Putra Direktur

Suasana terkesan hening. Baik Nina dan Dimas sepertinya sedang ada pemikiran masing-masing.

" Bagaimana pekerjaanmu hari ini?"

Dimas terlihat berbasa basi disela-sela keheningan Mereka.

" Biasa. Sibuk dengan semua kerjaan. Kau sendiri bagianku harus multitalent." Ujar Nina.

" Kau sendiri?"

Nina menoleh ke arah Dimas. Dimas menoleh sebentar lalu fokus menyetir kembali.

"Aku sendiri sibuk bertemu klien. Sampai pusing kepalaku." Keluh Dimas.

Nina hanya bisa tersenyum mendengar keluhan Dimas. Bagaimanapun juga Ayah Dimas mempunyai perusahaan sendiri.

Namun entah mengapa, Dimas memilih kerja diorang lain. Katanya agar lebih mandiri.

" Bagaimana dengan skripsimu?" Tanya Dimas.

" Tinggal Jadwal sidang."Sahut Nina.

" Sama. Aku juga." Ucap Dimas.

" Aku harap cepat lulus. Rasanya lelah juga membagi waktu kuliah dan pekerjaan." Tambah Dimas.

Nina manggut-manggut tanda setuju dengan ucapan Dimas. Sampai saat ini,Mereka masih menjalin persahabatan. Karena Nina belum ada menjawab sama sekali perasaan Dimas sejak dahulu, dengan alasan masih ingin fokus ke pendidikan dan karirnya.

Mereka terlihat asik mengobrol sampai lupa waktu. Dan akhirnya Mereka sampai rumah Nina. Dimas pun mampir sebentar untuk minum dan menyapa Ibunya Nina.

Setelah Dimas berpamitan pulang. Nina membersihkan diri. Lalu Dia membuka laptopnya. Mempelajari ulang teori dan analisis skripsinya. Besok Dia ada jadwal sidang untuk skripsinya.

Setelah mempelajari teori maupun analisis skripsinya. Nina langsung mematikan laptop dan menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur. Entah kenapa, akhir-akhir ini pikirannya masih melayang memikirkan sesuatu yang telah sangat berlalu,bahkan sudah termakan sang waktu.Persahabatannya dengan Agung,

yang seharusnya sudah tidak Dia pikirkan lagi. Karena logikanya itu sangatlah sia-sia.

Namun keputusasaan jelas kini melanda Nina. Dia berharap ada keajaiban datang menghampirinya.

Dua tahun kemudian.

Dibandara, Seorang pria dengan kharismanya yang cool, terlihat turun dari pesawat. Dia terlihat lelah, mungkin habis penerbangan yang memakan beberapa jam. Udara malam ini membuatnya menghirup dalam-dalam. Seakan Dia benar-benar merindukannya. Merindukan udara kota kelahirannya. Agung terlihat tersenyum kecil seraya menarik kopernya. Terlihat salah satu orang kepercayaan Ayahnya telah menunggu untuk menjemputnya.

Pagi-pagi Nina berangkat kerja.Begitu Nina sampai kantor, Dia langsung berjalan menyelusuri resepsionis, finger print dan lalu masuk lift naik kelantai empat. Tak selang lama Nina keluar dari lift.

Nina melangkahkan kakinya, seraya membalas teguran-teguran karyawan lainnya.

Namun Dia melihat sekitar, Karyawan dan karyawati tak seperti biasanya. Mereka terlihat heboh. Khususnya karyawati perusahaan. Mereka setengah berbisik-bisik dan membuatnya penasaran.

Nina melihat Mira yang dulu satu divisi dengannya baru datang juga. Dia pun sedikit berlari dan mensejajarkan jalannya. Mira terlihat terkejut dan menoleh kearah Nina.

" Kenapa semua karyawati ' berbeda dari biasanya?" Mira penasaran.

" Entahlah. Aku juga baru datang." Nina terlihat penasaran juga.

Nina terus berjalan sampai ke ruangannya. Dan menaruh tas miliknya diatas meja kerjanya. Dia duduk seraya mengalihkan pandangannya ke arah ruangan utama Direktur diperusahaan saat ini. Pak Dion belum terlihat datang. Namun terlihat seorang Pria diruangannya. Nina terlihat penasaran, namun Nina berpikir mungkin itu tamunya. Dia pun kembali fokus dan memulai pekerjaannya.

Tak selang waktu lama Pak Dion datang. Dia pun berdiri untuk menyapanya seperti biasa.

" Pagi Pak." Sapa Nina.

" Pagi." Ucap Beliau membalas sapaan Nina

" Oya Nin. Untuk besok dan hampir sebulan, ini Aku  ada urusan di luar negeri. Jadi semua pekerjaanku, Aku wakilkan ke putraku. Besok, Kau jelaskan saja semua itu padanya. " Jelas Pak Dion.

" Ok, Pak Saya mengerti." Nina kembali duduk.

Apa yang diruangan itu putranya? Semoga saja Dia mudah di ajak bekerja sama dan baik seperti Pak Dion.Harap Nina dalam hatinya.

Nina kembali fokus bekerja.

Sekitar hampir jam makan siang, Pintu ruangan Pak Dion terlihat terbuka. Sepertinya Pak Dion dan putranya akan makan siang. Nina masih fokus dengan kerjaaannya. Karena jam makan siang belum tiba.

Tanpa Nina duga, Pak Dion dan putranya menghampiri ke ruangan Nina. Nina spontan langsung mendongakkan kepalanya.Dia terkejut bukan main. Orang yang masih Dia rindukan selama ini, sekarang muncul didepannya secara tiba-tiba. Dan ternyata putra dari Pak Dion. Sungguh keajaiban baginya.Tentunya penampilannya sekarang sudah berbeda. Dia terkesan lebih dewasa dengan kacamatanya itu. Tapi wajahnya jelas masih seperti dulu. Masih tampan dan cool, hanya sedikit perubahan di pipinya yang tidak lagi tembem dan kelihatan lebih tirus.Dibelakang Ayahnya, Agung ikut melangkahkan kakinya menghampiri Nina. Namun,Dia hanya memandang Nina dengan tatapan tajam dan dingin. Tanpa keterkejutan sama sekali seperti dirinya.

Apa Aku salah orang? Apa Dia sudah melupakanku? Apa wajahku begitu berubah sehingga Dia tidak mengenaliku?Apa Aku berhalusinasi?Pikir Nina masih tidak percaya dengan apa yang Dia lihat.

" Perkenalkan Nin, Ini putra Saya, Agung." Pak Dion memperkenalkan putranya pada Nina. Dan jelas Nina langsung yakin itu Agung.

" Nina." Suara Nina terdengar bergetar.

" Agung." Agung memperkenalkan diri.

" Kuharap Kalian bisa bekerja sama." Ucap Pak Dion seraya pamit untuk makan siang dahulu dan keluar dari pintu ruangan Nina.

Nina mengerjap-ngerjapkan matanya. Rasanya Dia masih tidak percaya telah bertemu Agung.

"Nin , Apa Kau tak ingin makan siang?" Mira terlihat menghampirinya.

Nina melirik jam tangannya, Ternyata sudah waktunya istirahat.

" Ayo! " Ajak Mira,

" Bentar Mir."Nina beranjak dari tempat duduknya, membereskan semua dokumen yang masih berserakan diatas mejanya. Lalu mengikuti ajakan Mira.

Mereka berjalan menuju Kantin perusahaan. Lalu Mereka antri untuk mengambil makanan yang sudah disediakan khusus buat karyawan. Mereka memandang keseluruh penjuru. Akhirnya Mereka menemukan tempat duduk yang masih kosong.

"Apa Kau tahu tentang putra Direktur?" Nina penasaran.

" Kabarnya Dia lulusan dari salah satu Universitas di Amerika. Dan sangat tampan katanya. Aku sendiri belum melihatnya." Jelas Mira penasaran membuat Nina langsung tersedak .

"  Benarkah?" Nina memastikan.

Mira mengangguk. Nina jadi semakin yakin itu memang Agung, sahabatnya. Namun Nina juga bingung dan penasaran.Nina memikirkan ulang masa lalu itu. Pertama, Agung menghindari Nina. Lalu pergi ke USA tanpa bilang apapun padanya. Dia juga putus dengan Adelia. Sedangkan itu sangat terkesan mendadak. Ada yang janggal. Sebenarnya apa yang terjadi waktu itu. Apa telah terjadi sesuatu.

" Apa Kau tak selera makan Nin?" Mira melihat makanan Nina masih banyak.

" Tidak. Sepertinya Aku tidak terlalu lapar." Ucap Nina mendadak hilang selera makannya.

Mira tertawa karena Nina terlihat tidak seperti biasanya, yang lahap makannya.Bahkan terlihat cepat habis dan bersih sama piring-piringnya.

" Kau tidak seperti biasanya. Apa Kau salah minum obat?" Mira meledek selera makan Nina kali ini.

" Sepertinya." Ucap Nina seenaknya.

Mira pun tertawa mendengarnya.

To be continued

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!