Naima tetap bersekolah. Gadis kecil itu langsung dikerumuni semua teman-teman dan para guru yang mengucapkan bela sungkawa.
Sofia diminta Agung untuk mengantarkan anak perempuan itu. Walau dengan wajah kesal dan hati yang begitu dongkol. Sofia menurut, jika tidak. Agung akan memblokir semua kartu kreditnya.
"Oh jadi Nyonya Lakso yang akan mengurus Ananda Naima?" tanya kepala sekolah begitu terharu.
"Anda mulai sekali Nyonya!" puji beberapa guru.
Sofia tersenyum, ia adalah seorang sosialita. Hal tersebut mampu meninggikan dirinya. Ia akan naik pamor jika memamerkan kebaikan sang suami di depan teman-temannya nanti.
"Ah, hanya sekedar kemanusiaan Bu," ujar wanita itu basa-basi.
"Oh ya. Saya juga mau memindahkan Naima dari sekolah ini. Karena tempat tinggal saya terlalu jauh," lanjutnya memberitahu..
Para guru sedikit tersenyum hambar. Semua adalah pendidik, tentu sangat bisa menilai seseorang seperti apa. Begitu sangat terlihat keengganan dari Sofia mengatakan apa yang baru saja ia ucapkan.
"Wah, sayangnya. Ananda Naima tidak bisa pindah Bu," ujar kepala sekolah.
"Loh kok nggak bisa!?" tanya Sofia kesal dan bingung jadi satu.
"Karena Naima salah satu murid cerdas dan telah mendapatkan beasiswa. Akan kasihan jika Naima dipindahkan," jawab kepala sekolah.
Retno Damaryanti S Psi., dua puluh delapan tahun. Wanita itu adalah seorang psikolog yang mengabdikan dirinya sebagai guru dan kini menjabat sebagai kepala sekolah negeri di mana Naima menimba ilmu. Wanita itu bisa menilai jika ada niatan tidak baik pada salah satu muridnya itu.
"Lagian itu bagus kan buat Nyonya. Jika Naima sekolah di sini. Nyonya tak perlu lagi keluar uang," lanjutnya mempengaruhi.
Sonya sedikit berpikir. Wanita itu mengangguk membenarkan perkataan kepala sekolah.
"Baiklah, itu bisa diatur," ujar Sonya lalu memiliki ide cemerlang.
Naima tetap bersekolah di sekolah sebelumnya. Gadis kecil itu lega. Setidaknya ia tak perlu menyesuaikan diri pada lingkungan yang pasti akan menekannya nanti.
Pulang sekolah, gadis itu langsung membersihkan diri. Ia sebisa mungkin membantu pekerjaan di dapur. Entah itu mengupas bawang atau mencuci sayuran.
"Nak, tidak usah. Kamu liatin kita aja ya," ujar salah satu maid.
"Biarkan dia kerja!" ketus Anna tiba-tiba datang ke dapur.
"Di sini tidak ada yang gratis!" lanjutnya lalu melirik Naima.
"Jika ayah ibuku tidak mati dibunuh oleh suami Nyonya aku masih bahagia sekarang!' sahut Naima begitu lantang.
Naima adalah anak yang cerdas. Ayah dan ibunya mengajari agar tidak takut pada siapapun selama itu benar.
"Halah ... bapak sama ibumu aja yang sembarangan pake jalan! Nyalahin orang aja!" sungut Anna mencibir.
"Kami berhenti di lampu merah Nyonya!" teriak Naima.
"Kami memang harus berhenti karena lampu memang merah!" lanjutnya lalu air matanya turun.
"Tapi suami anda yang mabuk itu!" tekannya.
"Menabrak kami karena halusinasi lubang di tengah jalan!"
"Andai kami tidak menghalangi ... mestinya suami anda yang mati ditabrak truk!"
Anna terdiam, ia tak pernah kalah debat dengan siapapun. Tapi kini seorang anak perempuan usianya begitu muda, tetapi memiliki kekuatan tersendiri.
"Anna!" panggil Agung dengan nada marah.
Anna terkejut bukan main. Wanita itu sangat takut melihat mertuanya. Ia pun keluar dapur dengan kaki sedikit bergetar.
"Sini kau!"
Agung menyeret menantunya itu dengan kasar. Anna terjajar dan meringis ketika mertuanya menghempaskan tubuhnya begitu saja.
"Sudah kukatakan berkali-kali Anna!"
Muka Agung sampai memerah menahan emosi. Pria itu menatap tampilan dari menantunya. Nyaris seluruh tubuhnya ditempeli perhiasan mahal. Dari kalung, anting gelang tangan, cincin bahkan gelang kaki.
"Sekali lagi kau mengganggu Naima ... aku tak segan-segan mengeluarkanmu dari rumahku!" ancam pria itu.
