Mia terdiam sejenak untuk mengingat nama yang tak asing lagi baginya, "Sepertinya aku pernah mendengar nama itu sebelumnya, tapi dimana dan siapa? Ahh... otakku terlalu banyak bekerja keras selama ini, jadi aku tidak bisa mengingat apapun lagi selain gambar-gambar yang membuatku pusing tujuh keliling.'' Batin Mia.
Mia menghela nafas kasar dan kembali menatap tuan Arzan dengan sedikit memulas senyum manisnya.
"Ngomong-ngomong apa yang sedang kamu kerjakan disini nak? tanya tuan Arzan yang melihat beberapa gambar Mia.
"Hanya iseng saja om.'' Jawab Mia singkat sambil membereskan barang-barangnya yang tertertiup angin.
''Kenapa anginnya tiba-tiba kencang sekali?''
"Kau benar, mungkin akan segera turun hujan!'' jawab tuan Arzan menerka-nerka.
"Baiklah kalau begitu, Mia harus pamit sekarang karna ada beberapa hal yang harus di kerjakan."
''Iya hati-hati di jalan!'' pesan tuan Arzan pada Mia yang kini sudah bersiap untuk pergi.
Mia menganggukan kepalanya, "Iya om, sebaiknya om juga cepat pulanglah.'' Mia pun pergi meninggalkan tuan Arzan di taman itu setelah berpamitan dengannya.
Tuan Arzan tersenyum melihat Mia yang kini semakin menjauh dari pandangannya, ''Dia gadis yang sangat baik dan juga rendah hati." Tuan Arzan bergumam lirih.
Kini pandangan mata tuan Arzan pun tertuju pada selembar kertas yang teselip di bawah bangku taman, dengan cepat tuan Arzan pun mengambil kertas itu sebelum terbang tertiup angin.
''Desain rumah yang sangat unik, aku akan menyimpannya Mia pasti mencari ini nanti.'' Tuan Arzan pun berjalan pergi meninggalkan tempat tersebut karna cuaca tiba-tiba berubah sangat buruk.
Namun bunyi ponsel berdering menghentikan langkah kakinya, tuan Arzan pun mengangkat panggilan tersebut dengan cepat setelah melihat siapa yang menelponnya saat ini.
"Ya katakan apa kau sudah mendapatkan informasi tentang gadis yang ku cari?'' tanya tuan Arzan tanpa basa basi dan langsung pada intinya.
["Menurut informasi yang saya dapat hanya satu wanita yang dekat dengan tuan Erik beberapa tahun lalu, dia adalah adik dari nyonya Mila Adyaksa tuan.'']
"Siapa namanya dan kirimkan fotonya padaku sekarang juga!" titahnya dan langsung mematikan sambungan teleponnya setelah mendapat jawaban dari mata-matanya.
Ting... Suara ponsel tuan Arzan pun kembali berbunyi menandakan pesan masuk. Dengan cepat tuan Arzan pun melihat pesan yang di kirimkan oleh mata-matanya, dan betapa terkejutnya tuan Arzan saat melihat foto Mia yang tertera di sana.
''Mia. Ini sangat kebetulan sekali, aku mencari keberadaan nya dan dia ternyata ada disini." Tuan Arzan sangat begitu senang dengan kabar yang ia dapatkan hari ini, hingga ia tak menyadari bahwa ada bahaya yang sedang menghampiri nya.
Mujur tak dapat di raih, malang tak dapat di tolak. Ponsel yang kini berada di tangan tuan Arzan terlempar begitu saja setelah sebuah batang pohon yang cukup besar jatuh menimpanya membuat ia tak sadarkan diri, namun sebelum ia menutup matanya ia melihat seseorang yang berjalan menghampiri nya.
Mia berteriak histeris saat melihat tuan Arzan tertimpa batang pohon yang cukup besar yang membuat nya ambruk seketika. Dengan cepat ia menghampiri pria tua yang tertimpa kemalangan itu dan menyingkirkan batang pohon tersebut dari tuan Arzan.
''Om, om! bangun om," Mia berteriak memanggil tuan Arzan yang kini sudah bersimbah darah.
