas yang menggelayuti hatinya.
" sudah, pasti kamu akan terpesona melihat anak dari teman Bunda itu." ucap Vania mengusap kepala putrinya.
Jovita tak lagi menggubris ucapan dari bundanya. gadis itu, malah sibuk membuka beberapa aplikasi yang ada di ponselnya itu.
Tiba-tiba saja, matanya membulat sempurna. saat tidak sengaja, melihat sebuah postingan dari teman-temannya.
grup rock n roll
Sandrina: Guys besok ada balapan di Sirkuit.
Ochi: beneran?
Cherry: ikut yuk lumayan hadiahnya.
Jovita: kalian segera daftar, Nanti keburu tutup pendaftarannya.
setelah mengetikkan pesan itu, Jovita Segara terdiam dengan sesekali melempar senyum. tentu saja, Pemandangan itu membuat Vania dan Aksa, seketika Saling pandang.
" Kenapa Jovita, ada apa?" tanya Vania menoleh ke arah putrinya.
Seketika, Jovita menggelengkan kepala." tidak ada apa-apa Yah," ucap Gadis itu berbohong.
Karena, kedua orang tuanya pasti akan melarang. jika mengetahui, dirinya akan melaksanakan balapan sepeda motor di sirkuit. Walaupun, balapan itu sudah resmi, Namun kedua orang tuanya tidak pernah membiarkan dirinya untuk mengikuti kegiatan itu.
****
Mereka bertiga segera turun dari dalam mobil, setelah sampai di sebuah restoran ternama di kota itu.
Jovita turun dengan langkah yang diperlambat. Karena memang, gadis cantik itu tidak menginginkan hal ini terjadi.
" Ayo dong Sayang, kita percepat jalannya, mereka sudah menunggu." Vania menggenggam tangan putrinya. kemudian menariknya untuk segera berjalan dengan cepat.
Karena, wanita paruh baya itu tahu, jika putrinya berusaha untuk menghindari pertemuan dua keluarga ini.
Akhirnya, Jovita pasrah saat ibundanya, menarik tangannya dan membawa ke dalam restoran itu.
" Nah itu dia," tunjuk Vania saat mereka sudah berada di dalam restoran dan juga di ruangan VVIP.
Jovita yang melihat itu, semakin merasa malas. dan seketika itu pula, tengkuknya merasa merinding. saat membayangkan, pasangannya pasti akan lebih tua Dari Dirinya.
" Bun Apakah dia sudah tua?" tanya Jovita ambigu. Namun, Vania mengetahui apa yang dimaksud oleh putrinya itu.
" lumayan sih sayang, Memangnya kenapa? toh ayah dan bunda juga terpaut usia cukup jauh, tapi kami langgeng saja kan?" tanya Vania penuh arti.
Mendengar ucapan dari bundanya, membuat Jovita seketika membulatkan mata." Bun, aku nggak,--" belum sempat, gadis itu melanjutkan perkataannya, Aksa, selaku sang ayah, memberikan isyarat agar dirinya menghentikan ocehannya.
"huft,"
Lagi Dan Lagi, Jovita harus meredam rasa yang berkecamuk di dalam dadanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments