Kantin

Nina sarapan pagi seraya sekali - sekali melirik jam di tangannya. Dia mengingat kembali bahwa Dimas akan menjemputnya. Jadi berkali-kali Nina melirik jam dan membuat Ibunya bingung.

" Apa Kau menunggu Agung?" Tanya Ibunya penasaran.

" Lain Ma. Agung sudah mempunyai kekasih. Tidak enak kalau Dia jemput Nina terus."

" Jadi Dimas?"

" Iya Ma,Dimas pagi ini akan memulai bersekolah lagi. Kita satu sekolah." Jelas Nina.

Ibunya tidak terlalu terkejut mendengarnya, sepertinya Dimas sudah sedikit cerita pada Beliau. Akhirnya Bell rumah berbunyi.

" Itu pasti Dimas." Ucap Nina seraya berpamitan dengan dan keluar dari rumahnya.

Dimas terlihat sudah menunggu Nina dengan senyuman cerianya.

" Ayo Nin! Maaf sedikit lama menjemputmu. Aku sedikit kesiangan bangunnya tadi. Maklum tadi malam begadang tidak bisa tidur memikirkanmu." Jelas Dimas bercanda membuat Nina tertawa. Dimas membukakan pintu untuk Nina. Nina pun langsung masuk ke mobilnya Dimas dan memasang sabuk pengamannya.Lalu mobil melaju ke arah sekolahan.

" Jadi Kau dan Agung sudah lama berteman?" Dimas membuka topik pembicaraan.

" Iya. Hampir Lima tahun." Jelas Nina.

" Selama itu Kalian benar-benar berteman?" Tanya Dimas membuat Nina bingung.

" Tentu saja. Why?" Nina heran dengan pertanyaan Dimas.

" Dan kapan Agung mulai mempunyai kekasih?" Pertanyaan Dimas masih berlanjut.

Nina terdiam sejenak. Memikirkan tepatnya berapa lama Agung dan Adelia berkencan.

" Hmmm... sepertinya kurang lebih masih sekitar enam bulanan yang lalu. Kenapa?" Nina penasaran mengapa Dimas begitu tertarik dengan topik persahabatannya dengan Agung.

" Tidak. Aku hanya penasaran dengan persahabatan kalian. Sepertinya Dia begitu perhatian dan protektif denganmu. Dan caranya menatapmu terlihat lain. Apa Kau yakin Dia sedikitpun tidak menyukaimu?" Pertanyaan Dimas membuat Nina terkejut.

Namun Nina langsung tertawa. Bagaimanapun juga Nina memahami tipe wanita yang Agung dambakan sebagai kekasihnya.

" Itu tidak mungkin Dim. Aku jelas bukan tipenya. Aku tomboy, tidak feminim dan seanggun wanita yang menjadi tipe idealnya." Jelas Nina membuat Dimas sepertinya sedikit mengerti dengan alur persahabatannya dan Agung. Walaupun Dimas masih tidak sepenuhnya percaya, kalau Agung tidak mempunyai perasaan apa-apa terhadap Nina. Dimas memahaminya, karena Dia sama-sama lelaki.

" Semoga saja Aku salah menilainya." Ucap Dimas seraya tersenyum pada Nina. Dimas berbeda dengan Agung, Dimas lebih blak-blakan soal hati.

" Jelas Kau salah menilainya Dim." Sahut Nina seraya membalas senyumannya.

Tidak terasa mereka sampai disekolahan. Dimas memarkirkan mobilnya. Lalu Mereka keluar dari mobil dan menuju ke kelas.

" Oya, Aku lupa. Aku harus menghadap ke Kepala sekolah dulu. Bisa kah Kau temani Aku?"

" Ok."

Nina menemani Dimas ke ruang Kepala Sekolah, namun Dia menunggu diluar ruangan.

Tidak begitu lama, Dimas sudah terlihat keluar dari ruang Kepala Sekolah.

