Kehilangan

Mereka terlihat kembali ke kelas masing-masing. Nina sedikit mempercepat jalannya agar sejajar dengan Agung.

"Agung, Kenapa Kau berubah? Dan terkesan mendiamkanku." Ucap Nina.

" Aku sudah bilang. Aku lagi tidak mood." Kata ini Agung diulang kembali.

" Why?" Nina masih penasaran sama sikap sahabatnya itu.

Agunn masih terdiam. Nina sedikit mempercepat jalannya kembali. Agung benar-benar begitu cepat kalau berjalan. Membuat Nina kadang sedikit berlari-lari kecil menyusulnya.

" Bisakah Kau jangan bertanya lagi. Aku kenapa dan ada apa denganku? Bukankah itu bukan urusanmu?" Agung berhenti tepat di depan kelas Mereka.

" Tapi... Aku sahabatmu. Apa Kau tak ingin membagi lagi masalahmu padaku ? " Nina memandangnya dengan sedikit kesal. Karena Nina sudah mencoba bersabar dari tadi pagi. Agung memandang Nina dan memegang kedua bahunya.

" Kalau Kau memang sahabatku. Seharusnya Kau lebih mengerti keadaanku, tanpa Aku menceritakan padamu Nin." Ucap Agung membuat Nina semakin tidak mengerti.

Agung melepaskan pegangan tangannya dibahu Nina. Dan kembali berjalan memasuki kelas Mereka.

Nina mengikutinya dari belakang. Dan berjalan menuju Riri.

Riri kelihatan bingung melihat ekspresi wajah Nina, yang tidak seceria biasanya. Nina mendudukkan dirinya disebuah bangku, tepatnya sebelah kiri Riri.

" Why? " Riri penasaran.

" Tidak ada apa-apa. Hanya sedikit perubahan." Ucap Nina tersirat. Membuat Riri penasaran.

" Apa perubahan pada Agung?" Tebakan Riri yang sangat tepat.

" Benar." Nina mengangguk.

" Apa Kalian benar-benar ada masalah ? " Riri mencari kepastian.

" Tidak. Aku sendiri juga bingung melihat sikapnya." Nina terlihat lesu.

Akhirnya pelajaran selesai. Nina sungguh penasaran dengan sikap Agung.

" Gung. Aku ingin bicara." Nina menarik tangan Agung sebelum Dia sempat keluar kelas.

Agung terpaksa berhenti. Nina sedikit menunggu semuanya keluar. Agung terlihat duduk kembali dibangku barisan depan.

" Apa yang ingin Kau bicarakan Nin? Jelas Dimas sudah setia disampingmu. Kenapa Kau menahan kepulanganku?" Agung terlihat sama sekali tak ramah seperti biasanya terhadap Nina.

" Aku hanya mau meluruskan, Apa salahku padamu ? Kenapa Kau jadi seperti ini padaku?" Tanya Nina.

Agung terlihat mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Sebelum akhirnya Dia menatap Nina kembali.

" Kau memilih Aku atau Dimas?" Pertanyaan Agung membuat Nina bingung.

" Kalian semua sahabatku. Aku tidak bisa memilih salah satu diantara Kalian." Ucap Nina sungguh tidak mengerti dengan pertanyaan Agung.

" Aku mengerti." Agung terlihat beranjak dari tempat duduknya.

Disaat Nina ingin menahan Agung kembali. Dimas terlihat muncul di depan pintu kelas Mereka. Agung pun langsung melangkahkan kakinya. Nina hanya bisa melihat Agung keluar dan berlalu dari pandangannya.

" Nin, Kenapa Kau begitu lama? Aku tadi menunggumu di parkiran. Tapi Kau tak muncul-muncul jadi Aku kesini." Jelas Dimas dengan polosnya.

" Maag. Kalau begitu ayo Kita pulang." Nina melangkah keluar dari ruang kelas dan menuju parkiran.

Nina terdiam memikirkan perubahan yang terjadi pada Agung.

" Why Nin? Tanya Dimas yang diam-diam memperhatikan.

" Tidak." Sahut Nina seraya menoleh ke arahnya.

" Oya Nin, ada yang ingin Kukatakan. " Ucap Dimas membuat Nina penasaran.

" Apa?" Nina mengerutkan kedua alisnya.

Dimas terlihat sedikit gugup. Dia bahkan mengambil nafas panjang sebelum akhirnya menatap Nina.

" Jujur Aku suka padamu sejak kecil. Eeee... Aku.. maksudnya. Aku ingin Kau menjadi kekasihku. " Ucap Dimas gelagapan.Namun Nina membelalakkan matanya.

" Maaf. " Nina menunduk.

" Aku tahu, Kau tidak harus menjawabnya sekarang." Ujar Dimas.

