Masuk ke dalam keluarga Furhet justru menjadi awal penderitaan Lania. Setelah seminggu ia berada di rumah tersebut, ia terus diperlakukan tak adil saat ayahnya tidak berada di rumah. Amel yang memiliki dendam karena dikhianati suaminya, seringkali meminta gadis kecil tersebut membersihkan rumah Furhet yang sangat besar itu.
Amel terus mengancam mbok Iyem agar tetap diam, jika perlakuannya pada Lania sampai ke telinga Juanda, maka ia akan semakin menyiksa Lania. Ancaman itulah yang akhirnya membuat mbok Iyem terdiam. Seringkali mbok Iyem pun menangis melihat gadis kecil berusia 6 tahun itu yang diperlakukan tak adil seperti itu.
Namun Lania tak pernah mengeluh. Saat ia diberi makanan sisa pun, ia hanya bisa menerimanya sambil tersenyum. Gadis kecil itu tak pernah menangis atau merengek kelelahan. Ia juga tidak pernah meminta apapun pada mereka.
Saat ini Lania sedang duduk di lantai dapur, ia sedang menikmati makanan yang diberikan oleh mbok Iyem. Mbok Iyem diam diam memberikan makanan itu pada Lania karena kasihan. Tapi sial bagi Lania, saat ia menikmati makanannya, tiba tiba saja Amel masuk ke dalam dapur. Wanita itu terbelalak lebar, ia sangat marah saat melihat Lania sedang makan tersebut.
Amel melangkahkan kakinya dengan penuh amarah, seketika wanita itu mengambil piringnya dan melemparkannya ke lantai membuat Lania terkejut.
"Berani sekali kau makan makananku," bentak Amel.
Lania menundukkan kepalanya.
"Kau ingin makan yang enak kan? Oh baiklah, sekarang kau makan makanan yang ada di lantai itu. Jika kau menolaknya, aku akan membuat papamu menderita," ancam Amel.
Lania mendongakkan kepalanya, "jangan... papa tidak salah..."
"Kalau begitu cepat lakukanlah...!!!"
Lania menganggukkan kepalanya, ia mulai memungut makanan yang ada di lantai itu lalu memasukkannya ke dalam mulut. Mbok Iyem yang mendengar keributan itu segera masuk ke dalam dapur, wanita paruh baya itu terkejut saat melihat Lania sedang memakan makanan yang ada di lantai.
"Ya Allah nyonya... mengapa nyonya perlakuan non Lania seperti ini?" ucap mbok Iyem seraya membantu Lania bangun.
"Karena kau berani memberi ia makan, upahmu bulan ini aku potong seluruhnya. Lepaskan anak itu, ia harus membersihkan makanan yang ada di lantai itu dengan memakannya," bentak Amel.
"Ampuni non Lania nyonya, ia bisa menelan pecahan piring yang ada di lantai ini. Tolong perlakuan non Lania dengan baik, ia masih sangat kecil. Ia sama sekali tidak mengerti apa apa. Bagaimanapun non Lania adalah anak tuan Juan. Tolong nyonya kasihanilah non Lania," pinta mbok Iyem sambil menangis, "mbok rela tidak di gaji, asal nyonya perlakuan non Lania tidak seperti ini," imbuhnya.
Diingatkan siapa Lania yang sebenarnya justru membuat Amel semakin murka. Ia menarik Lania dari tangan pelayannya dengan kasar dan membawanya ke kamar mandi.
"Nyonya...!!!" teriak mbok Iyem sambil mengejarnya.
"Jika kau berani membelanya lagi, aku akan menenggelamkannya di bak mandi ini," ancam Amel.
"Jangan nyonya... tolong jangan..."
"Haisssss sialan... aku bisa gila di rumah ini..." teriak Amel sambil meninggalkan mereka begitu saja.
Mbok Iyem langsung memeluk Lania sambil terus menangis.
"Non tidak apa apa kan? Ada yang terluka tidak? Menangislah non jika memang sakit," pinta mbok Iyem.
Lania hanya menggelengkan kepalanya sambil mengusap air mata mbok Iyem.
"Lania baik baik saja, mama Lania bilang Lania tidak boleh menangis lagi. Jika Lania melakukannya, nanti mama akan sedih. Lania tidak boleh membuat papa kesusahan juga. Mbok, jangan menangis lagi. Lania juga bisa sedih, tapi Lania tidak mau menangis."
Mbok Iyem kembali memeluknya, "kenapa gadis kecil sepertimu mengalami penderitaan seberat ini. Kenapa ibumu melakukan hal bodoh dengan meninggalkanmu. Non Lania harus kuat, non pasti bisa melewati semua ini. Mbok janji akan selalu bersama non."
Lania membalas pelukan mbok Iyem, "mbok... Lania mau tidur."
Mbok Iyem menganggukkan kepalanya, ia mengangkat tubuh mungil itu seraya membawanya ke kamar. Tapi bukan kamarnya sendiri, jika Juanda Furhet pergi keluar kota, Lania justru tinggal dengan mbok Iyem di kamar pelayan.
...****************...
Lisa Furhet sama kejamnya seperti ibunya. Gadis berusia 8 tahun itu mampu melakukan kekejaman yang sama pada adiknya sendiri. Setiap kali ia memiliki pekerjaan rumah dari sekolah, ia justru menyerahkannya pada Lania.
Lania yang seharusnya sudah duduk di kelas satu sekolah dasar tersebut memang memiliki kecerdasan di atas anak seusianya. Ia mengerti semua pelajaran Lisa yang kini sudah kelas tiga sekolah dasar.
Baru saja Lania tertidur karena kelelahan seharian membersihkan rumah besar itu, Lisa langsung menerobos kamar mbok Iyem setelah ia kembali dari sekolah.
"Hei... bangun anak malas..." teriak Lisa sambil membangunkan Lania dengan kakinya, "cepatlah bangun atau aku akan menyeretmu," ancamnya.
Lania berkali kali mengerjapkan matanya, ia seketika terduduk saat melihat Lisa berdiri sambil menatapnya dengan tajam.
"Kak Lisa..."
"Sudah aku bilang, jika tidak ada papa kau harus memanggilku non Lisa. Kau mengerti tidak sih."
Lania menganggukkan kepalanya. Lisa mengambil beberapa buku dari dalam tasnya lalu melemparkannya pada Lania.
"Kerjakan seperti biasanya, aku mau berenang. Setelah aku selesai berenang, kau sudah harus menyelesaikannya. Apa kau dengar itu?"
"Lania lelah, bisakah nanti malam saja," pintanya.
"Kau itu pemalas sekali. Hanya mengerjakan beberapa soal saja kau bilang sudah lelah. Kau mau aku memanggil mama untuk menghukummu?"
Lania menggelengkan kepalanya, "iya non... Lania akan mengerjakannya."
"Ciiiih... dasar anak haram pembawa sial..." celetuk Lisa seraya keluar dari kamar itu.
Lania melihat telapak tangannya sendiri yang penuh dengan luka akibat pekerjaan yang ia lakukan hari ini. Sambil meringis ia mengambil pena dan buku di atas ranjang itu. Di kamar mbok Iyem tidak ada meja, ia terpaksa mengerjakan semua tugas Lisa di atas lantai kamar itu.
Tangannya mulai gemetar saat menulis begitu lama. Tapi Lania terus melanjutkannya agar tidak dimarahi oleh Lisa. Mbok Iyem masuk ke dalam kamar dan terkejut saat melihat Lania sedang menulis.
"Loh non, katanya tidur," kata mbok Iyem.
Lania menyeringai, "kak Lisa kasih Lania PR sekolah."
"Ibu dan anak sama sama kejam, suatu hari kalian akan menyesal karena menyiksa non Lania seperti ini," pikir mbok Iyem.
"Jika non lelah, lebih baik istirahat dulu."
"Tidak apa apa mbok, sekalian Lania belajar juga."
"Kata tuan Juan, nanti non juga akan sekolah. Tuan akan mengurusnya setelah pulang dari luar kota. Non... apa kita pergi dari rumah ini saja?"
Lania mendongakkan kepalanya, "mama Amel nanti akan menyakiti papa. Lania harus menjaga papa di sini."
"Tapi tuan jarang ada di rumah, non pasti akan terus disiksa. Nyonya tidak mungkin menyakiti tuan. Jadi non Lania..."
"Tidak mbok, mama Lania nanti sedih jika Lania pergi dari sini. Mama bilang Lania harus jadi anak penurut agar disayang sama Tuhan."
"Ya Allah non, semoga mereka segera berubah, bisa menyayangi non dan memperlakukan non Lania dengan baik," kata mbok Iyem seraya memeluk Lania kembali.
Namun harapan mbok Iyem tidak terkabul, Lania terus diperlakukan seperti itu, ia juga sering menggantikan Lisa masuk sekolah sedangkan Lisa justru berpura pura menjadi Lania yang malas masuk sekolah.
Perlakuan kejam itu terus berlanjut hingga mereka tumbuh dewasa. Lania dan Lisa sama sama menjadi gadis cantik yang memiliki sikap bertolak belakang.
...****************...
Happy Reading All...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
⏤͟͟͞͞RL𝖎𝖓𝖆 𝕯𝖆𝖓𝖎𝖊𝖑🧢
🥺🥺🥺🥺🥺🥺 laniaaa
2024-08-13
1
𖤍ᴹᴿˢ᭄°Riyantiʰⁱᵃᵗ 🦋ιиɑ͜͡✦ᴳ᯳ᷢ
kamu kuat , aku yang nangis di sini lania 😭
2024-06-29
3
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌
malah aku yang menangis😥😥😥
2024-01-20
2