" Kau ditaruh dikelas mana? " Tanya Nina penasaran.

Dimas memperlihatkan selembar kertas pada Nina. Nina terlihat kecewa karena Dimas tidak sekelas dengannya, melainkan sekelas dengan Adelia, kekasihnya Agung.

" Kau sekelas dengan Adelia." Ucap Nina.

" Siapa? Apa temanmu juga?" Dimas terlihat penasaran sambil menyimpan kertasnya kembali.

" Bukan. Dia kekasihnya Agung." Jelas Nina seraya terlihat menundukkan kepalanya dengan lesu. Dan lalu Dia mencoba kembali ceria.

" Hmmm... " Dimas merespon datar penjelasan dari Nina.

Nina menunjukkan kelas barunya ke Dimas. Seperti sewajarnya ada anak baru, banyak murid perempuan berbisik-bisik mengagumi Dimas.

Adelia terlihat terkejut melihat Nina datang kekelasnya. Tetapi Dia terlihat tersenyum puas saat melihat Nina datang dengan murid lelaki lain selain Agung. Entah apa yang ada dipikirannya. Nina tak terlalu bisa menilainya. Nina langsung kembali ke kelasnya. Jujur mengingat kejadian di kafe kemarin, Nina mulai tidak terlalu peduli lagi padanya, bahkan pada hubungan Mereka. Bahkan andai waktu bisa diputar kembali. Nina tidak akan mendukung Agung berkencan dengannya, apabila mengetahui sifat aslinya itu.

Sayang waktu itu Nina tidak mengetahui sifatnya Adelia yang begitu ambisius. Nina tahunya Dia mendekati tipenya Agung. Jadi Nina mendukungnya sebagai sahabat.

Nina terlihat mengeleng-gelengkan kepalanya. Rasanya tidak penting Dia menyesali itu. Waktu tidak akan pernah bisa diputar kembali lagi.

Nina memasuki ruang kelasnya. Dan pandangannya mencari sosok Riri yang menjadi teman satu bangkunya. Tidak lupa juga Dia mencari sosok Agung. Dan Agung sepertinya belum datang, karena belum terlihat sama sekali batang hidungnya.

" Nin!" Teriakkan Riri dipojok belakang membuatnya terkejut dan membuyarkan lamunannya.

Nina melangkahkan kakinya kearah Riri dan duduk disebelahnya.

" Apa Kau sudah melihat Agung ?" Tanya Nina memastikan.

" Belum. Bukankah kalian biasanya berangkat bersama? " Tanya Riri penasaran.

Nina menggelengkan kepala.

" Tidak untuk hari ini." Jelas Nina.

'Dan mungkin seterusnya.'Pikir Nina.

Dan Nina juga tidak ingin lagi mengganggu kencan Agung dan Adelia lagi. Sehingga Agung tidak ada alasan lagi untuk menjemput dan mengantarnya pulang. Apalagi selalu membuat Nina ikut kencannya Mereka.

"Nin, Agung datang." Ucap Riri.

Nina mengarahkan pandangannya dan melihat Agung masuk ke kelas. Tapi Dia terlihat langsung menuju ke teman satu bangkunya yaitu Eko. Nina jadi penasaran dengan sikapnya yang tidak seperti biasanya. Iya, biasanya Dia akan basa basi dengan Nina dahulu. Mengobrol dari A - Z. Bahkan Riri kadang tertawa terbahak-bahak dengan obrolan Mereka yang kadang konyol dan tidak penting.

" Apa Kalian ada masalah?" Riri sepertinya sadar juga dengan gelagat Nina dan perubahan pagi ini.

" Tidak." Nina mengelak.

Akhirnya bell istirahat berbunyi. Nina berniat menyapa Agung.

" Gung, Kenapa Kau terlihat muram? Apa Kau sakit? Apa perlu kupanggilkan dokter kesini?" Sapa Nina seperti biasa dan berbasa-basi.

" Tidak. Aku hanya lagi tidak mood . " Jawabnya seraya masih membereskan peralatan menulisnya.

" Kalau begitu ayo Kita ke kantin bersama!" Ajak Nina terkesan seperti biasanya.

Agung bukannya mengiyakan ajakannya seperti biasa. Dia malah terlihat menatap Nina dengan datar.

" Bukankah Kau sudah mempunyai sahabat selain Aku?" Dia mengingatkan Nina tentang Dimas. Nina jadi sedikit bingung dengan sikap Agung pagi ini yang berubah dratis dari biasanya.

" Tapi Kau juga sahabatku.Kalian semua sahabatku." Jelas Nina dengan tersenyum manis padanya. Walaupun sedikit ada rasa sakit dihati Nina mengakui Agung sebagai seorang sahabat baginya. Nina pun bingung dengan hatinya itu. Faktanya hatinya sudah sedikit mulai tersimpan suatu rasa, yang tidak selayaknya Dia rasakan kepada seorang sahabat.

" Aku paham, Tapi sahabatmu yang lain sudah muncul itu. Jadi kesanalah dulu. Nanti Dia nyasar-nyasar disekolahan barunya ini." Ejek Agung seraya memandang ke arah pintu.

Ternyata Dimas terlihat sudah muncul didepan pintu kelas Nina.

Nina terpaksa meninggalkan Agung dan menghampiri Dimas. Mengingat Dimas baru di sekolah ini. Jelas Dia belum terlalu mengetahui lingkungan di sekolah ini.

" Aku tadi dikasih tahu Adelia bahwa kelasmu disini." Jelas Dimas begitu Nina sudah berada didekatnya.

"Dimana kantinnya? Aku sungguh sudah sangat lapar." Dimas terlihat memegang perutnya yang sepertinya sudah keroncongan.

Adelia mulai terlihat menuju kekelas Mereka. Sepertinya Dia ingin menemui Agung.

" Apakah Kalian ingin kekantin?"

Tanya Adelia sok manis didepan Dimas.

" Iya." Ucap Dimas.

" Kalau begitu ayo Kita kekantin berempat bersama." Ajak Adelia dan terlihat Agung sudah melangkah kearah Mereka.

Mau tak mau mereka berempat kekantin bersama. Adelia terlihat banyak bicara dan bergelayut manja ke Agung. Tapi Agung terlihat diam dan merespon seperlunya.

Sedangkan Dimas terlihat fokus menatap ekspresinya Nina.

" Apa Kau nyaman melihat Mereka bermesraan seperti itu selama ini?" Dimas berbisik.

Nina hanya mengangkat kedua alisnya.

Mereka berempat akhirnya makan siang dalam satu meja.

" Jadi Kau sahabat kecilnya Nina?" Tanya Adelia pada Dimas.

" Benar."

" Aku sungguh senang mengetahui Kau sahabatnya Nina juga. Bukankah Kau juga merasa senang Gung?" Adelia menoleh ke arah Agung.

" Iya." Jawab Agung seraya tersenyum.

" Aku juga senang mengetahui Nina mempunyai sahabat seperti Kalian. Apalagi seperti Agung ,yang sepertinya sangat perhatian sekali ke Nina. " Ucap Dimas memandang ke arah Agung dan Nina.

Dan Nina berharap Agung menjawab atau mengatakan sesuatu tentang persahabatan Mereka. Tapi faktanya Agung hanya tersenyum pada Dimas.

" Agung memang seperti itu. Dia perhatian ke semua teman-temannya tidak hanya ke Nina." Jelas Adelia.

Nina hanya tersenyum masam mendengar ucapan Adelia.

" Kau jangan mengarang cerita Del, kalau Kau tidak tahu apa-apa tentang persahabatan kami." Ucap Agung kelihatan kesal seraya langsung menyantap makanannya kembali dan membuat Adelia tidak berani berkata-kata banyak lagi seperti sebelumnya.

To be Continued

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!