Akhirnya Mereka sampai didepan rumah Nina. Setelah berpamitan, Nina masuk ke rumah dan

langsung menuju kamar. Dia langsung merebahkan diri sejenak, kemudian mengambil hpnya ditas. Nina menghubungi Agung berkali-kali, tapi sepertinya tidak dihiraukan oleh Agung.

Nina semakin frustasi dengan keadaan ini. Nina pun menaruh hpnya di atas meja belajar.Dia  terlihat putus asa.

Dering hp membuat Nina kembali mengambil hpnya diatas meja.

Terlihat nama Agung.

" Hallo."

" Ada Apa? "

" Aku hanya mau bilang Dimas menyatakan perasaannya padaku. Apa yang harus Kulakuan?"

" ... " tut tut tut. Agung mematikan hanphonenya. Entah mengapa Agung tidak ingin mendengarnya.

" Gung? Gung? " Tidak terdengar lagi suara sama sekali.

Hari demi hari persahabatan mereka mulai merenggang. Jelas ini membuat Nina bingung. Agung selalu menghindari Nina. Bahkan perasaan Dimas tak pernah Nina jawab. Sampai Dimas bosan mempertanyakannya. Dan hanya kata maaf yang Dia dengar dari Nina.

Sebulan ini Agung terlihat berpikir keras. Antara tetap diindonesia, atau pindah ke rumah neneknya di Amerika. Neneknya Agung sedang sakit dan ayahnya memintanya untuk sementara menemani neneknya karena jelas ayahnya sibuk dengan perusahaan keluarga. Dan disisi lain Agung juga sudah tidak nyaman menjalani satu tahun lagi pendidikannya diSMA saat ini, dan terus berpura-pura menghindari Nina. Jelas Agung juga tersakiti dengan sikapnya sendiri terhadap Nina. Dan itu membuatnya sungguh tidak tahan. Karena faktanya setiap Dia menghindari Nina, dengan berpura-pura bahagia bersama Adelia dan tidak perduli terhadap Nina. Hatinya terasa sangat sakit. Apalagi melihat kebersamaan Nina dengan Dimas. Itu membuatnya semakin sakit. Dan dengan keyakinan hati Agung mengambil keputusan ke Amerika.

Tiga hari ini Nina belum melihat Agung sama sekali. Dan jelas bahwa Dia tidak berangkat.

Jam istirahat Nina gunakan waktu untuk membaca sebuah novel favoritnya seraya memandang hampa bangku kosong didekat Eko.

" Nina. Aku ingin berbicara denganmu." Suara Adelia mengejutkan Nina.

Adelia lalu menarik Nina keluar kelas. Menuju taman yang terlihat tak begitu banyak siswa siswi.

" Lepaskan tanganku Del !" Perintah Nina.

Adelia langsung melepas tangan Nina.

" Apa yang Kau katakan pada Agung? Kenapa Dia jadi berubah terhadapku? Dan kini malah Dia memutuskanku tanpa alasan yang jelas." Jelas Adelia panjang lebar.

Nina sedikit bingung mendengar ceritanya. Masalahnya Nina akhir-akhir ini sudah tidak tahu apa-apa tentang Agung, bahkan hampir sebulan tidak pernah komunikasi. Selain itu Agung juga selalu menghindari Nina.

" Aku tidak tahu apa-apa Del Sebaiknya Kau tanyakan lansung pada orangnya ." Jawab Nina kesal.

" Aiish !!! Kau benar-benar membuatku emosi Nin. Kau pura-pura bodoh atau apa? Bagaimana Aku bisa langsung bicara dengannya kalau sekarang Dia sudah pindah ke USA. " Ucap Adelia mendengus kesal lalu pergi meninggalkan Nina.

Bagaikan petir disiang bolong.  Nina sungguh terkejut dengar ucapan Adelia. Dan.Nina sungguh tak percaya. Bahkan Agung tak pernah berkata apa-apa pada Nina selama sebulan ini. Nina mencoba meneleponnya. Tapi no.nya sudah tidak aktif.

Didalam yang dingin, Nina memandang hamparan langit biru. Dengan sebuah buku dan pena ditangannya.

Dear Diary.

Hanya beberapa kalimat untukku saat ini. Walau lamanya persahabatan kami. Tapi bukan berarti semuanya berjalan indah. Aku Nina telah gagal menjadi sahabatnya. Dan kini Dia telah berlalu meninggalkan kenangan bersamaku.

Flashback Off

Nina menutup kembali sebuah diary warna biru. Dan dimasukkan kembali ke tasnya. Sekali lagi Dia melirik jam tangannya.

To be continued

Terpopuler

Comments

Rina Zulkifli

Rina Zulkifli

sukaaaa

2023-02-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!