Bab 4: Waktu yang Berlalu

Boleh tahu, adiknya, Mas itu. Bekerja dimana?" tanya Bagas mencoba mengalihkan perhatian semua orang.

"Pabrik kayu yang paling ujung atas, kalau ndak salah namanya PT Kayu Indonesia. Mau pake bahasa asing gak paham gimana ngomongnya." Jelas kakak Asma dengan logat Jawa yang kental.

Malam itu, Reyhan hanya menjadi pendengar tanpa berniat nimbrung. Satu yang menjadi pikirannya, apa yang dilakukan gadis dingin di balik tirai di depannya? Rasa penasaran yang menyadarkan malam semakin larut. Perbincangan itu berakhir bersamaan seruput terakhir kopi milik Bagas.

Keduanya pamit, dan tidak lupa berterimakasih. Perjalanan malam yang panjang. Malam ini, ada sesuatu yang menelusuri hatinya. Ingin bertanya, tapi tak tahu apa pertanyaannya. Kerlap-kerlip lampu perkotaan tak membuat pikirannya kembali tenang.

"Nando, kamu bisa handle pekerjaan disini?" tanya Reyhan tanpa angin ataupun hujan, membuat sahabatnya menatap curiga. "Aku mau istirahat."

Helaan nafas panjang, "Rey, jangan macem-macem kamu. Waktu kita cuma sedikit, tentu sebelum balik ke Jakarta. Ada apa denganmu? Apa karena gadis itu."

Hening tanpa jawaban. Walau diam, Bagas sebagai sahabat. Dia tahu, saat ini Reyhan tengah mencoba untuk melarikan diri. Entah mau lari sejauh apa lagi. Meski begitu, ia tak bisa memaksakan sesuatu yang memang tidak ditakdirkan.

"Ok, pulanglah ke Jakarta. Aku akan handle pekerjaan disini. Jangan khawatir soal pekerjaan." ujar Bagas meyakinkan sahabatnya.

Sesuai kesepakatan. Seluruh tanggung jawab PT akan menjadi beralih ke tangan Bagas, sedangkan Reyhan memilih kembali ke Jakarta. Kedua pria itu hanya menghabiskan malam bersama, lalu keesokan harinya sudah berpisah.

Waktu berjalan terlalu cepat, satu minggu telah berlalu. Tidak ada yang istimewa, tetapi usaha Bagas untuk mendekati Asma berjalan sempurna. Walau harus berpura-pura menjadi salah satu karyawan baru PT. Pria itu tetap berpegang teguh pada niat hatinya.

Pagi hari yang selalu sejuk karena masih termasuk kawasan pegunungan. Terkadang kabut juga menyelimuti. Hari ini adalah hari senin, tanggal 20 bulan Februari 2022. Semua karyawan sudah masuk ke area pabrik. Pintu gerbang nan tinggi sudah tertutup rapat, tetapi dari CCTV.

Bagas tidak melihat gadis yang biasanya datang awal. Lirikan mata terus mengawasi. Benar saja waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh. Namun, tidak ada tanda dari gadis yang selalu menjadi tujuan hidupnya.

"Apa sakit, ya? Kemarin kulihat, dia baik, tapi tatapan matanya sayu." Gumamnya pada diri sendiri sembari mengingat pertemuan terakhir di antara dia dan Asma.

Tak ingin berpikiran buruk. Bagas mulai memeriksa file. Hari ini, ia memilih bekerja di balik meja. Padahal hampir seminggu berpura-pura menjadi karyawan baru yang bekerja keras seperti buruh pabrik lainnya. Detik berganti menit, menit berganti jam. Tanpa terasa, waktu sudah menunjukkan jam istirahat.

Sejenak meregangkan otot agar kembali relax, tetapi tatapan matanya tertuju di luar. Tepatnya di daerah tempat istirahat para buruh pabrik. Dari sekian orang-orang yang hilir mudik, nyatanya tak nampak batang hidung si gadis incarannya.

Namun, suara ketukan pintu mengalihkan perhatiannya. "Pak, boleh masuk?"

"Ya." Jawab Bagas to the point, ia menatap pintu kaca di depan sana. Ternyata pak satpam yang datang, tetapi membawa amplop coklat beberapa lembar. "Lamaran baru, lagi?"

Pak satpam menganggukkan kepala, ia menyerahkan tiga amplop coklat lamaran pekerjaan. Akan tetapi menyisakan satu amplop ditangan kirinya. "Ini pelamar yang baru, Pak. Satu lagi, tapi surat pengunduran diri. Sudah dikirim sejak pagi."

Deg. Entah kenapa firasat tidak baik menyapa relung hatinya. Apakah mungkin, ketidakhadiran Asma bersangkutan dengan datangnya amplop coklat pengunduran diri? Jika iya, kenapa? Apakah selama bekerja ada masalah yang tidak diketahui olehnya.

"Makasih, Bapak bisa kembali." kata Bagas sopan tak mengurangi jiwa kepemimpinannya.

Kepergian Pak Satpam, membuat Bagas secepat kilat menyambar amplop coklat yang tergeletak di atas meja. Betapa terkejutnya dia, ketika apa yang menjadi ketakutan. Justru menjadi kenyataan. Asma mengundurkan diri, padahal kontrak kerja masih ada beberapa minggu kedepan. Kemana gadis itu akan pergi?

Sudah lumrah, ketika buruh pabrik keluar masuk dari satu industri ke industri lain. Namun, jarang yang menggunakan cara terhormat yaitu dengan memberikan surat pengunduran diri sebagai bentuk menghargai perusahaan yang telah memberikan pekerjaan sebelumnya.

"Sekarang bagaimana?" Bagas melepaskan kancing kemeja yang terasa mencekik lehernya, tatapan mata nanar menatap kertas putih dengan tinta hitam tulisan tangan. "Kenapa harus sekarang? Di pending dulu gitu, setidaknya sampai Rey kembali kesini."

Frustasi. Benar-benar pikiran sesuka hati. Dunia tidak mengikuti perintah Bagas Fernando, tetapi pria itu berharap Asma tahu isi pikiran dan hatinya. Kegalauan yang menguasai, tak ubahnya suasana hati mendung yang terkoneksi. Satu sisi ada Bagas, dan sisi lain ada Asma.

Dimana gadis itu sudah duduk manis di dalam salah satu bus jurusan Gombong yang melaju. Asma tengah mempertimbangkan segala sesuatunya. Ia kembali karena memang harus kembali. Perjalanan menuju kota yang menjadi tempat tumbuh kembangnya. Setelah menyerahkan surat pengunduran diri yang dititipkan pada sang kakak.

*Ya Allah, semoga ini yang terbaik. Aku tidak sanggup, jika harus menjadi beban orang lain. Apa yang ku lakukan selalu di anggap salah. Aku sadar, diri ini terlalu lemah. Bismillah.~batin Asma lalu memejamkan mata, membiarkan seluruh masalah yang ia tanggung melebur ke alam mimpi*.

Di dunia selalu memiliki banyak rintangan. Namun, ketika keluarga menjadi alasan utama untuk keterpurukan. Maka, manusia harus bangkit memutuskan jalan hidupnya. Rasanya sakit, ketika kerja keras tidak dihargai. Begitu juga dengan kehidupan Asma.

Dimana selama bekerja menjadi buruh pabrik. Masalah yang timbul justru dari dua arah. semua itu karena ia tinggal bersama keluarga, tetapi terasa seperti orang asing. Sedangkan di dunia pekerjaan, perasaan semakin tertekan karena sikap senior yang tidak bisa membimbing.

Walau begitu, Asma tidak menyalahkan siapapun. Ia tahu diri, siapa dirinya dan harus melakukan apa. Setelah menikmati beban yang berat selama dua bulan lebih. Akhirnya keputusan jatuh untuk kembali ke kota tempatnya di besarkan. Kembali tinggal bersama kedua orang tua.

Perjalanannya membutuhkan waktu kurang lebih lima jam dengan jalanan yang berkelok naik turun. Deretan pegunungan berteman keindahan alam dan juga bangunan perkotaan. Selama perjalanan, Asma hanya menatap luar menikmati apa yang Allah ciptakan.

Sementara itu, dari arah lain. Reyhan tengah menikmati perjalanan kembali menuju tempat usahanya berapa. Pria itu sudah lebih baik, dan pekerjaan di Jakarta sudah selesai. Maka, sudah waktunya untuk memeriksa pekerjaan di pabrik.

Ketika takdir tidak mempertemukan. Bukan berarti, mereka tidak berjodoh. Sejauh mana air mengalir, maka tujuannya hanya satu yaitu muara sungai dan lautan. Begitulah alur takdir yang misterius. Perpisahan sesaat, lalu pertemuan kembali. Walau terkadang, setelah berpisah, tidak lagi ada pertemuan.

Terpopuler

Comments

Mommy Ai💙

Mommy Ai💙

kalau jodoh ga akan kemna, sejauh mn pun kita pergi klu emang jodoh pasti balik lgi. sabar ya asma itulah cobaan hidup, ada aja yg tak kena.

2023-03-25

0

☠ᵏᵋᶜᶟ ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔🍾⃝𝚀ͩuᷞεͧεᷠnͣ

☠ᵏᵋᶜᶟ ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔🍾⃝𝚀ͩuᷞεͧεᷠnͣ

Wah asma pulang ke kota, apa nanti dia akan bertemu dengan Reyhan ya

2023-03-25

0

ᔑᗴᖇᗩᕼ しᑌ

ᔑᗴᖇᗩᕼ しᑌ

sabar aja kali Rey, noh Sabahat lu kan udah kaga sabar lagi mau lanjut cr alamat nya si asma

2023-03-25

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Tangisan bayi, Flasback
2 Bab 2: Dunia Pabrik
3 Bab 3: Ditengah Alas, Rumah itu
4 Bab 4: Waktu yang Berlalu
5 Bab 5: Alasan Klasik
6 Bab 6: Usaha Bagas, Rumah Asma
7 Bab 7: Mencari Alasan lagi
8 Bab 8: TANGGUNG JAWAB PENJEMPUTAN
9 Bab 9: Alun-alun Kota
10 Bab 10: Menjauh dari KehidupanKu
11 Bab 11: Rey ketiduran, Pagi Kebenaran
12 Bab 12: Pencarian Kebenaran
13 Bab 13: Kesendirian berujung Lamaran
14 Bab 14: Jika Jodoh, Doa Kita Se-Amin
15 Bab 15: Ikrar Janji Suci berteman Senja
16 Bab 16: Malam Pertama, Video Call?
17 Bab 17: Makan Malam, Diam
18 Bab 18: Ujian Malam Pertama
19 Bab 19: Aroma Cinta Halal
20 Bab 20: Treatment By Tuan Kulkas
21 Bab 21: Awal Mula, Karena Ponsel
22 Bab 22: KELUARGA
23 Bab 23: KELUARGA II
24 Bab 24: KELUARGA III
25 Bab 25: Berjalan Lancar, Satu Pertanyaan
26 Bab 26: Hanya tentang Emosi
27 Bab 27: Perpisahan itu Nyata
28 Bab 28: Sederhana, tetapi Rumit
29 Bab 29: Babak Baru Kehidupan
30 Bab 30: Makam Malam rasa Kuburan
31 Bab 31: SORRY
32 Bab 32: Nyata, dibilang Drama
33 Bab 33: Rasa Takut
34 Bab 34: Secercah Cahaya
35 Bab 35: Tanggung Jawab
36 Bab 36: Sudah Cukup?
37 Bab 37: END
38 Bab 38: Sepenggal Kenangan
39 Bab 39: Seperti Itu
40 Bab 40: Menu Makanan
41 Bab 41: Penjelasan Bagas, Keputusan Rey
42 Bab 42: Saudara Sepupu
43 Bab 43: Saudara Sepupu II
44 Bab 44: KOMPROMI
45 Bab 45: Sajak Resepsi
46 Bab 46: Syarat Menjebak, Deal?
47 Bab 47: Impian dan Perjuangan
48 Bab 48: MAKAN MALAM BERSAMA
49 Bab 49: Asma Ngambek, Rey Kelabakan
50 Bab 50: HUKUMAN
51 Bab 51: KELUARGA
52 Bab 52: Lamunan Bagas, Duduk Bersama
53 Bab 53: Penasaran yang Serentak
54 Bab 54: Masalah?
55 Bab 55: Mengatur atau Diatur?
56 Bab 56: Keraguan Bagas Atas Pilihannya
57 Bab 57: Calling Lucky
58 Bab 58: Ifii Vs Nau
59 Bab 59: Ternyata Begitu...
60 Bab 60: Pemikiran, Sistem Simbiosis
61 Bab 61: Sadar diri?
62 Bab 62: Sadar Diri! Posesif
63 Bab 63: Flasback ~ Tanda Tanya
64 Bab 64: Support Pertanyaan
65 Bab 65: Keputusan Final, Karena Novel?
66 Bab 66: Tekanan Bagas, Pertemuan
67 Bab 67: Keputusan Final
68 Bab 68: Lorong Pertemuan
69 Bab 69: Kesalahpahaman
70 Bab 70: Ifii Sabar, Butterfly
71 Bab 71: Tentang Elora
72 Bab 72: Diam? Pertanyaan
73 Bab 73: Dilema...
74 Bab 74: INSIDEN
75 Bab 75: Alibi Bagas, Canggung
76 Bab 76: REKAMAN
77 Bab 77: Asma with Fay
78 Bab 78: Ide Nau? Obrolan Seru
79 Bab 79: Rey with Bagas
80 Bab 80: Prinsip?
81 Bab 81: Hadiah?
82 Bab 82: Rumah Mewah
83 Bab 83: Nginep?
84 Bab 84: Di tengah Rasa Penasaran
85 Bab 85: Bibit Pelakor, Tamu
86 Bab 86: Jovanka Ileana Humeera
87 Bab 87: Makan Malam
88 Bab 88: Akhir dari Salah Paham
89 Bab 89: Kepentok Masalah
90 Bab 90: Karena Jovanka
91 Bab 91: Kisah Milik Axel, Squash?
92 Bab 92: Gadis MINIM Harga Diri
93 Bab 93: Ending Suketi
94 Bab 94: Masalah Bisnis?
95 Bab 95: Kebiasaan Buruk
96 Bab 96: Paket Suasana Lengkap
97 Bab 97: Bisnis is Bisnis
98 Bab 98: Setuju dengan Syarat, Kehilangan Akal
99 Bab 99: Tantangan? Wanita lain.
100 Bab 100: Konsekuensi? Persetujuan
101 Bab 101: Kemesraan, Pertanyaan?
102 Bab 102: Cafe Hause Rooftop JakSel
103 Bab 103:Pelakor teriak Pelakor
104 Bab 104: Speechless, Teman yang Waras
105 Bab 105: Si PeKo
106 Bab 106: Sama-sama Dingin
107 Bab 107: Klarifikasi Rey, Tuan Pemarah
108 Bab 108: Ditengah Malam
109 Bab 109: Persetujuan, Pertanyaan
110 Bab 110: Dua Pertemuan Berbeda
111 Bab 111: Asma, Fay
112 Bab 112: Pertemuan Pertama
113 Bab 113: El
114 Bab 114: RA Company's
115 Bab 115: BERSYARAT
116 Bab 116: Mode Kalem
117 Bab 117: Rey Berpikir Ulang
118 Bab 118: Ayah dan Anak
119 Bab 119: Waktu tlah Berlalu
120 Bab 120: Permintaan Sang Adik
121 Bab 121: PASUTRI
122 Bab 122: Belum Dimulai
123 Bab 123: RESEPSI
124 Bab 124: RESEPSI II
125 Bab 125: Jodoh?
126 Bab 126: KEBERSAMAAN
127 Bab 127: Ratu Drama
128 Bab 128: Tiga Keputusan Para Pria
129 Bab 129: Ternyata ...
130 Bab 130: Cinta?
131 Bab 131: Saudara?
132 Bab 132: Salah Waktu
133 Bab 133: Antara Andreas dan Elora
134 Bab 134: Jalan Sesat
135 Bab 135: Cafe Outdoor
136 Bab 136: Masih Di Cafe
137 Bab 137: Nau Vs Ifii
138 Bab 138: Star Light Dream Party
139 Bab 139: Suasana Hati atau Pesta?
140 Emergency Time
141 Bab 140: Masa Lalu yang Terdampar
142 Bab 141: Diamnya Rey, Dua Insan
143 Bab 142: Keraguan, Lagi
144 Bab 143: Cafe Rooftop
145 Bab 144: Dua Sisi Cerita
146 Bab 145: Kalingga Keras Kepala
147 Bab 146: SADAR
148 Bab 147: Bayaran Kontan
149 Bab 148: Ego yang Diabaikan
150 Bab 149: Juan dan Baby
151 Bab 150: Drama Perkenalan
152 Bab 151: Pengakuan Baby
153 Bab 152: Saling Menasehati
154 Bab 153: Kendrick Al Zafran
155 Bab 154: Memilih Pergi
156 Bab 155: Plan in KASHMIR
157 Bab 156: Mengawali Honeymoon
158 Bab 157: Seindah Waktu
159 Bab 158: Tanya Jawab, Karena Kulfi
160 Bab 159: Perjalanan Hati
161 Bab 160:Penjelasan Rey
162 Bab 161: End-Perpisahan
163 Promo Novel
Episodes

Updated 163 Episodes

1
Bab 1: Tangisan bayi, Flasback
2
Bab 2: Dunia Pabrik
3
Bab 3: Ditengah Alas, Rumah itu
4
Bab 4: Waktu yang Berlalu
5
Bab 5: Alasan Klasik
6
Bab 6: Usaha Bagas, Rumah Asma
7
Bab 7: Mencari Alasan lagi
8
Bab 8: TANGGUNG JAWAB PENJEMPUTAN
9
Bab 9: Alun-alun Kota
10
Bab 10: Menjauh dari KehidupanKu
11
Bab 11: Rey ketiduran, Pagi Kebenaran
12
Bab 12: Pencarian Kebenaran
13
Bab 13: Kesendirian berujung Lamaran
14
Bab 14: Jika Jodoh, Doa Kita Se-Amin
15
Bab 15: Ikrar Janji Suci berteman Senja
16
Bab 16: Malam Pertama, Video Call?
17
Bab 17: Makan Malam, Diam
18
Bab 18: Ujian Malam Pertama
19
Bab 19: Aroma Cinta Halal
20
Bab 20: Treatment By Tuan Kulkas
21
Bab 21: Awal Mula, Karena Ponsel
22
Bab 22: KELUARGA
23
Bab 23: KELUARGA II
24
Bab 24: KELUARGA III
25
Bab 25: Berjalan Lancar, Satu Pertanyaan
26
Bab 26: Hanya tentang Emosi
27
Bab 27: Perpisahan itu Nyata
28
Bab 28: Sederhana, tetapi Rumit
29
Bab 29: Babak Baru Kehidupan
30
Bab 30: Makam Malam rasa Kuburan
31
Bab 31: SORRY
32
Bab 32: Nyata, dibilang Drama
33
Bab 33: Rasa Takut
34
Bab 34: Secercah Cahaya
35
Bab 35: Tanggung Jawab
36
Bab 36: Sudah Cukup?
37
Bab 37: END
38
Bab 38: Sepenggal Kenangan
39
Bab 39: Seperti Itu
40
Bab 40: Menu Makanan
41
Bab 41: Penjelasan Bagas, Keputusan Rey
42
Bab 42: Saudara Sepupu
43
Bab 43: Saudara Sepupu II
44
Bab 44: KOMPROMI
45
Bab 45: Sajak Resepsi
46
Bab 46: Syarat Menjebak, Deal?
47
Bab 47: Impian dan Perjuangan
48
Bab 48: MAKAN MALAM BERSAMA
49
Bab 49: Asma Ngambek, Rey Kelabakan
50
Bab 50: HUKUMAN
51
Bab 51: KELUARGA
52
Bab 52: Lamunan Bagas, Duduk Bersama
53
Bab 53: Penasaran yang Serentak
54
Bab 54: Masalah?
55
Bab 55: Mengatur atau Diatur?
56
Bab 56: Keraguan Bagas Atas Pilihannya
57
Bab 57: Calling Lucky
58
Bab 58: Ifii Vs Nau
59
Bab 59: Ternyata Begitu...
60
Bab 60: Pemikiran, Sistem Simbiosis
61
Bab 61: Sadar diri?
62
Bab 62: Sadar Diri! Posesif
63
Bab 63: Flasback ~ Tanda Tanya
64
Bab 64: Support Pertanyaan
65
Bab 65: Keputusan Final, Karena Novel?
66
Bab 66: Tekanan Bagas, Pertemuan
67
Bab 67: Keputusan Final
68
Bab 68: Lorong Pertemuan
69
Bab 69: Kesalahpahaman
70
Bab 70: Ifii Sabar, Butterfly
71
Bab 71: Tentang Elora
72
Bab 72: Diam? Pertanyaan
73
Bab 73: Dilema...
74
Bab 74: INSIDEN
75
Bab 75: Alibi Bagas, Canggung
76
Bab 76: REKAMAN
77
Bab 77: Asma with Fay
78
Bab 78: Ide Nau? Obrolan Seru
79
Bab 79: Rey with Bagas
80
Bab 80: Prinsip?
81
Bab 81: Hadiah?
82
Bab 82: Rumah Mewah
