Suara langkah kaki bersamaan dengan roda berankar pasien pun saling bersahutan, di iringi suara tangisan Mia yang kian menjadi. Entah mengapa hatinya begitu merasa sangat sedih saat melihat pria tua itu kini terbaring tak berdaya.
"Om, om baik-baik aja kan? om masih bisa dengar Mia kan?" Mia tak henti-hentinya bertanya pada tuan Arzan untuk memastikan bahwa pria itu benar baik-baik saja.
Sedangkan tuan Arzan yang masih bisa mendengar suara Mia pun hanya tersenyum dalam hati, tuan Arzan ingin sekali membuka matanya dan mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Namun saat ini tubuhnya benar-benar terasa kaku dan tak bisa di gerakkan.
"Apakah aku akan kembali menjadi manusia lumpuh? bagaimana caraku untuk menikahkan Erik dan Mia jika aku kembali seperti dulu? aku harap ini hanya sebuah mimpi saja." Batin tuan Arzan.
''Maaf nona anda tidak bisa masuk," seorang perawat wanita mencegah Mia untuk ikut masuk ke dalam ruangan dimana Adreas akan menangani pasien nya.
''Mia tunggulah disini aku akan berusaha keras untuk menolongnya.'' Ucap Adreas sebelum perawatnya menutup pintu ruangan itu.
"Aku serahkan semuanya padamu kak." Kini Mia pun kembali menangis saat melihat tangannya penuh darah milik tuan Arzan.
"Om Arzan celaka karena aku, andai saja desain gambar itu tidak jatuh disana om Arzan pasti tidak akan mengalami hal seperti ini kan?.
Setelah satu jam berlalu, kini Mia semakin gelisah menunggu kabar dari Adreas yang tak kunjung membuka ruangan di hadapannya.
Hatinya merasa tak karuan membuat kepalanya tiba-tiba merasa pusing dan pandangannya pun menggelap bersamaan dengan pintu ruangan yang terbuka.
Sedangkan Adreas yang melihat kejadian itu pun langsung menyangga tubuh Mia dengan cepat hingga ia tidak sampai terjatuh ke lantai.
"Mia. Mia!'' Adreas menepuk-nepuk pipi Mia dengan lembut.
"Demam!'' Adreas pun langsung mengangkat tubuh Mia dan menggendong nya ala bridal style dan membawanya ke ruangan pribadinya.
*
*
Di tempat lain, Erik kini sedang murka pada semua anak buahnya saat mengetahui bahwa ayahnya tidak berada di rumah saat badai berlangsung.
"Cepat kalian cari diamana keberadaan ayahku! jangan pernah berhenti sebelum kalian menemukan keberadaan nya. Dan satu lagi jika terjadi sesuatu pada ayahku maka kalian semua akan menanggung akibatnya." Ucap Erik dengan kilatan api kemarahan di matanya.
Kini semua pengawalnya pun mulai berpencar mencari keberadaan tuan Arzan, sedangkan Erik memijit keningnya yang tiba-tiba merasa sangat pusing.
"Liam, lacak keberadaan ayah sekarang!''
"Baik bos.'' Dengan cepat Liam pun mulai melacak lokasi keberadaan tuan Arzan.
"Aku harap bos besar masih memakai cincinnya, jika tidak bos Erik akan benar-benar murka." Gumam Liam dalam hati, saat ini ia benar-benar merasa sangat was-was dengan dirinya sendiri.
"Liam cepatlah aku tidak punya banyak waktu lagi.'' Erik sedikit menaikan intronasi suaranya, karena saat ini ia benar-benar merasa sangat begitu khawatir dengan keadaan sang ayah yang baru beberapa bulan sembuh dari kelumpuhan nya.
"Bos, lokasi bos besar ada di sebuah rumah sakit,''
"Apa! rumah sakit?" Erik memotong perkataan Liam dan langsung menarik kerahnya kemeja asisten pribadinya itu dengan sangat kasar.
''Jangan bercanda dengan ku Liam!'' seru Erik dengan wajah marahnya.
"Be..be benar tuan, aku tidak mungkin bercanda dengan hal ini'' Liam merasa sangat ketakutan melihat Erik yang sedang sangat murka saat ini.
"Bagaimana mungkin aku bercanda di saat seperti ini, aku masih sayang dengan nyawaku ini." Batin Liam.
"Cepat kita ke lokasi." Erik langsung berjalan lebih dulu di ikuti oleh Liam di belakangnya.
Di saat Erik mengetahui keberadaan sang ayah dan bersiap untuk menemuinya, namun Mia di bawa pulang oleh Adreas ke rumahnya, karena mengalami demam tinggi.
"Lingkungan rumah sakit tidak baik untuk mu, jadi aku membawamu pulang dan merawatmu di rumah." Kini Adreas menatap wajah pucat Mia dengan seksama.
''Kau pasti mersa sanga syok dengan kejadian yang menimpamu tadi." Adreas menyelimuti Mia dan bersiap untuk pergi meninggalkan kamar Mia.
Tapi dengan cepat Mia menarik tangannya sambil terus mengigau tidak jelas, dan kembali tertidur dengan memeluk tangan Adreas dan membuatnya tak bisa bergerak sedikit pun.
Sedangkan Adreas yang tak ingin mengganggu waktu istrahat Mia pun membiarkan nya dengan posisi yang sama dan ikut terlelap di sampingnya.
Setelah malam berlalu kini pagi pun tiba, cahaya mentari pagi masuk melalui. celah-celah jendela, kicauan suara burung pun saling bersahutan membangunkan Mia dari tidurnya.
Mia terkejut saat melihat dirinya tengah memeluk lengan Adreas yang kini tidur di sampingnya, ''oh my good apa yang sudah kau lakukan Mia?'' Mia langsung turun dari ranjangnya meninggalkan Adreas yang masih terlelap.
Namun langkahnya terhenti saat ada yang berbeda dengan dirinya, kini Mia menatap dirinya di cermin dan melihat bahwa kini ia sudah tak memakai pakaiannya lagi.
Mia menjerit dan memukuli Adreas memakai bantal nya dengan sangat brutal.
"Mia apa yang kau lakukan?'' tanya Adreas yang merasa sangat terkejut dengan kebarbaran gadis yang berada di hadapannya kini.
"Dasar pria mesum! kenapa kau mengganti pakaian ku tanpa seijinku." Kesal Mia yang tak berhenti memukuli Adreas.
"Mia kau salah paham, bukan aku yang menggantikan pakaian mu tapi para perawat wanita di rumah sakit. Aku menyuruh mereka mengganti pakaian mu karena pakaian mu penuh dengan darah.''
Deghh..
Mia yang mendengar ucapan pria yang berada di hadapannya kini pun langsung menghentikan aksi gila nya. ''Apa kau serius, tidak membohongi aku?"
"Tentu tidak, mana mungkin aku melakukan hal seperti itu. Kau tahu bagaimana diriku kan?''
"Maaf. Lalu bagaimana dengan kondisi om Arzan apa dia baik-baik saja?" tanya Mia dengan raut wajah sendunya.
"Kau tenang saja, semuanya baik-baik saja tuan Arzan juga sudah di pindahkan ke ruang perawatan dan keluarga nya pun sudah satang menemuinya semalam.''
"Syukurlah kalau begitu, setelah tes wawancara nanti aku akan datang menghampiri nya."
"Semoga sukses, kau pasti bisa!'' seru Adreas menyemangati Mia yang terlihat sedikit lesu.
"Terimakasih kak.'' Mia memeluk Adreas dengan sangat erat dan membuat Adreas terkejut, namun sebelum Adreas membalas pelukannya Mia sudah melepaskan pelukan itu dan meninggalkan Adreas yang masih duduk mematung di tempatnya.
Kini Mia mulai bersiap dengan berkas-berkas miliknya untuk menghadiri tes wawancara, dengan memakai rok span hitam di bawah lutut dan kemeja putih yang pas di tubuhnya membuat Mia terlihat lebih dewasa.
"Mia sarapan dulu, aku sudah membuatkan nasi goreng kesukaanmu sekarang kau harus makan banyak karena semalam kau tidak memakan apapun.''
"Terimakasih, tapi aku akan membawa nya saja boleh kan?'' tanya Mia menatap Adreas yang masih mekakai apron yang melekat di tubuhnya.
"Tentu, aku akan menyiapkan nya untuk mu.'' Adreas langsung berdiri dan mempersiapkan bekal untuk Mia.
"Sepertinya ada yang kurang, tapi apa ya? Aahhh.. Dimana Freya?'' tanya Mia yang baru mengingat kembali tak ada teman berdebatnya disana.
''Dia pulang untuk sementara waktu.'' jawab Adreas sambil menyerahkan kotak bekal untuk Mia.
"Terimakasih, aku pergi dulu'' Mia pun berangkat dengan mengendarai sepeda motornya menuju kantor M-Property.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments