Kring
Dering alarm menyuarakan suara nyaring di kamar bagai kapal pecah dengan si pemilik yang masih terlelap dibawah selimut bermotif Mikey mouse berwarna hitam.
Mata merah sembab itu sudah berhenti menangis untuk melanjutkan kenyataan hidup yang sungguh menyakitkan. Mata Aynina terbuka lebar dengan tubuhnya yang ikut bangkit ingin melihat keadaan yang beberapa jam lalu ia lakukan.
Waktu itu Nina pulang jam 12 malam, karena pintunya terkunci dari dalam! Nina memilih manjat lewat jendela kamar. Bisa dilihat jika keberadaan Nina tidak dibutuhkan. Orang tua tidak akan mengunci putrinya di luar rumah, ia juga tidak akan membiarkan putrinya masih di luar saat larut malam.
"Aku jadi tidak yakin jika mereka adalah kedua orang tuaku" gumam Nina hanya asal bicara seraya tangan menggaruk-garuk lehernya yang gatal dan pandangan melihat uang ratusan.
Melihat benda itu mengingatkan Nina dengan usahanya dalam mencari uang guna membantu kedua orangtuanya. Namun semua itu sia-sia saat ia ditetapkan 'di jual'.
"Siapa pepatah yang mengatakan kalimat 'Usaha tidak akan mengkhianati hasil' mungkin mereka tidak pernah menjadi diriku" gumam Nina menendang uang tersebut hingga melayang hampir jauh sebelum Nina dengan sigap menangkapnya.
Selain itu ia juga melihat coklat yang ada diatas lantai. Melihat itu, mengingatkan Nina dengan janji-janji manis mantan kekasihnya. Ia kembali memaki.
"Sungguh pria yang tidak bisa di percaya" maki Nina mencoba keluar dari kamar.
Baru saja kaki Nina menapaki lantai depan kamarnya, ia harus terpaksa melihat kedua orangtuanya duduk di ruang tamu bersama dengan orang asing berkebangsaan Indo.
"Nin, kamu udah pulang? Syukurlah sayang" ucap Ibu Marta menggiring Nina untuk duduk bergabung dengan mereka.
Nina merasa amat malu karena posisinya saat ini hanya memakai dress selutut yang dipakai tadi malam. Rambutnya dibiarkan terurai panjang dan wajahnya terlihat natural namun tidak meninggalkan kecantikan dari wajahnya yang masih belia.
"Tuan, ini putri kami Aynina"
Nina langsung menoleh kewajah ibu Marta saat ia diperkenalkan dengan pria tua yang memiliki bulu halus disekitar dagu itu.
Sebenarnya dia tidak terlalu tua, bisa dibilang dewasa! Karena Nina melihat jika pria itu 5 tahun lebih tua darinya. Namun menurut Nina tetaplah tua untuk gadis seusianya.
"Putri kami Aynina akan siap bekerja hari ini" ucap Ibu Marta menghancurkan segala impian Aynina sejak lama, bahkan saat Nina melihat Fulan, rupanya pria tua pembuat onar itu melengos kearah lain.
Nina terima semua keputusan kedua orangtuanya. Saat ia kembali dari pelarian, saat itu juga Nina sudah putuskan untuk fokus dengan tatanan kehidupannya. Ia akan menerima semuanya.
"Baiklah kalau begitu. Sepertinya Nyonya Darius sudah menunggu" ucap pria itu beranjak dari duduknya, hendak membawa Aynina.
"Tunggu"
Pekik Nina membuat orang tua sekaligus pria itu berbalik melihat dirinya. Ia harus melakukan sesuatu sebelum dibawa.
"Aku hanya ingin mandi" cicit Nina menundukkan kepalanya. Hal itu membuat kedua orangtuanya mencengir kuda dan pria itu juga membalasnya.
_______
Di dalam mobil
Mobil yang ia kendarai melaju dengan kecepatan normal melewati kendaraan-kendaraan yang lewat. Rambut panjang Nina dibiarkan tergerai lurus, memberikan aroma shampo dengan bau Alpukat. Saat mandi tadi Nina menyempatkan untuk mencuci rambutnya, dari itu ia merasa lebih pede.
Namun raut wajahnya saat ini justru menjadi masam karena ia mendengar percakapan tidak mengenakan dari pria yang sedang menyetir disebelahnya. Pria itu sedang berbicara di telpon, Ebil Khana.
Angin pagi menyejukkan fisiknya namun tidak dengan psikis. Rasanya Nina ingin emosi.
"Iya, Tuan. Saya saat ini sedang menjemput pembantu baru, Tuan. Maaf karena telat menjemput anda nanti"
"Sekarang kedudukan pembantu lebih tinggi dibanding majikan ya?" ketus pria yang ada di seberang telpon dan terdengar oleh Nina yang ada disebelahnya. Ia menahan kesedihan.
"Maaf Tuan. Nyonya Darius yang sudah memberi perintah. Saya hanya bisa melaksanakan perintah beliau. Kata Nyonya saja nanti saya diminta untuk menjemput Tuan Ankazain di bandara" Ebil yang merupakan supir pria itu merasa takut jika Tuannya menjadi marah.
"Sudahlah. Aku akan meminta Bian untuk menjemputku sebelum pulang"
"Tapi Tuan muda Bian biasanya sering nongkrong di cafe sama temen-temen kuliahnya. Apa mungkin Tuan akan menunggu Tuan muda Bian saja?" cicit Ebil memberanikan diri seraya menyetir mobil.
"Aku akan menghubungi Alzam untuk menjemput diriku setelah dari rumah sakit"
"Oh begitu. Baiklah Tuan Adnan, saya tutup dulu telponnya. Selamat siang"
Tut
Panggilan keduanya terputus saat Adnan lebih dulu memutusnya. Ebil segera memasukan kembali ponselnya karena ia harus mengantar pembantu manja ini ke kediaman Darius.
Ebil melihat wajah Nina yang jutek dan itu membuat Ebil merasa penasaran dengan maksud gadis itu memberikan raut wajah menyedihkan seperti itu.
"Kenapa wajahmu seperti itu? Sudah untung aku menjemputmu" omel Ebil merasa kesal karena nanti ia harus kena marah Adnan.
"Maaf jika saya merepotkan, Tuan" cicit Nina merasa sangat menyesal hingga menundukkan kepalanya kebawah.
"Iya"
Kediaman Darius memiliki letak yang tidak terlalu jauh dari rumah Nina. Mereka hanya akan membutuhkan waktu sekitar 30 menit saja dan sampai dengan waktu yang cepat.
Saat mereka sudah sampai, kepala Nina menyembul keluar dari jendela saat kediaman Darius yang nampak mewah dengan ukiran-ukiran yang tidak biasa. Begitu memukau dan sangat indah.
Halamannya luas, tempat parkirnya juga besar, apalagi pintu masuk kediaman Darius terlihat besar dan pastinya berat.
'Aku tidak bisa membayangkan jika diminta untuk menutup pintu sebesar itu. Apa aku akan kuat ya?' gumam Nina dalam hatinya. Begitu takjub dengan setiap bentuk-bentuk asing yang ia lihat.
Namun mobil yang dikendarai Nina malah melewati depan kediaman saja. Ebil membawa Nina masuk lewat belakang, menghancurkan bayangan Nina yang akan menyentuh barang-barang mewah saat ia masuk nanti.
"Kok lewat belakang, Tuan?" tanya Nina menoleh ke arah Ebil yang masih fokus melihat kearah depan. Ia merasa tidak rela jika harus melepas pemandangan indah itu.
"Untuk apa pembantu lewat depan?" jawab Ebil terdengar begitu enteng dan Nina tersindir.
Nina kembali duduk serta mengapit tangannya di kedua paha serta pandangan menunduk kebawah. Ia kembali murung namun Ebil tidak memperdulikannya.
Sampai...
Namun ternyata saat Nina memasuki kediaman Darius melalui pintu belakang. Rupanya halaman belakang juga sama bagusnya dengan halaman depan, bedanya luas keduanya berbeda. Halaman depan lebih luas dibanding halaman belakang.
Saat Nina turun, ia akan melihat rumah kecil seperti gubug di sisi kanan yang berisikan persediaan beras puluhan kilo, dan di sisi kiri ada perkebunan sayur tomat, kol, buncis, kacang dll.
'Semuanya sangat menakjubkan! Keluarga ini begitu sangat kaya. Aku tidak yakin jika tidak betah' gumam Nina dengan wajah yang berbinar. Ia yakin akan merasa betah di tempat yang jauh dengan keluarganya.
"Rumah yang indah"
To be continued
Jangan lupa vote bebssss
Sampai disini kalian ada yang tahu gak mana si Abang duda?🤗😭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
🥑⃟Serina
Keren lah rumahnya gede, ak jg punya tp di mimpi 😂
2023-02-03
0
Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻
wah rumah tiada duanya
2023-02-03
0
MelMel
Ya udah nggak usah dibayangin susah banget sih Nin 🤣
2023-01-31
0