Mia membuka pintu kamar nya dengan raut wajah Kesal menatap pada dua kakak beradik di hadapannya yang terlihat sangat begitu cemas.
"Mia, (Azzu)''
"Mia apa kau baik-baik saja? apa kau terluka?" Adreas langsung memindai seluruh tubuh Mia begitu juga dengan Freya.
"Aku tidak apa-apa, hanya tersandung saja! ada apa kau memanggilku?'' Mia menatap ke arah Freya yang berdiri mematung dengan wajah bersalahnya.
"Maaf, aku sudah mengganggu kenyamanan mu Azzu. Mulai saat ini aku janji akan menyebut nama mu dengan benar." Freya sedikit menundukan wajahnya karena melihat tatapan mematikan sang kakak yang begitu menyeramkan baginya.
"Azzu, mhh.... Maksudku Mia, aku melihat ini di surat kabar.'' Freya menyerahkan gulungan surat kabar yang sudah ia baca pada Mia.
"Apa?'' Mia pun menerima surat kabar tersebut dengan dahi mengkerut lalu membacanya dengan seksama.
"Oh my Good!'' Mia berteriak kegirangan saat melihat kabar berita yang ia baca dan langsung memeluk Freya dengan sangat begitu erat, hingga melupakan rasa kesal dan sakit di lututnya.
''Terimakasih Free,' kini Mia pun langsung melangkahkan kakinya dengan cepat untuk menyiapkan berkas lamaran kerjanya. Namun saat berjalan beberapa langkah Mia berteriak kesakitan, membuat Adreas yang sejak tadi diam saja langsung mengangkat tubuh Mia.
"Aku akan memeriksa mu!'' Adreas menggendong Mia ala bridal style membawanya ke kamar dan di ikuti oleh Freya di belakangnya.
"Mia kau baik-baik saja kan?" tanya Freya dengan wajah cemasnya, saat ini Freya benar-benar takut jika sang kakak akan murka padanya.
Sedangkan Adreas dengan cepat mengobati lutut Mia dengan salep agar memar dan rasa nyerinya cepat menghilang.
"Aku ingin istrahat sebentar, kalian boleh pergi sekarang!" usir Mia dengan cara halus.
"Baiklah, istrahatlah aku akan membawakan sarapan mu kemari." Adreas pun langsung membawa Freya keluar dari kamar Mia dengan sedikit kasar.
''Kak,''
"Diam, aku ingin bicara penting dengan mu!'' Adreas sedikit berbisik di samping telinga adiknya.
Setelah melihat pintu tertutup Mia pun langsung berlari untuk mengunci pintunya dan melihat kembali lowongan pekerjaan yang tertera di sana. Mia membaca syarat-syarat pendaftaran dan langsung bersiap untuk mengirimkan berkas lamaran nya melalui email.
"Selesai, semoga saja mereka menerima ku! ini adalah pekerjaan pertamaku di negara asing ini.'' Mia tersenyum penuh semangat menatap layar laptopnya .
Berbeda dengan Mia yang tengah merasakan kebahagiaan, kini Freya diam mematung mendengarkan ceramah dadakan kakaknya.
"Sudah sering sekali ku ingatkan padamu Freya, buat Mia senyaman mungkin untuk tinggal di rumahku, apa kau tidak ingat bagaimana aku membawamu kemari? sekarang kau pulang saja kerumah papa biarkan aku yang akan menjaga Mia sendiri." Ucap Adreas yang sedang menahan emosinya.
"Tapi kak,"
"Tidak ada kata (Tapi) sekarang kau pulanglah aku akan menyuruh sopir untuk mengantar mu.'' Keputusan Adreas sudah bulat untuk menyuruh adiknya pulang, karena sesui perintah Ravin ia akan menjaga dan membuat Mia merasa tenang dan nyaman di rumahnya.
''Kak, apa kau menyukai gadis itu?'' tanya Freya tiba-tiba.
"Tidak, aku hanya menjalankan tugas dari kakak sepupu untuk menjaganya." Jawab Adreas sedikit berbohong pada adiknya, yang sebenarnya memang benar Adreas menyimpan perasaa lain untuk Mia saat pertama kali mereka betemu, namun Adreas tak berani mengungkapkan nya.
Adreas takut jika Mia menolaknya dan Mia pergi meninggalkan rumahnya, karena Adreas selalu mendengar Mia mengigaukan nama Erik di saat ia demam. Baginya melihat Mia berada di rumahnya saja itu sudah cukup karena setiap hari ia bisa melihat senyuman manisnya.
*
*
Di kantor M-property. Liam sedang sibuk membuka daftar email yang masuk membuatnya sedikit stres.
