Seperti janjinya kepada sang sahabat, Widia datang ke rumahnya. Setelah menyelesaikan perkerjaannya dan izin pulang cepat. Ya, lumayan kan, sekalian numpang makan berhubung perut Widia kebetulan sangat lapar sekarang dan lagi uangnya pun dalam keadaan gawat darurat.
Sudah Widia bayangkan bagaimana semewah dan sebesar apa rumah Kina. Rumahnya sangat besar, tapi desain dari depan rumahnya terlihat sederhana. Pasti, Mama dari Kinata sangat menyukai sesuatu yang sederhana. Sama seperti dirinya.
Widia tak segan-segan lagi langsung memecet tombol bel yang berteknologi canggih itu lalu dia menunggu seseorang membukakan pintu sambil menggalihkan pandangannya ke sana kemari. Makhlumilah, itu salah satu kebiasaan Widia.
Tidak sampai lima menit menunggu, pintu pun terbuka lebar. Dan terlihatlah sosok cantik Kinata di depan matanya. Kina seketika langsung tersenyum lebar pada Widia. Mungkin mengira Adera tidak akan datang seperti sebelumnya.
Tapi tentu saja tidak, Widia akan datang kerumah Kina dengan makanan yang mungkin sudah menunggunya disana. Bagi Widia makanan sama saja seperti kekasihnya, tidak boleh diabaikan dan tidak boleh dibiarkan. Mubazir kan kalau dibiarkan?
"Akhirnya, lo datang!" Seru Kina memeluk Widia sebentar. "Gue kira lo gak datang, eh ternyata nempatin janji juga rupanya."
Widia hanya menyengir saja, ya iyalah mana bisa dia melewatkan hari begitu Kina bilang banyak makanan disana yang sudah menunggunya dirumahnya.
"Yaudah yuk, langsung masuk, semuanya udah nunggu, loh!" Ajak Kina, mengandeng tangan Widia masuk ke dalam rumahnya.
Semuanya menunggu Widia? Entah kenapa Widia merasa seperti ratu yang ditunggu-tunggu. Aneh memang tapi begitu lah Widia, banyak menghalu. Dia bahkan cekikikan sendiri membayangkannya.
"Mah! Pah! Ada tamu sepesial datang nih!" Teriak Kina, dia berjalan ke arah meja makan. Dimana keluarganya tengah makan malam.
"Jeng jeng! Lihat nih, Mah, Pah. Widia datang!" Kata Kina penuh kegembiraan. Memberi tahu kehadiran Widia kepada orangtuanya.
Widia langsung mendekati mereka, menyalimi tangan mama dan papa Kina yang saat ini duduk dimeja makan. Mereka menatap Widia sambil tersenyum.
"Duduk, duduk, sayang. Kita makan bersama." Kata Kira, mama Kina. Mempersilahkan Widia untuk duduk bergabung dengan mereka di meja makan sambil tersenyum hangat.
Pantas saja Kinata sangat cantik, dia menurunkan kecantikannya dari mamanya. Kalau dilihat-lihat juga, Kina mempunyai wajah yang sangat mirip dengan Mamanya jadi tidak heran kalau Kina banyak yang mengejar.
Dan Widia pun duduk dikursi seberang Nathan dan Kira, sementara Kina duduk dikursi sebelah Mamanya. Widia mencoba mengkode Kina agar duduk disebelahnya saja, tapi Kina malah menggelengkan kepalanya sembari menjulurkan lidah saja.
"Mah, kakak kemana?" Tanya Kinata kepada sang Mama.
"Lagi ke toilet, nanti juga balik lagi." Jawab Kira dengan suara yang sangat lembut.
Tak lama kemudian, kakak yang disebutkan Kinata tadi muncul, setelah dari kamar mandi. Dia menatap gadis berambut panjang yang duduk disebelah kursinya dengan satu alis terangkat. Yang kini juga menatapnya.
Widia menoleh kearah kakak dari Kinata itu dan tidak bisa bohongi. Kakak dari Kinata itu benar-benar sangat tampan. Pahatan sempurna yang pernah ada. Bahkan Widia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari sosok tampan itu. Dia terpesona untuk pertama kalinya.
"Galen, ini teman Kinata, yang sering Kinata ceritain." Kata Kira, memperkenalkan Widia kepada Galen.
Yang pernah Widia dengar sih, namanya Galendra Abraham Melio, anak pertama dari Kira dan Nathan yang berumur hampir dua puluh tujuh itu. Widia pernah melihat wajahnya sebelumnya dari foto yang diberikan Kinata tapi siapa sangka jika wajah kakak Kinata itu jauh berkali-kali lipat lebih tampan dari fotonya.
Widia yang masih menatap Galen langsung kesem-sem dan terpesona dengan pesona yang dimiliki Galen. Siapa coba yang tidak terpesona dengan ketampanan yang surgawi milik Galen. Apalagi wajahnya itu terkesan dingin, yang menambah berkali-kali lipat ketampanannya.