Anna menunduk, ia tentu takut akan ancaman mertuanya itu. Agung akan selalu menepati semua omongannya.
Agung mendengkus kesal. Pria itu pergi meninggalkan Anna. Agung mendatangi Naima di dapur.
"Mana dia?" tanyanya begitu arogan.
"Siapa Tuan?" tanya salah satu maid bodoh.
Agung berdecak kesal. Maid langsung menunduk takut. Salah satu maid menjawab jika Naima ada di taman belakang.
Pria itu langsung pergi mendatangi Naima. Gadis kecil itu duduk melamun memandang tanaman dengan tatapan kosong.
"Ma ... Pa ... hiks!"
Agung mengepal tangannya erat. Andai saja uang tidak berkuasa. Tentu putranya ada di jeruji besi dalam waktu lama.
"Nak!" panggilnya datar.
Tak ada sahutan. Naima tetap dalam lamunannya. Agung adalah seorang pebisnis, ia bukan sosok yang bisa diajak berbagi atau bisa memberi nasihat apalagi motivasi.
Ia adalah pebisnis handal. Semua proyek bisa didapatkan dengan mudah karena kepiawaiannya melobi.
Namun di hadapan Naima. Seorang gadis kecil, yang baru saja direnggut paksa kebahagiaannya. Agung seperti orang bodoh.
"Ayah ibumu tetap tidak bisa kembali Naima," ujarnya datar.
"Itu sudah suratan takdir," lanjutnya.
"Mestinya Pak Pratma yang ditabrak truk itu! Aku ingin lihat, bagaimana anda berkata pada diri anda Tuan!' sahut Naima sangat menusuk.
"Tapi jika kalian tidak pergi, maka kejadian itu tak akan terjadi!" sahut Agung tidak mau kalah.
"Jika putra anda tidak mabuk ...."
"Cukup Naima!"
"Cukup Tuan Lakso!" sentak Naima.
'Aku memang masih delapan tahun. Aku pastikan akan mengumpulkan bukti dan membuat Tuan membayar semua ini!" tekan Naima begitu berani.
Gadis kecil itu turun dari kursi taman dan pergi ke kamarnya. Agung terpaku di tempat. Pria itu melupakan sesuatu tentang Naima.
"Sialan!" umpatnya kesal.
Dering ponselnya berbunyi. Pria itu mengambilnya dari saku dan menempelkannya di telinga.
"Halo!"
"........!"
"Apa.kau yakin?" tanyanya.
"......!"
"Baiklah ... urus semuanya! Katakan jika kita adalah wali sahnya!" lanjutnya memberi perintah.
Sambungan telepon berhenti. Pria itu menarik sebelah sudut bibirnya. Agung baru saja mendapat harta karun yang begitu besar.
"Jika saja kau hanya anak orang biasa ...."
Agung tidak melanjutkan perkataannya. Pria itu melangkah menuju kamarnya.
"Sonya!" panggilnya pada wanita yang telah bersamanya selama dua puluh tujuh tahun itu.
"Ya," jawab Sonya.
Sonya Andara, lima puluh satu tahun. Wanita itu masih menjaga kemolekan tubuh dan juga kecantikan wajahnya. Sonya mengenakan lingerie warna hitam yang begitu menggoda.
"Bagaimana, apa kau sudah memindahkan Naima ke sekolah tiga cucu kita?" tanyanya.
Sonya melangkah mendekati suaminya. Lalu perlahan ia membuka dasi dan kancing kemeja Agung satu persatu.
"Sudah," jawab wanita itu.
Tangan lentik Sonya meraba dada bidang sang suami. Wanita itu sangat paham bagaimana pria di hadapannya itu akan langsung terbakar hasratnya jika di sentuh dadanya.
"Sonya," Agung mencekal tangan istrinya.
Sonya mendekat dan mulai mencumbu. Usianya memang sudah tua, tetapi jika urusan ranjang. Sonya akan memenuhinya agar sang suami tak lari ke pelukan wanita lain.
Sedangkan di ruang kerja PT Lakso Grup. Pratma, tengah asik berciuman dengan sekretarisnya.
"Tuan!" rengek sang sekretaris manja.
"Ayolah sayang ... kau pasti akan mendapatkan apapun yang kau mau jika melayaniku!" rayu Pratma lalu meremas gemas gundukan sang wanita yang kini menggeliat di bawah kukungannya.
Bersambung.
Ah ... siapa sih Naima itu?
Next?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Ree Prasetya
misterius....
2025-01-13
0
Sulfia Nuriawati
keren naima, msh kcl bsmembc sikon dg pas, memang karya dari maya melinda damayanti toooop lah, ini slh satu othor fav aku👍👍👍❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
2024-11-08
1
Cellestria
mantap Naima jangan kalah 👍
2023-02-16
1