NAIMA
Naima, delapan tahun digandeng oleh seorang pria bertubuh tegap, namun wajahnya kuyu. Gadis kecil itu masuk sebuah bangunan besar dan begitu mewah.
"Halo sayang ... selamat datang!' sambut seorang wanita dengan wajah kikuk.
Naima bergeming, gadis kecil itu masih memakai pakaian yang ia pakai tadi ketika berpergian dengan mendiang ayah dan ibunya satu jam lalu. Pria yang menggandengnya ini penyebab kematian kedua orang tuanya.
"Mulai sekarang, kau panggil Mama ya," ujarnya tersenyum palsu dan melirik sebal pada suaminya.
"Tapi Tante bukan Mamaku!' sahut Naima begitu berani.
"Ck ... jangan berlaga di sini anak kecil!' sentak seorang wanita paru baya dengan kesal.
"Masih untung kau ada yang menampung!' lanjutnya kasar.
"Aku tidak memintanya!" sahut Naima begitu berani.
"Kembalikan ayah dan ibuku. Hidupkan mereka kembali! Maka aku tidak akan menyusahkan kalian!" lanjutnya membuat semua bungkam.
"Apa kau bisa ... Tuan Pratma?" tanya gadis kecil itu lalu melepas genggamannya.
Tak lama seorang pria paruh baya datang dengan wajah memerah menahan amarah. Pria itu menatap gusar pada putranya yang ceroboh itu. Pria itu bernama Agung Lakso, lima puluh sembilan tahun. Naima menatap pria tua itu dengan pandangan marah.
"Nak, jangan pedulikan mereka. Di sini aku yang berkuasa. Akan kupastikan kau aman dan tidak diganggu oleh siapapun," ujar Agung menyamakan tingginya pada gadis kecil yang begitu pemberani itu.
"Anna, bawa suamimu ke kamarnya. Bersihkan dia!' titah Agung tak bisa dibantah.
Wanita yang menyambut Naima, berdecak. Ia membawa sang suami yang masih tercium alkohol. Wanita itu mengomel panjang pendek. Dua anak laki-laki dan satu anak perempuan di sana. Mereka berusia tujuh, sembilan dan sepuluh tahun.
"Ini Rendra, kakakmu yang paling tua. Ini Reinhart kakak keduamu dan ini Renita, adikmu," ujar Agung memperkenalkan cucu-cucunya.
"Dan anak-anak, ini saudara baru kalian, Naima Az-zahra, bagi kau Rendra dan Reinhart ini adikmu. Sedang bagi kau Renita ini kakakmu!" lanjutnya tegas.
"Halo!" sapa Naima datar.
"Pa ...," dengkus seorang wanita memberi peringatan pada suaminya.
"Diam kau Sofia!" tekan Agung menatap tajam pada istrinya.
Sofia diam dengan muka di tekuk. Agung memang sangat tegas dan tidak ada yang bisa menggoyahkan keteguhannya jika ia sudah memutuskan sesuatu.
"Masuk ke kamarmu!" titahnya.
"Rendra, Reinhart, Renita ... kalian juga masuk!" titah Sofia pada tiga cucunya.
"Tapi Oma!" Renita masih ingin berkenalan dengan Naima, kakak barunya itu.
"Masuk!" tekan Sofia sedikit mengeraskan suaranya.
Rendra mengajak dua adiknya menurut. Bocah itu menatap datar Naima yang hadir dan mengacaukan makan malam mereka dengan pakaian yang sangat tidak layak.
Agung menghela napas panjang. Sepertinya, ia terlalu memanjakan semua orang di rumah ini hingga membuat lupa diri.
"Mbok Darni!" panggilnya.
Seorang wanita bertubuh tambun datang dengan tergopoh-gopoh. Ia berjalan menunduk-nunduk mendekati majikannya.
"Bersihkan dia, mulai sekarang. Naima menjadi tanggung jawabmu!" titah pria itu.
'Nak, sini!" ajak Darni langsung pada Naima.
Wanita itu sedikit menyeret gadis kecil itu ke kamarnya. Agung menghela napas kasar. Ia sangat kesal, pertemuan besar antar negara tadi gagal total akibat pemberitaan sang putra menabrak sadis pengendara motor hingga membuat keduanya tewas. Beruntung sang anak selamat karena tubuh ibu dan ayahnya seperti melindungi gadis itu dari benturan keras.
Agung masuk kamarnya. Di sana Sofia sudah berkacak pinggang hendak protes. Tapi melihat tatapan nyalang suaminya membuat ia jadi takut sendiri.
"Kau terlalu memanjakan putramu Sofia!" teriak Agung mulai emosi.
"Kau tau, siapa yang dibunuh putramu itu!' teriak pria itu lagi.
Sofia terdiam. Ia benar-benar tak tau menahu. Agung mendekati istrinya dan membisikkan sesuatu. Wanita itu membola.
"Jangan bohong Pa!"
"Aku tidak bohong Sofia!" sahut Agung dengan wajah kelam.