"Ya ampun banyak sekali, tapi bos hanya meminta satu di antara mereka. Sebaiknya aku memilih acak saja untuk tes wawancara dan setelah itu barulah aku memilih satu di antara mereka.'' Liam pun melakukan apa yang ada dalam pikirannya saat ini agar lebih memudahkan dia untuk tes selanjutnya, Liam pun meminta para tes untuk membuat hasil karyanya masing-masing dan beberapa peraturan yang sedikit rumit.
"Bagaimana, apa semuanya baik-baik saja? tanya Erik menghampiri asisten pribadinya yang kini sedang sibuk dengan laptopnya.
"Semuanya beres bos!'' jawab Liam dengan cepat.
"Aku yakin hanya seseorang yang benar-benar punya kemampuan ahli yang menyetujui beberapa syarat dariku.'' Liam terkikik geli dalam hatinya.
"Kerja bagus, tapi ingat kau harus memilih yang terbaik yang mampu membuat para klien kita terkesan dengan desain-desain miliknya.''
"Baik bos, semuanya pasti beres.'' Jawab Liam penuh percaya diri.
"Aku percayakan semua ini padamu!'' Erik menepuk bahu Liam dan keluar dari ruangan tersebut.
Sedangkan di kediaman tuan Arzan Mahesa. Kini pria tua itu sedang menunggu informasi dari mata-matanya untuk mencari gadis yang pernah ia lihat beberapa tahun lalu, namun tuan Arzan hanya bisa menyebutkan ciri-ciri gadis tersebut karena ia lupa dengan siapa nama gadis remaja itu.
"Semoga saja mereka bisa menemukan gadis itu secepatnya, tapi bagaimana jika dia sudah berkeluarga ya?'' tuan Arzan merasa bingung sendiri.
Karena merasa sangat bosan kini ia pun berinisiatif pergi berjalan-jalan agar otot tubuhnya tidak merasa kaku. "Ini adalah Kesempatan ku bisa melangkahkan kaki tua ini untuk pergi melihat indahnya kota ini, setelah sekian lamanya aku terbaring tak berdaya di atas ranjang.'' Tuan Arzan pun melangkahkan kakinya keluar rumah secara mengendap-endap agar tidak terlihat oleh para pengawal putranya.
''Aku sudah tua, tapi Erik memperlakukan aku layaknya anak berumur lima tahun!'' tuan Arzan pun berjalan ke arah taman yang tak jauh dari rumah nya, ia tersenyum melihat beberapa anak yang tengah bermain dengan riangnya.
Kini raut wajah tuan Arzan pun berubah sendu saat mengingat masa kecil Erik dulu. "Sayang sekali aku tidak bisa melihat Erik tumbuh dengan benar, dia bahkan tidak merasakan bagaimana kasih sayang seorang ibu hingga menjadikan dirinya pria dewasa yang anti wanita.'' Tuan Arzan menghela nafasnya secara perlahan kemudian pandangannya pun tertuju pada sepeda motor dengan helm bermotif bunga yang tak asing lagi baginya.
Kini tuan Arzan pun memindai seluruh taman itu dan menemukan seorang gadis yang menolong nya dua hari yang lalu, dengan penuh semangat tuan Arzan pun menghampiri gadis itu untuk sekedar menanyakan kabar nya hari ini.
"Selamat siang, apakah saya boleh bergabung?'' tanya tuan Arzan dengan nada ramahnya.
Mia yang tengah pokus menggambar desain rumah idamannya pun kini teralihkan melihat siapa yang tengah menyapanya saat ini. ''Om ada disini juga?" tanya Mia tak percaya.
''Iya om hanya lewat dan tak sengaja melihat mu ada disini."
"Silahkan duduk om,'' Mia megeser tempat duduknya mempersilahkan tuan Arzan untuk duduk, kini mereka berdua pun mulai mengobrol dengan sedikit candaan garing dari tuan Arzan.
"Owh jadi om juga orang Indonesia, syukurlah aku jadi punya teman di negara asing ini.''
"Iya nak om juga merasa kesepian di negara asing ini, karena putra om sangat sibuk dengan pekerjaan nya. Owh iya kita belum sempat berkenalan, siapa namamu nak?''
"Nama saya Mia om!'' jawab Mia dengan senyuman manisnya.
"Nama yang cantik seperti orang nya!"
Mia tersenyum kikuk saat mendengar ucapan tuan Arzan padanya, "Ahh om bisa aja!''
"Nama saya Arzan Mahesa!''
Degg... Mia langsung terdiam mematung saat mendengar nama pria tua itu di sebutkan.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Siti Aniah
ketemu camer
2023-06-22
1