Tanggal Pembuatan : 24 - 10 - 2022
Gezastia yang sudah masuk ke dalam selnya karena rasa penasaran memilih duduk langsung di atas meja belajarnya.
Awalnya tidak ada apa - apa, hingga akhirnya keluar sebuah makhluk yang sangat besar dan begitu mengerikan dengan rantai panjang di tangannya.
Matanya menatap tajam ke arahnya, sedangkan di satu tangannya terdapat sebuah cambuk yang ketika mengenai kulit siapa pun pastinya akan terluka.
"Ya ampun... Nenek tua rupanya, nek. Maaf nek, nenek ngapain ya di sini? harusnya nenek itu kalau udah tua istirahat aja... Kan dah pensiun, ngapain sih masih ikut - ikutan acara hukumin para bocil yang begitu kuat seperti kami." ucapnya tanpa rasa takut sedikitpun.
"Heh bocah baru, kamu harus tau kalau aku adalah makhluk yang paling di takuti di sini. Aku bisa berubah bentuk tergantung kerajinan para Plagiat di sini, jika kau banyak abai dalam menyelesaikan hukumanmu maka akan aku pastikan cambuk ini mengenai kulitmu." ancamnya.
"Hadeh... Dasar nenek tua bangkotan, heh nek! nenek itu udah tua, bahkan gigi pun mungkin sudah tidak ada. Kalau udah jadi ruh lebih baik istirahat aja nek... Jangan sibuk nambah dosa lagi dengan nyiksa banyak bocah," responnya hingga membuat api kemarahan wanita tua itu semakin berkobar.
"Kau! masih saja menganggapku remeh, lihat saja nanti. Akan aku pastikan kau menangis di penyiksaan ku yang paling menyakitkan hingga mati," tawanya begitu menggema di lorong tersebut.
"Hoah... Aduh nek... Belum juga aku buat salah, lagian ya nek kalau aku nanti nenek matiin gak ada gunanya juga kok. Aku kan emang udah mati nek, dan... Aku juga tidak mungkin merasakan lagi rasa sakit ketika di pukul dalam kondisi tembus pandang seperti ini kan?" responnya yang dalam sekejap melunturkan tawa jahat sang nenek.
"Sial! bocah ini sangat berbeda dengan bocah atau orang tua lainnya yang saat melihatku, tubuh mereka langsung bergetar tak karuan. Tapi gadis ini? kenapa ia malah menganggap ku sebagai lolucon? apa mungkin dia sudah tidak waras lagi?" batinnya merasa geram.
Ingin sekali ia mencambuknya sekali saja, tapi ia tidak berani sedikit pun melakukan hal itu untuk membuktikan kebenaran dari ucapannya. Karena ia tidak berhak melakukannya jika gadis tersebut tidak memiliki kesalahan sama sekali.
"Lebih baik aku pergi saja dari sini, dari pada otakku tambah pusing dengan bocah yang tak waras ini." batinnya lagi.
Gezastia yang tak lagi melihat sosok itu jadi tersenyum lebar.
"Hahaha ujung - ujungnya kabur juga itu si nenek peot, makanya jangan macam - macam sama bocah sepertiku. Meskipun begini aku terkenal cerdas lho... Hehe walau hanya cerdas menaikkan emosi orang saja," tawanya yang langsung berbalik menghadap ke meja belajarnya setelah sejak tadi sempat memutar kursi duduknya kebelakang.
Mata Gezastia kini sudah setuju pada sebuah buka hitam yang di lapisi lapisan benang berwarna merah darah.
Di samping lapisan buku terlihat sebuah pensil yang di lilit oleh putaran benang merah tersebut.
Dengan hati - hati Gezastia mulai mengambilnya.
"Selamat datang ke dalam pulau Prakbusya manusia Plagiat, mari menulis di atas tubuhku. Jika kau berhasil menulis 300 ribu kata seperti apa yang telah di perintahkan oleh sang Raja, maka kau bisa kembali ke tubuh aslimu dan ambillah pelajaran dari ini semua." ucapnya.
"Kurang ajar! sambutan yang langsung membuat mood menulisku jadi hancur, yang benar saja baru buka langsung di semprot dengan kata - kata Plagiat. Memang sih aku si Plagiat bodoh itu, tapi tetap saja berikan sedikit rasa hormat akan usahaku ini." geramnya.
"Rasa hormat? tidak ada rasa hormat bagi kami untuk seorang manusia Plagiat yang telah menumpahkan banyak air mata bagi para penulisnya. Apa kalian pikir menulis cerita itu mudah hah? ada sejuta kerja keras di dalamnya dari siang sampai malam." jelasnya.
"Wah, wah, wah. Hebat juga nih buku bisa jawab, kirain pas aku tanya bisu aja gitu kayak benda mati. Bagian pertama memang semua udah di kontrol aja kalinya. Eh taunya hidup," ucapnya cengengesan.
"Dasar bocah usil yang bisanya cuma menaikkan emosi orang lain saja," geram buku itu.
"Emang iya, masalah buat lo. Wheee..." responnya sambil menjulurkan lidah.
"Jangan buat aku sampai marah ya, jika itu terjadi maka aku tidak ingin terbuka untukmu." ancamnya.
"Oh... Tidak mau terbuka ya? tak apa, akan aku laporkan pada Raja nantinya." jawabnya santai.
"Hahaha mana bisa, kau kan terkurung." ledeknya.
"Hahahaha bisa aja kan pakai ponsel," responnya balas meledek.
"Hah? apa itu ponsel?" tanya buku itu.
"Hahaha dasar buku bodoh, zaman modern seperti sekarang ini, masih gak tau apa itu ponsel? sangat miris," hinanya.
"Heh! jangan menghinaku, mana aku peduli. Aku kan hanya sebuah buku yang terus tersimpan di dalam rak, jadi mana tau aku tentang itu." responnya.
"Ya... Dan jika tidak di pakai, hanya tinggal menunggu sampai berdebu atau di gigit tikus." ucapnya dengan nada meremehkan.
"Diam! menyesal aku memilih keluar dari rak buka ternyamanku itu," geramnya.
"Hehe menyesal pun sudah tiada artinya, lebih baik bagaimana kalau kamu berteman saja denganku? agar aku tidak terlalu menaikkan darahmu, lagian suasana yang begitu sunyi ini begitu membuatku jenuh dan ingin mempunyai benda pelampiasan saja." ucapnya sambil tersenyum licik.
"Sembarang, sampai kapan pun kami bangsa buku yang terhormat tak akan pernah mau berteman dengan para Plagiat yang begitu pecundang." sombongnya.
"Udah mau di coret - coret juga masih saja belagu, di tempatku beberapa kawananmu lebih banyak tak di hargai bahkan sampai di injak - injak, di robek dan di bakar habis - habisan." beritahunya.
"Itu tidak mungkin, di sini kami sangat di jaga." elaknya.
"Tidak ada yang tidak mungkin, di sini karena terlalu menghargai karya orang lain dan buku adalah bahan utama menumpahkan karya di saat benda elektronik seperti ponsel, laptop dan yang lainnya belum ada." jelasnya.
"Apa lagi yang kau bicarakan itu?" herannya.
"Sudahlah! mau aku katakan apa pun juga kamu pasti tidak akan percaya, malas aku. Capek iya, ngerti enggak." responnya yang kini lebih memilih berbaring di atas kasur saja.
"Heh! kamu tidak ingin menulis di atasku? tadi kan kamu sudah membukaku," tanyanya merasa geram.
"Malas ah aku nulis di atas buku yang gayanya sok bangsawan," jawabnya acuh lalu memilih memejamkan matanya.
"Lalu aku harus apa agar kamu mau nulis hah?" tanyanya lagi.
"Jadilah temanku maka aku pasti akan menulis di atasmu," pintanya.
"Sial! apakah tidak ada keinginan lagi di kepalamu?" tanyanya merasa keberatan.
"Tidak," jawabnya singkat.
"Huh! oke, aku mau jadi teman mu, tapi berjanjilah untuk tidak membuatku kesal." setujunya.
"Akhirnya setelah aku bertarung dengan kepala kerasmu itu kau mampu luluh juga ya denganku, hehe. Memang tidak ada seorang pun yang bisa kalah melawan adu mulut denganku," bangganya.
"Sudah tidak usah sekarang malah kamu yang ganti posisi, cepat menulislah meskipun hanya sedikit saja." perintahnya.
"Iya buku hitam jelek bawel," responnya merasa malas.
"Sembarang! jangan asal bicara kamu," geramnya.
"Iya - iya... Aku nulis sekarang, maksa banget. Harusnya jatah menulisku kan besok," patuhnya.
"Siapa suruh kau membukaku terlalu cepat hingga aku jadi aktif kembali," ucapnya.
"Baik - baik terserah, sekarang diamlah biar aku fokus menulis." responnya.
Buku itu pun diam dan ia mulai merasakan goresan - goresan lembut dari satu tangan Gezastia yang membuatnya begitu bahagia.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Hai Kaka semuanya... 🤗
Makasih udah mau like, komen, ranting hadiah bahkan tak segan - segan memberikan Vote pada karya Star ya... Star sangat senang atas kebaikan Kaka semuanya... 😆
Semoga Kaka Sehat selalu ya... 😇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
༄㉿ᶻ⋆𝓥𝓲𝓭𝔂𝓪
makhluk itu ternyata nenek tua ya ampun
ngeri banget sih bawa apa itu kok bawa cambuk segala
semoga mereka gak di apa apain kasian
2023-04-23
0
🥀
gak sopan kali. hisssss
2023-03-06
0
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦ℛᵉˣᎯƖƒᷡɑⷶ𖼹ͧ𖼹ᷫɑⷶ𐒅ᷝ
memang gk enak sama sekali kalau kita sudah berusaha keras dengan sebaik baiknya tetiba saja ada yg menghujat kita bahwa usaha kita itu adalah plagiat, padahal kita sama sekali gk ngerasa plagiat pastinya sangat nyesek banget
2023-03-06
0