Fallin' In Love

"Ar, besok kita ada meeting. Catet itu dikepala lo."

Arthur Candra yang mendengar perkataan sekretarisnya barusan memutar bola matanya. Dia menghisap rokok yang diselipkan dikedua jarinya lalu membuangnya lewat jendela mobilnya. "Sama siapa emang? Kenapa gak lo aja? Kalo ada lo kenapa harus gue? Makan gaji buta dong lo." Sahut Arthur kepada sektretarisnya.

Di kursi pengemudi Gio, sang sekretaris dan penasehat kesayangan Arthur berdecak sebal. Bukan kesayangannya sih lebih tepatnya kesialan karna mendapatkan atasannya yang gila dan tidak jelas macam Arthur. Dia dipaksa harus bersabar setiap harinya menghadapi atasan yang tidak berakhlak dan berotak seperti Arthur.

Bukan cuma itu, atasannya itu suka membuatnya tersiksa setiap harinya. Ya, karna dia memang senang menyiksa orang terlebih dia sangat senang melihat orang menderita, dia akan tertawa dengan kencangnya bak seorang bos kriminal yang puas melihat bawahannya menderita.

Berhenti dan mengundurkan diri pun sudah sering pernah Gio lalukan. Bahkan dia sering melakukannya tapi apa yang dilakukan atasan sialannya itu saat dia ingin mengundurkan diri? Dia menyebarkan rumor yang tidak masuk akal yaitu membuat rumor kalau dia menghamili atasannya yang tolol itu dan tidak mau bertanggung jawab.

Dia bahkan menulisnya diartikel. Dan jangan lupa Arthur selalu mengancam akan membunuh kucing kesayangan Gio agar Gio kembali kepadanya. Gila memang tapi begitulah dia.

Karna tidak ingin kucing kesayangannya mati begitu saja ditangan Arthur akhirnya dengan terpaksa Gio kembali pada Arthur. Walaupun agak menyebalkan dan ingin Gio bunuh, tidak bisa dipungkiri kalau Arthur adalah sahabatnya sejak SMA walaupun awalnya mereka merupakan rival.

"Udah lah, pecat gue aja. Bosen gue kerja sama bos gak punya otak kayak lo." Cuma Gio yang berani mengatakan itu pada Arthur, ingat hanya Gio. Karna kalau yang lain tidak tau apa yang dilakukan Arthur.

"Pecat? Hah, gak akan. Lo mau gue bunuh kucing lo yang burik itu?" Lihat saja dia mengancam Gio lagi dengan ancaman itu.

"Mangkanya jadi bos yang bener kek, bego! Jangan cewek doang diotak lo!" Maki Gio.

"Ya karna kan ada lo. Semuanya terselesaikan." Arthur acuh tak acuh.

"Bangsat! Gue bunuh lo ya!"

"Sebelum lo bunuh gue, gue bunuh dulu kucing burik lo. Berani lo?" Arthur menantang.

Sial. Gio emosi. Ini sudah berulang kali. Dia selalu memaki atasannya yang tidak punya brain itu. Tapi tak apa, karna Arthur memakluminya karna Gio dulu kan bekas musuh kesayangannya yang kini menjadi sahabat kesialannya. Jadi dia tidak mempermasalahkan itu meskipun Gio memukulnya sekali pun.

"Oh iya, CEO dari perusahaan kecantikan xxx nelpon gue. Katanya lo mutusin dia?" Tanya Gio, dia masih fokus menyetir.

"Iya, gue bosen sama jal*ng itu. Belum apa-apa aja dia udah minta diseriusin. Cih, mana mau gue seriusin jal*ng kayak dia. Gak akan sudi."

"Hadeh gini amat punya bos yang gonta-ganti cewek setiap satu jam sekali." Gumam Gio, terheran-heran dengan atasannya itu.

Arthur memainkan ponselnya. Dia melihat-lihat sesuatu yang menarik. "Ternyata jaman udah canggih ya?" Celoteh Arthur.

"Kenapa?" Tanya Gio, bingung dengan yang dikatakan Arthur.

"Ternyata bisa boking cewek lewat online cuy. Wah gila sih, keren juga. Tapi apaan nih? Full servis katanya cuma 500 ribu, murah banget. Emang dasarnya cewek itu murahan sih tapi harga segini? Astaga, gue bisa bayar sepuluh kali lipat." Oceh Arthur tentang boking online di aplikasi diponselnya.

Yang dimana membuat Gio yang mendengarnya seketika tertawa mendengar ocehan bodoh dari atasannya itu. Benar-benar bodoh.

"Tapi tunggu deh, gue kayak kenal ini cewek." Arthur menatap layar ponselnya dengan sungguh-sungguh lalu dia tertawa secara tiba-tiba.

Gio mengkerutkan keningnya. Tidak aneh juga tiba-tiba Arthur tertawa seperti itu, dia sudah sering melakukannya saat dia mandi dan buang air pun dia tertawa seperti kriminal bahkan saat sedang meeting pun dia tertawa bak orang kesetanan padahal saat itu meeting penting. Belum lagi yang lain-lainnya.

"Emang dasarnya semua cewek cuma makhluk rendahan." Arthur menyeringai miring melihat foto dari salah-satu wanita dari aplikasi itu.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Widia tersenyum melihat sebuah pesan dari seseorang di aplikasi yang Widia tidak tahu untuk apa kegunaannya. Dia pikir aplikasi itu untuk bekerja suruhan seperti memintanya membersihkan rumah atau membuang sampah lewat online. Ya macam clanning servis online lah. Yang pasti dia tidak terlalu tahu menahu kegunaan dari aplikasi tersebut.

Dia langsung membuat akun di aplikasi itu ketika mendengar dari teman kostannya yang bilang itu adalah aplikasi untuk bekerja online atau bisa dibilang dia akan disuruh datang kemanapun yang mereka sebutankan dan dia akan melayani disana lalu mendapatkan uang.

Karna penasaran dan juga sangat membutuhkan uang akhirnya Widia membuat akun diaplikasi itu dan menunjukkan wajahnya untuk dipasang diprofile dan siapa sangka dia sudah dapat pelanggan begini padahal dia baru saja membuatnya tadi malam.

Dan lagi pelanggannya itu ingin ia datang malam ini juga secepatnya, itu membuat Widia senang setidaknya dia akan mendapat uang tambahan malam ini.

"Kalo kerja tuh yang bener jangan main hp doang!"

Suara seseorang mengejutkan Widia yang tengah mesem-mesem kesenangan mendapat panggilan seseorang. Dengan cepat Widia langsung menaruh ponselnya dan melihat konsumer yang ada dihadapannya.

Betapa terkejutnya dan senangnya Widia melihat Galen, kakak Kina ada disana, dan lagi barusan dia berbicara pada Widia. Astaga sepertinya hari ini memang hari keberuntungan untuk Widia.

"Kak Galen?" Widia tanpa sadar tersenyum lebar.

Galen menaruh barang-barang belanjaannya diatas meja kasir. "Jangan main hp kalo kerja!" Tegur Galen.

Widia menganggukan kepalanya, dia segera menscan harga barang-barang yang ingin dibeli Galen dengan scanner kasir. "Kak Galen sendirian aja? Nana mana kak?" Tanya Widia.

"Apa gue keliatan lagi sama seseorang?"

Widia menggelengkan kepalanya. "Gak sih,"

"Nana lagi dirumah, kalo mau ketemu dia tinggal ke rumah aja." Jawab Galen.

"Kalo sempet sih kak, saya aja harus kerja belum lagi harus kerja dilain tempat lagi."

Sebelah alis Galen terangkat. "Berapa tempat lo kerja?" Tanya Galen.

"Ah, itu setelah pulang dari sini, saya kerja dirumah orang buat nyuci, nyerika baju terus abis itu saya dipanggil orang lagi buat kerja lagi nanti malam. Jadwal saya padat kak, haha." Jawab Widia dengan tawaan recehnya.

Galen tercegang. Dia tidak percaya ada seorang gadis yang bekerja keras begini, dan lagi dia harus bekerja di tiga lain tempat selama seharian. Apa dia tidak merasa lelah untuk itu? Entah kenapa Galen jadi kagum pada sahabat adiknya itu.

"Lo gak capek?" Tanya Galen sekali lagi, menatap Widia lekat-lekat.

Widia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Tentu saja dia lelah, sangat lelah. Tapi mau bagaimana lagi, dia harus bekerja keras agar segera melunasi hutang orangtuanya pada renternir juga pada bank.

"Kalo dibilang capek sih capek kak. Tapi saya kan tinggal sendiri jadi saya harus ngebiayain hidup saya sendiri." Tutur Widia sembari memasukkan barang-barang yang dibeli Galen ke dalam kantung kresek putih bergambar mini market itu.

Lagi-lagi Galen tercegang mendengar tuturan Widia barusan. Dia merasa baru kali ini dia melihat seorang gadis pekerja keras seperti dirinya. Padahal diumurnya segini harusnya dia bersenang-senang atau mencari kebahagiaan tapi dia malah berkerja keras begini untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.

"Nih, kak, harganya jadi 350 ribu ya kak." Kata Widia dia memberikan dua kantung plastik bermerek mini market itu pada Galen.

Galen menerima dua kantung plastik belanjaannya, lalu dia meletakan uang diatas meja kasir lalu pergi dari sana tanpa berkata-kata lagi pada Widia. Terlalu dingin sekali sikapnya pada Widia dan itu membuat Widia cemberut.

Widia mengambil uang yang ditinggalkan Galen tadi diatas meja lalu menghitung uang berwarna merah itu dan matanya langsung melotot kala menghitung lembaran yang diberikan Galen. "Kak uangnya kelebihan!" Teriak Widia sebelum Galen keluar dari mini market.

Galen menoleh ke arah Widia sejenak, dia tersenyum tipis pada Widia. "Buat lo. Anggap aja rasa terimakasih gue udah karna mau temanan sama Nana."

Widia terdiam, dia merasa tersentuh. Lalu dia menampilkan senyuman lebarnya. "Terimakasih kak. Datang lagi, ya!" Widia melambaikan tangannya kepada Galen.

Galen memberikan senyuman menawannya pada Widia sebelum benar-benar keluar dari mini market.

Sehilangnya Galen dari pandangan, Widia menatap uang berjumlah sepuluh lebar itu. Dia mencium uang itu. Widia suka uang, dia sangat menyukainya dan lelaki yang ia taksir barusan memberikannya uang sebanyak ini. Siapa yang tak tambah jatuh cinta padanya kalau sikapnya seperti ini? Perhatian padanya diam-diam. Ya ampun, sepertinya memang Widia jatuh hati pada Galen!

Senyuman Widia langsung pudar ketika melihat konsumer lain dihadapannya , dia seorang anak kecil laki-laki berumur mungkin 15 tahun yang mengangkat sudut bibirnya seakan mencibir Widia karna melihat tingkah Widia yang mencium-cium uang sambil tersenyum-senyum tadi.

Dengan canggung Widia langsung mamasukkan uang ke dalam sakunya dan langsung melakukan apa yang harus ia lakukan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!