Kesalahan Fatal

Seperti pesan yang orang itu kirim untuknya, Widia datang ke apartemen orang yang mengirim pesan kerjaan untuknya diaplikasi itu agar segera melaksanakan pekerjaannya.

Setelah selesai mencuci dan menyetrika baju dirumah majikannya, Widia langsung datang ke apartemen yang disebutkan orang itu lewat pesan. Baru menginjakkan kakinya di loby apartemen saja, Widia sudah tahu kalau apartemen itu adalah apartemen kelas atas atau bisa dibilang apartemen yang hanya untuk orang kaya tertentu.

Widia jadi tidak sabar, apa yang akan orang itu suruh nanti dan dia juga tidak sabar mendapat upahnya nanti tentunya. Walaupun Widia tidak tahu kerjaan apa yang akan orang itu suruh tapi sepertinya tidak masalah karna Widia bisa melakukan apa saja.

Sesampai di depan pintu apartemen yang ditunjukkan orang itu lewat pesan. Dia bersiap, merapikan baju dan rambutnya sebelum masuk ke dalam sana. Dia tidak mau pelanggan pertamanya merasa tak puas karna penampilannya yang berantakan.

Dan sesuai yang disuruh orang itu lewat pesan yang menyuruhnya langsung masuk saja ke dalam karna katanya dia tidak punya waktu untuk membukakan pintu untuk orang yang tidak penting. Agak menjengkelkan sih sebenarnya tapi tak apa, demi uang Widia bisa sabar.

"Permisi," kata Widia setelah membuka pintu apartemen yang kebetulan memang tidak terkunci dan dia langsung masuk ke dalamnya.

Widia membenarkan tas selingnya dan menatap apartemen yang ia masuki. Benar-benar mewah, Widia yakin semua benda dan barang di apartemen ini sangat mahal melihat bagimana terlihat mewahnya interior apartemen ini.

Saking kagumnya dengan decor dan interior apartemen ini, Widia terkejut begitu mendengar suara pesan masuk di ponselnya. Buru-buru Widia membuka ponselnya dan melihat pesan yang lagi-lagi dari pemilik apartemen ini kirimkan.

Unknow.

[Masuk ke kamar. Cepet!]

Widia menyerngitkan dahinya, disini sepertinya hanya ada dua kamar saja. Tapi kamar mana yang dia maksud?

^^^[Maaf, kamar yang mana ya?]^^^

Ting!

Suara pesan balasan dari sang pemilik apartemen.

[Di depan mata lo! Mata lo buta ya? Cepet masuk atau gue batalin aja!]

Apa-apaan sih orang ini. Bisanya cuma marah-marah dan memerintah orang saja. Walaupun dia butuh tenaga kerja Widia tetap saja orang itu menyebalkan.

Segera mungkin Widia berjalan ke kamar yang berada di depan matanya. Dia mengayunkan knop pintu kamar itu secara perlahan lalu membukanya dengan hati-hati. "Permisi," ucap Widia, melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamarnya.

Ketika Widia melangkah masuk ke dalam, Widia langsung dikejutkan oleh seseorang yang menarik tubuhnya dan langsung mencium bibirnya dengan brutal dan liar begitu saja.

Tubuh Widia membeku seakan tidak bisa digerakan. Dia hanya bisa membeku ditempat dengan mata yang sudah berair. Apakah dia akan diperkosa orang ini? Widia tidak sanggup menggerakan tubuhnya atau mendorong tubuh orang ini, dia membeku menyadari jika dia ditipu.

Dia ditipu orang ini yang katanya memberikannya pekerjaan tapi malah melakukan ini pada Widia. Air matanya tidak bisa dibendung lagi, dia berharap dia bisa kabur dari sana.

Orang itu, membawa Widia ke ranjangnya dan membanting tubuh Widia disana. Orang itu menjeda ciumannya dan mulai membuka bajunya sendiri di hadapan Widia.

Dan mata Widia membelakak kala melihat wajah orang yang kini menindih tubuhnya diatasnya. Orang yang menipunya itu adalah lelaki itu. Lelaki yang ia temui akhir-akhir ini dan itu membuat emosi Widia bercampur aduk.

"Kenapa kaget ngeliat gue yang boking lo?" Arthur menyeringai melihat ekspresi yang ditunjukan Widia dibawah kungkuhannya. Tangannya bergerak membelai wajah dan rahang Widia dengan gerakan yang sensual.

"M-maksud lo?" Widia kurang mengerti.

"Gue inget tempo hari lo jual mahal ke gue pake sok cantik banget lagi lo dan ternyata nyatanya lo cuma seorang jal*ng yang sok jual mahal. Heh, kebongkar topeng lo sekarang." Perkataan Arthur membuat Widia makin melototkan matanya seketika.

Widia tersulut oleh amarah ketika dia seenaknya mengatainya begitu. Dia menatap Arthur dengan mata yang penuh amarah dan kebencian. "Gue bukan jal*ng! Lepasin gue sekarang atau gue bakal lapor lo ke polisi!" Sentak Widia dengan meronta lagi sekali lagi.

Arthur tertawa lucu mendengar ucapan Widia yang justru terdengar seperti racauan ditelinganya. "Gak akan ada polisi yang berani nangkap gue. Sekarang yang lo harus lakuin puasin gue dengan tubuh lo ini, bukannya itu kerjaan lo hah?"

"Gue bukan jal*ng! Gue mohon lepasin gue, gue mohon. Gue bukan jal*ng jadi gue mohon lepasin gue..." Sekali lagi Widia meronta tapi tenaganya tetap saja kalah jauh dengan Arthur. Widia pun mulai menangis di depan Arthur namun bukannya merasa iba, Arthur malah semakin bersemangat melihat wajah gadis yang menangis dibawahnya sekarang ini, membuatnya semakin bergairah.

"Dan sekarang gue mau nikmatin tubuh jal*ng sok jual mahal ini." Tanpa segan-segan Arthur mendekatkan bibirnya mencium leher Widia.

"Lepasin gue, gue pengen pulang. Gue bukan jal*ng! Gue mohon lepasin gue! Jangan perkosa gue," Widia menangis, nyatanya dia hanya wanita lemah yang hanya bisa menangis saat hendak diperkosa.

Bisa melawan? Jangan bercanda. Widia sudah berada dalam jebakan yang dibuat lelaki ini. Dia tidak bisa melarikan diri atau mencoba melawan lelaki ini. Nyatanya memang dia hanya seorang gadis lemah yang kalah dengan tenaga seorang lelaki.

Pergerakan tubuh Widia dikunci oleh Arthur, dia tidak bisa melarikan diri dari sana walaupun dia sudah meronta pun tetap tidak ada hasil bahkan dia juga sudah mengeluarkan kata-kata menghina, memaki bahkan sempat meludahi wajahnya tetap saja lelaki itu tidak berniat melepaskannya malah dia semakin gencar melepaskan pakaian Widia dengan wajah yang tak berdosa.

Tapi bukannya berhenti mendengar tangisan Widia, Arthur malah makin gencar membuka pakaian yang menutupi tubuh Widia walaupun Widia berusaha meronta dan melepaskan diri darinya. Widia bukan apa-apa baginya, dia bisa melepaskan pakaian Widia walaupun Widia terus meronta-ronta dan mengumpati dirinya bahkan sempat meludahinya.

Bagi Arthur ini pertama kalinya ada jal*ng yang meminta dilepaskan padahal dia juga menginginkannya, mendengar beberapa kali Widia mendes*h pelan. Tanpa diberi tahu pun Arthur sudah tahu dari bahasa tubuh Widia yang juga mulai terngsang ketika dia menyentuhnya dan itu membuat Arthur semakin bersemangat.

Dan ketika Arthur berhasil mendorong memasukkan miliknya ke dalam tubuh Widia, Arthur dikejutkan dengan keluarnya dengan cairan merah dari tubuh inti Widia.

Dia menatap Widia yang sudah tidak berdaya yang hanya bisa menahan rasa perih dan sakit ketika Arthur memasukkan miliknya ke dalam tubuhnya. Dia terisak tanpa suara karna kesakitan yang luarbiasa yang ia rasakan sekarang. Pertama kesakitan pada tubuh intinya dan juga kesakitan pada hatinya.

Dia masih perawan?

"Sakit... Ini sakit bajingan... berhenti... lepasin gue brengsek.." Widia meringis menatap Arthur dengan tatapan yang sedih, penuh amarah juga kebencian.

Bejatnya Arthur malah tidak mendengarkan Widia. Dia mencoba menggerakan tubuhnya secara perlahan. Baginya Widia hanya pel*cur, untuk apa dia menangis untuk itu?

Dan begitu Arthur menggerakan pinggulnya, dia seketika menggerang pelan merasakan kenikmatan dari tubuh Widia yang baru saja ia rasakan, dia terus menggerakan tubuhnya dengan brutal dan liar sampai hajatnya keluar.

Walaupun Widia masih menangis pun, Arthur tidak mempedulikannya, dia tetap menggerakan tubuhnya bak seorang kesetanan. Dia hanya merasakan kenikmatan yang luarbiasa yang baru saja ia rasakan dari tubuh gadis ini. Dan itu membuatnya sampai menjadi gila.

Saat sebentar lagi dia keluar, Arthur dengan cepat menggeluarkan miliknya dari tubuh Widia, mengeluarkan benihnya di dada Widia. Dan setelah itu, Arthur langsung ambruk disebelah Widia karna kelelahan.

Widia sudah tidak tahan lagi, dia sudah kelelahan menangis juga tubuhnya yang merasakan sakit luarbiasa. Dan akhirnya dia menutup matanya, dia kelelahan sampai serasa ingin menutup matanya walau keadaannya tidak memungkinkan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Epilog.

Sebelumnya kejadian itu terjadi..

"Emangnya itu aplikasi apa?" Tanya Widia pada teman sekostannya yang tengah bergosip tentang aplikasi yang tengah ramai dibicarakan para laki-laki.

Kedua teman sekostannya menoleh pada Widia yang menghampiri mereka dan bertanya tiba-tiba. Seketika mereka berdua saling lihat-lihatan satu sama lain, mereka tersenyum penuh arti.

"Oh ini, Wid. Ini aplikasi buat nyari kerjaan. Ya karna kerja satu hari atau mungkin cuma satu jam aja terus dikasih upah yang lumayan gitu." Jawab teman kostannya.

"Oh, jadi mereka bisa kasih kerjaan rumah tangga gitu tapi cuma satu hari?" Tanya Widia lagi.

Kedua teman kostannya menganggukan kepalanya. "Iya, bukan cuma kerjaan rumah tangga sih. Banyak. Ya kayak ngelayanin pelanggan gitu dalam banyak hal."

Widia beroh ria sambil manggut-manggutkan kepalanya. "Kebetulan gue lagi butuh duit. Daftarin gue dong.."

Perkataan Widia membuat kedua teman kostannya menganga tidak percaya.

"Lo serius?"

"Iya, gue juga lagi butuh duit buat bayar kostan."

"Tapi Wid," teman sekostannya mencoba menjelaskan kegunaan aplikasi itu sebenarnya namun Widia membantah.

"Udah daftarin ya pokoknya!"

Tanpa Widia sadari mereka berbohong tentang pekerjaan rumah tangga. Bodohnya Widia mempercayai mereka padahal mereka hanya bergurau dan lagi kedua teman kostannya itu mengira jika Widia mengerti maksud mereka dan ingin mencobanya.

Mereka tidak punya pilihan lain, walaupun mereka mencoba menjelaskannya dengan detail tapi tetap saja Widia tidak mengerti dan ngotot akan melakukannya.

Dan mungkin Widia akan menyesalinya nanti. Karna kebodohannya, dia masuk ke dalam lubang buaya yang membuatnya menderita. Karna kebodohannya dia sampai kehilangan kesucian yang sudah ia jaga selama ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!