"Berdoalah Sofia. Berdoalah, hingga sampai waktu datang kita sudah membayar semuanya dan kita aman!" lanjutnya dengan nada lemah.
Sementara di kamar lain. Naima memilih tidur bersama Darni, wanita tambun yang akan mengurusnya mulai sekarang.
"Pa ... Ma," panggilnya lirih.
Satu titik bening luruh di pipinya yang halus. Baru saja ia tertawa bersama ayah dan ibunya. Mereka berencana ke pasar malam untuk menghabiskan weekend mereka. Hal biasa yang mereka lakukan setiap akhir pekan.
"Nak," Darni mendekati gadis kecil yang mendadak yatim-piatu itu.
"Tidur yuk!" ajak wanita itu lalu menguap lebar.
Mau tak mau Naima menurut. Gadis kecil itu merebahkan diri di sisi Darni. Wanita itu mengelus punggung kecil yang bergetar.
"Nak, ikhlaskan sayang ... ayah dan ibumu sudah ke surga-Nya Allah," ujar wanita itu menenangkan Naima.
Keesok harinya. Naima berdiri di dua gundukan yang masih merah. Dua jasad telah terbujur di bawahnya dengan tenang dan damai.
"Mama ... hiks .... Papa ... hiks ... hiks!"
Beberapa petugas kepolisian menenangkan gadis kecil itu. Agung ada di sana berdiri dengan kacamata hitam. Ia berjalan mendekat, pria itu telah berjanji akan mengurus Naima.
"Ayo Nak!" ajak pria itu dengan nada arogan.
"Aku ingin pulang ke rumahku!" sahut Naima begitu tegas walau dengan mata basah.
"Kau tak perlu mengurusku Tuan!" lanjutnya.
'Ck ... sombong sekali anak ini ... mentang-mentang ...," gumam Agung kesal dalam hati.
Pria itu ternyata harus menahan egonya. Ia menyamakan tingginya pada Naima.
"Nak, rumah itu rumah sewa. Kau tidak akan bisa membayar uangnya jika tinggal di sana," ujarnya memberi pengertian.
"Tapi ... semua barang-barang Papa dan Mama ada di sana," ujar Naima.
"Kakek sudah mengurusnya Nak!" sahut Agung meyakinkan lagi Naima.
"Nanti, kau akan tinggal di sebuah paviliun dekat rumah kakek. Kau akan seperti tinggal di rumah sendiri," lanjut pria itu.
Naima masih diam. Agung berdiri, ia menjulurkan tangannya. Gadis kecil itu memang tak punya pilihan kecuali percaya pada Agung.
Pria itu begitu lega ketika Naima menyambut uluran tangannya. Mereka pun naik ke mobil mewah dan beranjak dari tempat pemakaman umum itu.
Sampai sana. Naima benar-benar berada seperti di rumahnya sendiri. Agung menepati janjinya. Darni ada di sana untuk mengurus gadis kecil itu. Sofia, Ana dan Pratma ada di sana menyambut kedatangan gadis kecil itu.
"Sayang, jangan takut ya. Mereka tidak akan bisa menyakitimu sedikitpun!' tekan Agung lagi sambil menatap tiga orang dewasa penuh intimidasi.
"Iya sayang, maaf tadi malam Nenek berlaku kasar padamu. Maaf ya," ujar Sofia lembut.
Naima hanya diam tidak menanggapi. Gadis kecil itu hanya bisa percaya pada keluarga yang menampungnya sekarang.
Naima sudah tidur siang selesai makan bersama. Gadis itu tetap tidur bersama Darni di kamarnya. Paviliun itu hanya boleh sesekali dikunjungi Naima.
"Ini untuk membiasakanmu sayang," terang Agung. "Agar kau sadar jika ayah dan ibumu memang sudah tidak ada lagi."
"Pa," panggilan Sofia membuyarkan lamunan Agung.
Pratma menunduk, ia memang salah di sini. Pulang dari klub malam dalam keadaan mabuk. Ia menabrak keras pengendara motor yang ada di depannya hanya untuk menghindari sebuah lubang kecil.
"Berubahlah Prat. Besok Papa menunggu kehadiranmu di kantor!" tekan Agung.
"Baik Pa!"
Pratma dan Anna pergi ke kamar mereka. Sofia mendekati suaminya.
"Pa ... jika keluarganya tau?"
"Diamlah Sofia!" bentak Agung.
"Aku sudah mengurus semua itu!" tekannya lagi.
Bersambung.
Wah ... ada rahasia apa yang diketahui Agung tentang Naima ya?
Halo ini novel baru Othor Maya Melinda Damayanty. Selamat membaca!
Next?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Sweet Girl
penuh misteri
2024-04-03
0
aidernia_Novelia
jahat banget keluarga ini.. kayaknya naima anak orang kaya dan berpengaruh 🧐🧐
2023-04-16
1
Ratu Emilly
aq datang Kak... 🤭🤭🤭
2023-03-10
0