Galen menatap Widia lagi sembari mendudukan bokongnya dikursinya tepatnya disebelah Widia. Dia mengangkat sebelah alisnya pada Widia yang menatap sampai begitunya.
Lalu gadis itu tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya sekilas dengan sopan kepada Galen yang dibalas hanya dengan senyuman miring oleh Galen.
"Papa denger kamu kerja?" Tanya Nathan yang tengah menyantap hidangan makan malamnya.
Pertanyaan Nathan membuat Widia langsung mengalihkan tatapannya dari Galen. "Iya om, ini aja baru pulang kerja." Jawab sopan Widia diakhiri dengan cengiran khasnya.
"Kerja dimana?" Tanya Nathan lagi dengan satu alis terangkat.
"Eumm, di asronot—— maksud saya di mini market." Jawab Widia, jawaban ngaco itu membuat lidahnya tergigit.
Nathan, Kira dan Kinata tertawa mendengar jawaban Adera terkecuali Galen.
Ya ampun, Papa Kinata itu sangat tampan padahal umurnya tidak lagi muda, apalagi tubuhnya yang masih gagah dan atletis. Widia yakin saat muda Nathan membuat para banyak wanita terpesona atau mungkin sekarang juga sama?
Dan anehnya sekarang kenapa Widia merasa dirumah ini bibit berlian semua? Dan dia merasa seperti kurcaci disana. Tidak adil!
Widia melihat kedamaian keluarga Kina, benar-benar membuatnya senang sekaligus merasa sedih. Dia tersenyum miris menatap hindangan makan malam didepannya. Seadainya keluarganya masih ada, huft, dia jadi merindukan mereka berdua.
Menyandari Widia hanya terdiam, Kinata langsung berhenti bercanda dengan papanya. "Wid, makan dong. Lo kan tadi semangat banget dateng kesini karna ada makanan kan?" Ucap Kinata kepada Widia.
Widia langsung mendonggakan kepalanya, semua mata mengarah kepadanya termasuk Galen, dia meringis pelan. Kenapa punya sahabat mulutnya comel, dia kan jadi malu. "Ember banget itu mulut!" Gumamnya.
"Iya, Widia, makan yang banyak. Anggap aja rumah sendiri." Kata Kira, tersenyum pada Widia.
"Terimakasih, tante." Widia dengan tidak sungkan lagi langsung melahap hidangan makan malamnya.
"Oh iya, Widia, Nana bilang, kamu jago berantem ya?" Tanya Kira membuat Widia berhenti melahap makanannya.
"Gak kok, tante." Jawab Widia sambil menggerakan tangannya.
Kira menghebus nafasnya. "Mama makasih banget sama kamu, karna udah nyelamatin Nana dari pereman-pereman itu. Kalo gak ada kamu saat itu, mungkin Nana udah kenapa-kenapa." Kata Kira tulus.
Nathan hanya mengangguki perkataan Kira. Dia pun sangat berterimakasih pada Widia karna keberaniannya, dia menyelamatkan Kinata dari preman-preman berhidung belang itu. Kalau tidak, ia tidak tahu apa yang akan terjadi pada anak perempuan satu-satunya itu.
Itu kan peristiwa yang terjadi tiga tahun lalu, tepatnya pertama kali Widia dan Kinata bertemu. Kenapa mereka masih saja membicarakan itu?
"Iya tante, om. Itu juga murni karna aku pengen nolongin Nana saat itu."
Ditempatnya, Galen tidak bisa berhenti-hentinya menatap gadis berambut panjang disebelahnya. Dia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari sosok gadis disebelahnya itu. Tak tahu alasannya kenapa.
"Mama sama papa pengen ketemu kamu udah dari lama, tapi kata Nana, kamu selalu nolak." Ujar Kira.
Widia tersenyum cangung. "Maaf, ya tante." Sesal Widia.
Kira terkekeh pelan. "Aduh, Nana temen mu ini gemesin banget sih."
"Setuju. Widia, kalo kamu pengen jadi baby sugarnya papa, kasih tau ya!" Nathan menimpali sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Hadeh, mulai lagi tuh, Mah. Papa ngajen!" Kesal Kinata.
"Papa juga mau punya simpanan daun muda, Nana. Ngeliat sahabat kamu secantik ini bikin masa muda papa meronta-ronta."
"Sadar umur!" Celetuk Kira.
"Aku ngehargai umurku, sayang. Mangkanya aku mau nikah lagi, boleh kan?"
"Gak, gak boleh! Widia itu cocoknya cuma sama kak Galen. Iya kan, mah?"
Nathan dan Kira langsung menatap kearah mereka berdua sambil tersenyum penuh arti. Sedangkan Galen dibuat tersentak, langsung meleparkan menatap tajam pada adiknya itu. Juga dengan Widia yang langsung terbatuk karna ucapan Kina barusan.
Tidak mungkin kan dia yang abal-abal dicocokan dengan serbuk berlian seperti Galen. Mana mungkin!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments