"Maksudnya, aku dijual?" sesak Nina tepat di dalam lubuk hatinya. Ia merasa kecewa karena kedua orangtuanya bermaksud menukarnya demi hutangnya lunas.
"Nin, ibu sama bapak gak bermaksud menjual kamu. Maksudnya Nina hanya perlu bekerja menjadi pembantu disana" ucap Fulan dengan begitu entengnya setelah berhutang dan melempar semuanya ke Nina.
Apalagi ibu Marta, wanita setengah muda ini hanya diam menjadi patung seraya melihat putrinya seperti memohon untuk menerima.
"Nin, bayangin deh! Kalau kamu menikah sama salah satu anggota mereka. Gimana perubahan yang kamu dapet? Keluarga kita akan langsung di junjung Nin. Kami bakal hidup enak dan keluarga kamu juga pasti kecipratan Nin" bujuk Ibu Marta menarik-narik tangan kanan Nina.
"Mak-maksudnya... Nin-nina di suruh me-merayu mereka...?" Nina menangis tersedak saat pikirannya tidak jauh dari julukan 'Wanita penggoda'.
"Kami tidak mengatakan hal itu"
"Tapi ibu mengarah ke situ" lirih Nina menangis dengan tatapan sendu kearah dua orang tua yang begitu ia sangat sayang.
"Bukan begitu Nin---"
"Ta-tadi... Nin-nina ker, ja cari duit. Nin-na co, ba bantu bapak. Nin-nina angkut-angkut beras. Ini... yang Nina dapat" ucap Nina tersengal-sengal seraya membuka kepalan tangan kanannya yang berisi uang dua ratus yang sudah lecek.
Nina berjongkok menyangga kepalanya di kedua lutut. Ia menangis tersedu-sedu karena besok dia akan menjadi pembantu di kediaman keluarga Arab.
Nina tidak kuat, dia tidak kuat berada di keluarga yang begitu egois terhadap masa depannya. Gadis muda itu meninggalkan kedua orangtuanya.
"NINAA" teriak Ibu Marta hendak menyusul saat suaminya menahan tangannya.
"Gak usah di kejar. Paling dia juga pulang nanti"
______
Malam hari yang sunyi tanpa bintang seakan ikut merasakan rasa sakit dari gadis yang melewati jalanan sepi ini. Suara jangkrik menjadikan suasana terasa semakin mencekam dan hampir menepis keberanian Nina.
Angin dingin menyeruak masuk ke sela-sela pori-pori kulit, membawa kedua telapak tangan menggosok lengan untuk membuat penghangat alami.
Kini Nina berjalan di halaman rumah seseorang yang sangat ia kenal. Ia berkeinginan untuk mencoba menginap satu malam, walau sebelumnya tidak ada niatan ia untuk menginap di sana.
Rumah itu merupakan rumah kekasih Nina. Memang, keduanya sering menghabiskan waktu mereka sendiri karena Nina terlalu sibuk dengan urusan hidupnya. Sekarang ini tidak ada yang tahu status seperti apa yang keduanya jalani.
Kekasih Nina tinggal di sebuah kontrakan kecil-kecilan. Ia punya keluarga namun ia lebih suka pisah dengan orangtuanya. Jadi Nina mencoba untuk menginap disana.
"Devan"
Nina mengetuk pintu rumah sang kekasih namun tidak ada yang menjawab. Sejenak Nina merasa jika rumah ini sudah kosong, tapi ia melihat jika ada sisa kopi di cangkir depan kontrakan Devan.
"Mungkinkah Devan tidak dengar?" gumam Nina clingak-clinguk seraya mengusap kasar wajahnya yang terasa lelah.
Tiba-tiba Nina mengingat perkataan Devan beberapa Minggu yang lalu.
'Kau bisa langsung masuk ke rumahku. Pintu rumah akan selalu terbuka untukmu jadi kau tidak perlu minta ijin kepadaku terlebih dahulu'
Begitulah kata Devan saat beberapa Minggu yang lalu sempat mengajak Nina berkunjung ke kontrakannya, namun ia memilih menolak.
Karena Nina sudah mendapatkan ijin dari Devan beberapa Minggu yang lalu, maka ia tidak keberatan untuk membuka pintu tanpa kunci itu.
Nina dapat melihat ruang tamu kecil menyatu dengan almari yang diisi dengan TV. Ia melangkahkan kakinya untuk masuk lebih dalam.
"Dev... ahkk"
Deg
Sejenak Nina membeku saat mendengar suara kotor seorang wanita dari sebuah ruangan yang terletak di sebelah kanannya.
Mata Nina mulai berkaca-kaca, tubuhnya gemetar saat jantungnya memompa berlebihan. Pikirannya berganti kotor dan susah untuk di kondisikan.
'Suara siapa tadi?' gundah Nina dalam hatinya. Ia meremat kedua tangannya sendiri karena takut apa yang dipikirkan menjadi kenyataan.
Karena Nina penasaran ia pun memutuskan untuk membukanya. Namun sebelum itu ia menarik nafasnya dalam-dalam, bersiap untuk hal terburuk yang akan terjadi.
Citt
Pintu kamar itu terbuka memperlihatkan seorang pria yang tengah mengg4gahi sang wanita dengan penuh nafsu serta g4irah yang tinggi. Pria itu nampak jantan saat memacu mempercepat permainannya, membuat Nina yang melihat hanya bisa melongo tanpa suara.
"Dev..." rupanya wanita yang berada di dalam kungkungan Devan sudah melihat kedatangan dirinya, karena wanita itu sedang menepuk bahu Devan untuk segera berhenti.
"Apa? Ahk mengganggu saja siall"
Kepala Devan menoleh menghadap Nina yang masih membeku menyaksikan kejadian yang tidak terduga itu. Ia masih syok.
"Nina kau..."
Devan yang juga syok segera melepas tautan area sensitifnya untuk bergegas memakai pakaian lagi, membiarkan wanita itu menutup tubuhnya dengan selimut.
"Nin aku bisa jelasin..."
"Jangan" potong Nina menjauhkan tangannya dari tangan kotor Devan yang hendak meraih.
"Nin..."
"Tidak perlu dijelaskan lagi. Kamu mau jelasin kayak apapun toh semua akan tetap sama. Dev kau selingkuh dariku! Mungkin jika kalian berpelukan aku masih memaklumi. Tapi ini... menjijikan" tekan Nina merasa jijik saat ia ingin memperjelas ucapannya.
"Ok. Kamu mau kecewa sama aku? Ok. Hei Nin, lagian hubungan kita tidak jelas beberapa Minggu terakhir ini. Kau jarang menghubungi diriku dan jarang menyempatkan waktu bertemu denganku"
Nina diam ia menyadari jika memang ia kurang perhatian, tapi apa perlu Devan selingkuh darinya?
"Dan juga, semenjak aku pacaran sama kamu. Aku kayak rugi tahu gak? Gimana nggak rugi, kalau setiap pacaran sama kamu aja aku gak dapet apa-apa. Aku pengen kayak gini Nin, bebasss"
Hati Nina merasa sangat sakit mendengar ucapan kekasih yang ia percaya begitu baik ini. Ia tidak pernah menyangka pria ini akan memperlihatkan taringnya.
"Apa perlu, pacaran itu ada peluk-pelukan, ciuman, dan... *3**?"
"Bagi aku perlu Nin. Niatnya aku pacaran sama kamu karena body mu bagus dan beda sama temen-temen lainnya, pasti enak. Tapi ternyata... jangankan untuk menyentuh, aku minta kiss aja kamu nolak" hina Devan.
"Pergi sana. Aku muak melihatmu... mulai hari ini kita putus" ucap Devan mendorong bahu Nina. Namun Nina masih beluk beranjak dari tempatnya.
"PERGIII"
Teriak Devan dengan kemarahan yang meledak-ledak kepada Nina yang berjalan keluar sembari menangis tersedu-sedu.
"Ayo kita lanjut..."
Nina menangis mendengar kata-kata hina yang kekasihnya itu lontarkan. Sungguh rasanya ia ingin merutuki mereka berdua saat suara kotor itu semakin terdengar, seperti memang disengaja.
Kaki lemas Nina keluar dari tempat yang menjadi saksi bisu kegiatan kotor mereka. Tangan Nina semakin mengusap-usap lengan menciptakan suasana hangat alami.
'Ka-kau jahat Devan... semua ucapanmu palsu. Ku pikir cuma aku yang ada dalam hatimu, rupanya semua itu hanya siasat jelek mu. Kau merayu seakan mengemis namun semua hanya kebohongan belaka. Aku benci'
Nina menyesali semua kepercayaan yang ia berikan kepada Devan. Ia tidak pernah menyangka jika pria seperti Devan akan mengkhianati dirinya.
'Sekarang siapa yang akan ku jadikan tempat curhat? Semua jahat, kalian semua jahat... hati Nin-nina sakit'
Tubuh Nina meringsut kebawah menyembunyikan kepalanya di sela-sela lutut. Ia menangis pilu menghadap selokan berair keruh dan bau yang busuk. Namun itu semua tidak membuat Nina terganggu asal ia merasa nyaman.
To be continued
Cinta tak selamanya indah dekkkk😭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻
greget aku thor devan gitu amat
2023-02-03
0
gia nasgia
Ada baiknya juga Nyana tahu kalau Devan hanya lelaki nggak pantas untuk nya 🤔
2023-01-20
1
Pink Blossom
Langsung tampol aja nin, greget aku dngrnya bikin esmosi 😤
2023-01-07
2