Tangan Mia bergetar, saat mis melihat telapak tangannya penuh dengan darah dan hampir tak sadarkan diri jika Adreas tidak cepat menyadarkannya.
''Mia sadarlah! kita harus pergi dari tempat ini sebelum batang-batang kayu yang lainnya berjatuhan, kita harus segera menolong pria ini dan membawanya ke rumah sakit sebelum terlambat.'' Adreas menepuk pipi Mia dengan lembut untuk menyadarkanya.
"Tolong dia, cepat! jangan perdulikan aku. Aku baik-baik saja." Ucap Mia lirih.
''Baiklah, pakai ini dan jangan melihat darahnya jika kau takut.'' Adreas memakaikan jas dokter miliknya pada Mia dan segera pergi membawa tuan Arzan ke rumah sakit setelah menghentikan pendarahannya.
Mia masih merasa syok dengan kejadian beberapa menit yang lalu, reka adegan itu kini terlintas di pikirkan berulang-ulang kali.
"Harusnya aku tidak meninggalkan om Arzan disana sendiri." Bagaimana jika nanti keluarga nya menanyakan sesuatu padaku." Mia terus berpikir dan bertanya pada hatinya sendiri.
Flashback
Setelah mendapatkan chat email dari M-property Mia mulai mencari ide untuk membuat konsep desain yang unik seperti persyaratan untuk tes interview nanti, Mia pun pergi ke sebuah taman dan menuangkan ide kreatifnya untuk menggambar di sana.
Hembusan Angin sepoy-sepoy membuat hatinya merasa tentram dan dengan mudah mencoret-coret kertas kosong di tangannya hingga menjadi bentuk yang terlihat unik dan mengesankan.
"Selesai. Walaupun peraturannya sedikit aneh dan rumit tapi apa salahnya jika di coba, urusan di terima atau tidak biarkan mereka yang menentukannya.'' Mia menatap gambar miliknya dengan penuh kekaguman.
Mia pun bersiap akan kembali ke rumah setelah ia mendapatkan pesan teks dari Adreas akan terjadi badai hari ini, namun suara seorang pria tua mengejutkan Mia dan menghentikan aktifitas nya saat ini.
Kini Mia pun mulai bercakap-cakap mengobrol riang dengan pria tua yang baru di ketahui namanya itu.
Setelah lama mengobrol kini tiba-tiba cuaca cerah pun berubah, hembusan angin kencang hampir menerbangkan semua desain miliknya.
Dengan cepat Mia pun langsung membereskan barang-barangnya dan bersiap pergi dari tempat itu setelah sebelumnya ia berpamitan pada tuan Arzan.
Namun setelah sampai di rumah kini Mia pun mulai kebingungan mencari gambar yang akan di bawanya untuk wawancara nanti, namun Mia tak berhasil menemukan nya dan bersiap untuk pergi kembali ke taman.
''Gambar itu pasti tertinggal disana!'' gumam Mia lirih.
"Mia kau mau kemana? di luar cuaca sedang sangat buruk!''
"Aku harus kembali ke taman gambarku tertinggal disana, aku harus menemukan gambar itu karena aku sangat membutuhkan nya untuk wawancara besok.''
"Aku akan mengantarkan mu!'' jawab Adreas yang langsung berjalan bedampingan bersama Mia.
"Tapi kak kau pasti sangat lelah, kamu baru saja sampai di rumah. Lebih baik kamu istrahat saja.'' Tolak Mia secara halus.
"Jangan pikirkan aku, aku seorang dokter sudah terbiasa dengan hal yang melelahkan.'' jawab Adreas penuh percaya diri.
"Cihh... sombong sekali'' Mia memutar bola matanya malas dan tak bisa berkata apapun lagi, ia pun membiarkan Adreas mengantarkan nya sampai ke taman.
Setelah sampai disana Mia masih melihat tuan Arzan berdiri dengan memegangi kertas gambar miliknya, ''Apa om Arzan sengaja menungguku?'' Mia sangat merasa bersalah dengan hal itu, kini ia pun berjalan menghampiri tuan Arzan dengan senyuman manisnya.
Namun senyuman itu berakhir saat sesuatu yang buruk terjadi tepat di hadapannya.
"Om Arzan........''
Flashback End
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments