Bab 2

Sesampainya di area sekolah, Jovita dan Sandrina, sudah dihadang oleh dua sahabatnya yang lain. Yaitu, Ochi dan juga Cherry yang terlihat Tengah bersedekap dada.

" lama amat kalian berdua, Emang rumah kalian pindah ya?" tanya Ochi Seraya melirik ke arah Jovita dan juga Sandrina.

" nih, Kanjeng Ratu Kalian nih yang lama." ucap Sandrina Seraya menunjuk ke arah Jovita dengan dagunya.

Sementara, gadis yang tengah dibicarakan oleh ketiga temannya itu, memutar bola mata malas. Kemudian, dengan segera berjalan mendahului ketiga gadis itu. hingga membuat mereka semua, tampak menautkan alis karena merasa keheranan.

" Kamu Kenapa Jovita?" tanya Sandrina yang ikut Duduk di hadapan gadis itu.

Jovita yang ditanya, hanya menghela nafas panjang. Kemudian, mulai membuka buku pelajarannya Yang sebentar lagi, guru pelajaran itu akan masuk ke dalam kelas Jovita.

" Halo Jovita sayang, Reiner kangen banget sama Jovita." tiba-tiba saja, seorang laki-laki tampan datang menghampiri kerumunan gadis itu dengan gaya slengeannya.

Sementara gadis yang namanya Tengah dipanggil itu, menatap tajam ke arah laki-laki yang bersajak tiba itu. hingga membuatnya, seketika terkekeh pelan.

" Kamu kenapa sih? kok sepertinya lagi bad mood gitu?" tanya Reiner dengan duduk di samping gadis itu.

" jangan ganggu gue! Pergi sana!" ucapnya Seraya mendorong tubuh laki-laki itu. hingga tubuh kekar Reiner, terdorong ke belakang.

"ish galak banget sih. teman kalian ini kenapa?" tanya laki-laki itu Seraya menatap ke arah ketiga teman Jovita.

" jangan macam-macam. gadis itu sepertinya sedang kumat sifat aslinya." ucap Sandrina berbisik di telinga laki-laki itu.

Hingga membuat Reiner, menelan ludah sangat kasar. Karena, laki-laki Tampan itu tahu jika Jovita Tengah kumat seperti ini, maka, dirinyalah yang akan menjadi sasaran bulan-bulanan gadis itu.

Dengan perlahan, trainer melangkah mundur untuk keluar dari ruangan yang terlihat sangat mengerikan tuh. Namun, sepertinya Dewi Fortuna belum berpihak terhadapnya. Saat, laki-laki Tampan itu mendengar namanya dipanggil oleh gadis yang ia dambakan itu.

" tunggu, Lu mau ke mana Reiner sayang?" tanya Jovita dengan seringai di bibir mungilnya itu.

Tubuh Reiner tiba-tiba membeku saat suara Jovita sudah mulai lemah lembut. Karena, jika Gadis itu telah berkata dengan nada lembut, maka sesuatu yang buruk, akan segera terjadi kepadanya.

****

Sementara itu di tempat lain, lebih tepatnya di perusahaan milik Alexandro Group, terlihat Tengah dinasehati oleh kedua orang tuanya.

" kamu mau sampai kapan kerja terus Dion? Apakah kamu tidak pernah berpikiran untuk menikah?" tanya Olivia sang ibu.

" benar Dion, umur kamu itu sudah terlalu matang. segeralah berumah tangga. agar kami, juga sempat untuk menimang cucu." sahut Edgar sang papa.

Sementara Dion yang mendengar itu, seketika memutar otak. untuk mengingat kejadian saat dirinya bertemu dengan gadis tomboy itu.

" Kenapa kamu senyum-senyum seperti itu? Apakah ada yang lucu? atau kamu meledek kami berdua?" tanya Olivia melayangkan tatapan tajam ke arah putranya itu.

Dion segera menggelengkan kepala." bukan itu mah maksudku. Tapi, Sepertinya aku sudah jatuh cinta." ucapnya tanpa melunturkan senyuman dari wajah tanpanya itu.

Mendengar ucapan dari Putra mereka, membuat Olivia dan Edgar, seketika saling memandang satu sama lain.

" Siapa orang itu? dari keluarga mana? Ayo kita berangkat sekarang. kita lamar gadis itu." ujar Edgar penuh dengan semangat.