83
Bab 83: Nginep?
84
Bab 84: Di tengah Rasa Penasaran
85
Bab 85: Bibit Pelakor, Tamu
86
Bab 86: Jovanka Ileana Humeera
87
Bab 87: Makan Malam
88
Bab 88: Akhir dari Salah Paham
89
Bab 89: Kepentok Masalah
90
Bab 90: Karena Jovanka
91
Bab 91: Kisah Milik Axel, Squash?
92
Bab 92: Gadis MINIM Harga Diri
93
Bab 93: Ending Suketi
94
Bab 94: Masalah Bisnis?
95
Bab 95: Kebiasaan Buruk
96
Bab 96: Paket Suasana Lengkap
97
Bab 97: Bisnis is Bisnis
98
Bab 98: Setuju dengan Syarat, Kehilangan Akal
99
Bab 99: Tantangan? Wanita lain.
100
Bab 100: Konsekuensi? Persetujuan
101
Bab 101: Kemesraan, Pertanyaan?
102
Bab 102: Cafe Hause Rooftop JakSel
103
Bab 103:Pelakor teriak Pelakor
104
Bab 104: Speechless, Teman yang Waras
105
Bab 105: Si PeKo
106
Bab 106: Sama-sama Dingin
107
Bab 107: Klarifikasi Rey, Tuan Pemarah
108
Bab 108: Ditengah Malam
109
Bab 109: Persetujuan, Pertanyaan
110
Bab 110: Dua Pertemuan Berbeda
111
Bab 111: Asma, Fay
112
Bab 112: Pertemuan Pertama
113
Bab 113: El
114
Bab 114: RA Company's
115
Bab 115: BERSYARAT
116
Bab 116: Mode Kalem
117
Bab 117: Rey Berpikir Ulang
118
Bab 118: Ayah dan Anak
119
Bab 119: Waktu tlah Berlalu
120
Bab 120: Permintaan Sang Adik
121
Bab 121: PASUTRI
122
Bab 122: Belum Dimulai
123
Bab 123: RESEPSI
124
Bab 124: RESEPSI II
125
Bab 125: Jodoh?
126
Bab 126: KEBERSAMAAN
127
Bab 127: Ratu Drama
128
Bab 128: Tiga Keputusan Para Pria
129
Bab 129: Ternyata ...
130
Bab 130: Cinta?
131
Bab 131: Saudara?
132
Bab 132: Salah Waktu
133
Bab 133: Antara Andreas dan Elora
134
Bab 134: Jalan Sesat
135
Bab 135: Cafe Outdoor
136
Bab 136: Masih Di Cafe
137
Bab 137: Nau Vs Ifii
138
Bab 138: Star Light Dream Party
139
Bab 139: Suasana Hati atau Pesta?
140
Emergency Time
141
Bab 140: Masa Lalu yang Terdampar
142
Bab 141: Diamnya Rey, Dua Insan
143
Bab 142: Keraguan, Lagi
144
Bab 143: Cafe Rooftop
145
Bab 144: Dua Sisi Cerita
146
Bab 145: Kalingga Keras Kepala
147
Bab 146: SADAR
148
Bab 147: Bayaran Kontan
149
Bab 148: Ego yang Diabaikan
150
Bab 149: Juan dan Baby
151
Bab 150: Drama Perkenalan
152
Bab 151: Pengakuan Baby
153
Bab 152: Saling Menasehati
154
Bab 153: Kendrick Al Zafran
155
Bab 154: Memilih Pergi
156
Bab 155: Plan in KASHMIR
157
Bab 156: Mengawali Honeymoon
158
Bab 157: Seindah Waktu
159
Bab 158: Tanya Jawab, Karena Kulfi
160
Bab 159: Perjalanan Hati
161
Bab 160:Penjelasan Rey
162
Bab 161: End-Perpisahan
163
Promo Novel

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!