Juanda Furhet terus melindungi Lania di belakangnya, saat ini Amel Furhet istrinya tentu saja sedang mengamuk. Wanita itu terus melemparkan barang barang yang ada di dalam rumahnya karena tidak menerima atas perlakuan suaminya.
Lania begitu ketakutan, rumah besar Furhet nyaris seperti kapal pecah. Benar benar berantakan, semua barang barang mewah itu hancur karena dilempar ke lantai. Suara tangisan terus terdengar keras dari Amel Furhet. Berapa kali pun Juanda Furhet meminta maaf, sama sekali tidak didengarkan istrinya.
"Berhentilah sayang, kau benar benar membuat Lania ketakutan," pinta Juanda.
"Aku tidak akan pernah menerimanya sebagai putriku Juan... Apa kau sudah gila, kau tiba tiba saja membawa anak dari hasil perselingkuhanmu. Kau mengkhianatiku Juan, kau sangat jahat padaku, dasar pria brengsek...!!!" teriak Amel.
"Aku tahu... aku memang jahat padamu, aku brengsek. Aku telah mengkhianatimu, aku tahu aku salah. Aku benar benar minta maaf padamu. Tapi Mel... anak ini sama sekali tidak bersalah, bagaimanapun ia anakku. Kau lihatlah wajahnya, bukankah sangat mirip dengan putri kita."
"Jangan samakan anak haram itu dengan putriku Juan. Aku tidak sudi...!! Lisa adalah anak yang aku lahirkan dalam pernikahan yang sah. Wanita murahan mana yang mau melahirkan anak dari perselingkuhannya. Wanita itu sengaja agar rumah tangga kita hancur, wanita itu sebentar lagi akan menguras semua harta Furhet. Apa kau sudah gila justru membawanya masuk ke dalam keluarga kita? Kau tidak memiliki hati Juan, kau sangat jahat...!!!" teriak Amel lagi sambil terus menangis.
Juanda menarik nafasnya dalam-dalam, ia meminta Lania menunggunya di ruangan yang lain. Gadis kecil itu begitu penurut, ia segera berlari dan menjauhi keributan itu. Setelah Lania beranjak dari sana, Juanda pun mendekati istrinya. Pria itu menyerahkan surat yang ditinggalkan ibu Lania di hotel.
"Bacalah Mel, ini isi suratnya. Aku yakin wanita itu tidak akan mengganggu kita lagi. Ia hanya ingin aku mengurus putriku. Aku harus bagaimana lagi sayang? Aku tidak mungkin meninggalkannya begitu saja. Aku yakin Lania memang putri kandungku," ujar Juanda.
Seketika Amel melayangkan tangannya dengan keras ke pipi suaminya. Juanda hanya bisa menerimanya karena ia memang melakukan kesalahan.
"Mudah sekali kau mengucapkan kata putri kandungku. Juan... dimana hatimu saat berselingkuh dariku? Mengapa kau perlakukan aku seperti ini? Aku mati matian menemanimu hingga saat ini, aku terus berada di sisimu saat kau terpuruk. Apa kesalahanku? Apa kurangnya aku untukmu hingga kau mengkhianatiku Juan? Jika papa masih hidup, ia akan membunuhmu untukku. Kau sangat jahat padaku Juan."
Juanda berusaha memeluk istrinya, Amel terus meronta sambil menangis dengan keras.
"Aku tahu sayang, aku tahu kesalahanku. Demi Tuhan aku sangat menyesalinya. Ampuni aku, tolong beri aku kesempatan untuk menebus kesalahanku ini. Bantu aku merawat Lania, anggap saja kita memiliki putri yang lain. Amel... bagaimana mungkin aku meninggalkan seorang anak berusia 6 tahun yang jelas-jelas memang putriku. Aku mohon mengertilah, ini hukuman dari Tuhan atas perbuatanku."
Amel memukul dada suaminya dengan kepalan tangannya tanpa bisa menghentikan tangisannya.
"Kau yang melakukan kesalahan, kenapa aku juga yang harus diberi hukuman Juan. Hatiku akan hancur setiap kali melihat anak itu. Kau akan menghancurkan aku terus menerus."
"Aku tahu... lalu apa yang harus aku lakukan agar kau mau menerimanya dan memaafkan aku Mel?"
Amel menggeleng-gelengkan kepalanya, "kau kejam Juan. Sekarang kau pilih aku atau anak itu?"
"Aku tidak bisa memilih satu diantara kalian, aku tidak bisa Mel. Aku mohon... tetaplah bersamaku dan bantu aku mengurusnya."
Amel semakin histeris, wanita itu melepaskan pelukan suaminya seraya berlari ke kamarnya. Hanya suara bantingan pintu yang keras terdengar di rumah itu.
...****************...
Lisa Furhet tiba di rumahnya, ia baru saja kembali dari sekolah. Namun gadis itu terkejut saat melihat Lania yang ada di ruang tamu.
"Kau siapa?" tanya Lisa.
Lania mengangkat kepalanya lalu menatap Lisa, keduanya sama sama terkejut karena mereka seperti sedang bercermin.
"Kenapa wajahmu sama denganku?" tanya Lisa, "mama... apakah aku sedang melihat hantu...!!!" teriaknya sambil berlari ke dalam.
Gadis kecil itu kembali terkejut saat melihat ruangan yang lain sangat berantakan, sedangkan ayahnya sedang berdiri mematung.
"Ada apa ini? kenapa berantakan sekali? papa... aku lihat hantu di depan. Wajahnya sangat mirip denganku," ucap Lisa ketakutan.
Juanda menarik nafasnya dalam-dalam seraya membalikkan tubuhnya, "kau sudah pulang nak?"
"Papa menangis?"
Juanda menggelengkan kepalanya.
"Lisa, apa papa bisa minta bantuanmu?"
Seketika Lisa mendekati ayahnya, "apa pah?"
"Tolong bantu papa membawa keluar mama dari kamar, papa tunggu di ruang keluarga," pinta Juanda.
Lisa menganggukkan kepalanya, "tapi hantu itu..."
"Ia bukan hantu nak, nanti kau juga akan tahu siapa gadis kecil yang mirip denganmu itu," sergah Juanda.
Lisa kembali menganggukkan kepalanya lalu ia pun berlalu pergi menuju kamar ibunya. Sedangkan Juanda segera menuju ruangan yang lain untuk menjemput Lania.
Lisa akhirnya berhasil membawa ibunya keluar dari kamarnya, mereka sedang berjalan menuju ruang keluarga.
"Ada apa ma?" tanya Lisa, "mama habis menangis?" imbuhnya.
"Mama tidak apa apa sayang, bagaimana sekolahmu hari ini?"
"Biasa saja. Ini kenapa berantakan sekali?"
Amel menelan saliva-nya, ia tak ingin menjelaskan lebih lanjut lagi karena ia ingin Juanda lah yang menjelaskannya. Beberapa saat kemudian, Juanda pun masuk sambil menggandeng tangan Lania.
Melihat wajah gadis kecil yang digandeng ayahnya sangat mirip dengannya, sontak Lisa menarik tangan ibunya karena takut.
"Lisa dengarkan papa nak. Ini adalah Lania, ia adalah..."
"Ia benar-benar bukan hantu?" sergah Lisa.
"Benar, ia manusia seperti kita nak, ia adalah adikmu Lania," jawab Juanda.
Lisa terbelalak, "adikku? kapan mama melahirkan adikku? apa aku pernah mengalami amnesia?"
"Ma... bantu aku menjelaskannya pada Lisa, tolong ma..." pinta Juanda.
Lisa menatap ibunya, "sebenarnya ada apa ini ma?"
"Aku benci harus menjelaskannya, ia adalah adikmu dari wanita yang lain," ucap Amel.
Lisa terbelalak, "wanita yang lain? aaaaaaa...!!!"
Lisa berteriak dengan keras sambil beranjak dari tempat duduknya.
"Lisa tenanglah," pinta Amel.
"Aku tidak mau punya adik dari orang lain. Aku hanya ingin adik yang dilahirkan oleh mama...!" teriak Lisa.
"Lisa... papa mohon tenanglah. Papa memang salah, papa..."
"Hentikan... aku tidak mau...!!!" teriak Lisa sambil berlari ke arah kamarnya.
"Kau pikir Lisa adalah gadis kecil yang belum mengerti keadaan ini? Ia sudah berusia 8 tahun, tentu saja ia paham apa yang terjadi saat ini. Lakukan sesukamu Juan, anggap saja kami tidak pernah ada," celetuk Amel seraya beranjak dari tempat duduknya.
"Ma... aku harus bagaimana agar kau bisa menerimanya?"
Amel menatap wajah Lania, lalu memukul dadanya sendiri karena terlalu sakit hati atas pengkhianatan yang dilakukan suaminya.
"Wajah itu menyakiti hatiku," celetuk Amel seraya meninggalkan mereka lagi.
Juanda menghela nafasnya, ia menatap Lania yang terus tenang.
"Gadis cantik, mulai hari ini kau akan tinggal di sini. Apa kau senang sekarang?" tanya Juanda.
Lania menganggukkan kepalanya.
"Wanita tadi adalah mama barumu, sedangkan gadis berseragam tadi adalah kakakmu. Mulai sekarang kau memiliki keluarga baru. Kau adalah Lania Furhet. Apa kau mengerti sekarang?"
Lania kembali menganggukan kepalanya.
"Mbok... mbok Iyem..." panggil Juanda pada pelayannya.
Seketika mbok Iyem menghampiri mereka, "iya tuan."
"Mbok pasti sudah mendengar semuanya. Tolong bantu Lania mendapatkan kamarnya di sebelah kamar Lisa. Lalu bersihkan semua kekacauan ini," pinta Juanda.
"Ya ampun tuan, wajah non Lania..."
"Aku seperti memiliki anak kembar kan," ucap Juanda sambil tersenyum.
Mbok Iyem menganggukkan kepalanya, "sangat mirip tuan walaupun sepertinya non Lania lebih muda dan pendiam."
"Ia saat ini berusia 6 tahun, lebih muda 2 tahun dari Lisa. Mulai sekarang tolong bantu aku menjaganya dengan baik. Bagaimanapun aku harus menebus kesalahan masa laluku."
"Baik tuan," jawab mbok Iyem.
"Lania... ini mbok Iyem pelayan di rumah ini. Mulai sekarang apapun yang kau butuhkan, kau bisa memintanya pada mbok Iyem."
"Papa..." ucap Lania sambil memegang erat lengan baju Juanda.
"Tak perlu takut, mbok Iyem sangat baik. Papa harus pergi karena masih ada pekerjaan yang harus papa selesaikan. Menurutlah sayang, tetap di rumah ini apapun yang terjadi, oke..."
"Iya pa..."
"Mari non, kita ke kamar baru non," ajak mbok Iyem.
Lania kembali menatap Juanda, gadis kecil itu justru kembali memeluk ayahnya sebelum mengikuti mbok Iyem. Juanda benar benar merasa bersalah karena tak tahu jika ia memiliki putri lain. Pria itu membalas pelukan putrinya lalu mencium keningnya. Dengan berat hati Juanda pun meninggalkannya di rumah karena ada pekerjaan perusahaan yang benar benar mendesak.
...****************...
Happy Reading All...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
⏤͟͟͞͞RL𝖎𝖓𝖆 𝕯𝖆𝖓𝖎𝖊𝖑🧢
bingung mau ksianin siapa lania apa nyonya amel🥺🥺🥺🥺🥺🥺
2024-08-13
1
☠ᵏᵋᶜᶟ𝕸y💞ѕ¢🦐 ⧗⃟ᷢʷ
kasian juga yaa istrinya 😞
2024-08-12
1
𖤍ᴹᴿˢ᭄°Riyantiʰⁱᵃᵗ 🦋ιиɑ͜͡✦ᴳ᯳ᷢ
ya Allah kasihan anak yang jadi korban dari kesalahan orang tua
2024-06-29
3