Maklum saja, Dion adalah anak mereka satu-satunya dan saat ini, sudah menginjak usia 29 tahun. usia yang menurut Olivia dan Edgar, adalah usia yang pas untuk menikah.

Dion yang mendengar dan melihat reaksi sang papa, seketika menggelengkan kepala. tentu saja hal itu membuat Edgar dan Olivia, menatap putranya itu, dengan tatapan bingung.

" kenapa? Apa kamu menyukai istri orang?" tanya Edgar menatap putranya dengan tatapan menyelidik.

Dion yang mendengar ucapan sang ayah, mendengus kesal." enak aja Papa bilang. dia masih single tahu," ucapnya sewot.

" tahu dari mana kamu kalau orang yang kamu temui itu masih single?" kini giliran Olivia yang bertanya.

" tahulah dia masih sekolah kok." ujar Dion santai.

Sementara Edgar dan juga Olivia yang mendengar itu, seketika membulatkan mata karena merasa tak percaya dengan ucapan putranya itu.

" kamu menyukai anak-anak, jangan bilang kalau kamu,---" belum sempat ibunya meneruskan ucapannya, Dion sudah terlebih dahulu mengatakan sesuatu.

" dia sudah berusia 17 tahun." ucap laki-laki itu Seraya menyerahkan sebuah kartu di atas meja. dan dengan segera, Olivia mengambil kartu itu.

"Jovita Adelia Putri?" tanya wanita paruh baya itu Seraya menatap ke arah plafon rumahnya. Sepertinya, wanita paruh baya itu Tengah mengingat sesuatu.

" Mama kenal?" tanya Dion Seraya menatap ke arah ibunya dengan tatapan kebingungan.

Olivia yang mendengar pertanyaan putranya itu, menatap dengan tatapan sedikit berbinar." Kalau benar dia anak temen Mama, Mama akan langsung merestui kalian." ucap Olivia Soraya tersenyum kecil.

Tentu saja itu membuat Dion yang mendengarnya, seketika terdiam. Sepertinya, laki-laki Tampan itu, tengah mencerna ucapan dari ibunya. tak lama berselang, matanya berbinar.

" segerakan saja Mah, sepertinya Anak kita sudah tidak sabar." ucap Edgar Seraya melirik ke arah putranya itu.

" tapi dia masih sekolah sepertinya." ucap Olive Seraya menghela nafas panjang.

" itu tidak akan menjadi masalah mah, Kalau benar dia adalah anak dari teman mama, kita bisa atur semuanya." ucap Edgar.

Dion yang mendengar itu, menetap kedua orang tuanya dengan wajah berbinar-binar." Oke kalau gitu, Dion Serahkan semuanya sama mama sama papa." ucapnya Seraya Beranjak Pergi dari sana.

Sementara Edgar dan juga Olivia yang melihat itu, seketika tersenyum tipis." akhirnya kita akan mendapatkan menantu dan cucu Pah." ujar Olivia Soraya mengusap air matanya karena merasa terharu.

" tapi tidak masalah kan, kalau Gadis itu masih sekolah?" tanya Edgar sedikit khawatir.

" tidak masalah. kalau dipermasalahkan juga, kita cari sekolahan lain dan menyuruh homeschooling saja. Lagi pula, sekolahan itu milik mereka sendiri kok." ucap Olivia menenangkan suaminya.

****

Sementara itu di tempat lain, lebih tepatnya di kantin, Jovita telah menikmati semangkuk bakso dengan tenang. Seperti, seorang yang tidak ada beban. Padahal, Gadis itu telah membuat teman laki-lakinya babak belur karena pelampiasan amarahnya.

" kasihan banget kamu Reiner." ucap Sandrina Iba. Sementara Jovita yang mendengar itu, segera menyerahkan semangkuk bakso dan sejumlah uang kepada laki-laki itu.

" ini buat kamu." ujarnya Seraya menyerahkan dua benda itu pada Reiner. yang membuat laki-laki itu, seketika tersenyum tipis.

" terima kasih." ujarnya Seraya mengambil bakso dan uang itu dari tangan Jovita.

" lain kali, aku janji tidak akan menyakitimu lagi." ucap Jovita penuh dengan penyesalan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!