Bukannya menjawab. Sang tangan kanan justru bersenandung riang, bahkan dengan sengaja meninggalkan berkas para karyawan di ruangan bosnya itu. Lagi pula, siapa yang berani membujuk seorang CEO dingin seperti sahabatnya itu? Maka demi masa depan yang cerah. Rencana cemerlang siap dijalankan.
"Lihat saja nanti. Aku akan membuat seorang Reyhan Aditya jatuh cinta pada gadis sederhana itu. Ini janji seorang sahabat atas nama Bagas Fernando."
Suara bel tanda waktu istirahat telah usai. Para karyawan kembali bekerja. Tidak ada lagi karyawan yang berada di luar gedung pabrik kecuali Pak Satpam yang memang tugasnya di pos penjagaan. Sistem pabrik biasanya menggunakan part time.
Dimana shift dibagi dua waktu yaitu shift pagi dan shift malam. Akan tetapi, di musim pandemi COVID. Shift menjadi pagi saja karena banyak karyawan yang mengundurkan diri. Semua itu berpengaruh dengan permintaan pasar yang tidak seramai biasanya, hingga masa COVID mulai mereda.
Banyak perekrutan pekerja baru di setiap pabrik, termasuk PT Wood's Indonesia. Asma baru bekerja selama dua bulan di pabrik itu, dan selama itu selalu menikmati kesendirian di saat waktu istirahat. Duduk ditempat biasa hanya untuk makan siang dan kembali bekerja hingga sore hari.
Hari-hari yang dilewati, tak lepas dari rasa lelah dan juga makan hati. Bukan tanpa alasan. Gadis pendiam itu seakan terasingkan di timnya sendiri. Ketika tidak tahu apa yang harus dilakukan. Seorang senior bukan mengajari, justru melarangnya untuk meniru cara kerja yang lain.
Seperti saat ini, gadis itu melihat proses pemilihan kayu yang mana harus dipisahkan menjadi tiga bagian. Satu batang kayu masuk ke lubang, satu lagi masuk ke hitam dan sisanya bisa dipotong seperti biasa untuk mendapatkan kayu yang berkualitas.
Metode batang kayu panjangan baru di coba oleh Asma, tetapi senior langsung turun tangan menceramahi dan membuat gadis itu merasa bersalah. "Maaf, saya tidak tahu. Bisa ajari, Mba?"
"Buat apa ajarin kamu? Sudah kerjakan seperti biasa saja. Potong semua kayu tumpukan di belakang mu sampai jam pulang." jawab Mba Senior ketus, lalu kembali ke depan mesinnya sendiri.
Rasanya tuh sakit. Ketika senior mengajari karyawan yang sudah bekerja empat bulan dengan telaten dan enggan mengajari diriku yang baru saja bekerja dua bulan lebih sedikit. Walau begitu, hati tetap bertahan demi mendapatkan selembar kertas yang bisa membantu perekonomian keluarga.
Tidak hanya satu karyawan yang merasa dikecewakan oleh sikap senior karena dari ratusan karyawan dalam dunia pabrik. Banyak junior merasakan kekecewaan dan juga ketidakadilan. Orang seringkali lupa. Jika keterampilan dan juga kepintaran di dapatkan dengan belajar, bukan dengan cara instan.
Sore harinya.
Pukul 18.00 WIB. Seluruh mesin sudah mati, lalu para karyawan berbondong-bondong menuju ke tempat loker untuk mengambil tas masing-masing. Kemudian mereka berbaris di jalur yang sudah ditetapkan. Pabrik memberikan sistem absen seperti anak sekolah.
Kartu absen itu yang akan menjadi penentu seberapa banyak kita mendapatkan upah selama dua minggu sekali. Jadi, ketika seorang karyawan tidak berangkat kerja. Otomatis absen tidak terisi. Sistem yang diterapkan memang demi kebaikan bersama.
Barisan sepanjang sepuluh meter lebih. Biasanya Asma berada di barisan paling akhir, meski tidak paling ujung. Gadis itu memilih menunggu daripada buru-buru, lagian kakak yang menjemputnya pasti belum sampai di depan pos satpam.
Langkah kaki terus berjalan secara perlahan. Satu persatu mendapatkan kartu absen dari sang mandor, lalu menuju ke mesin pencetak waktu yang menjadi pertanda usai jam kerja. Akhirnya setelah lima menit mengantri. Asma maju dan menerima kartunya.
Ia kembali mengantri, tetapi kali ini tidak sepanjang tadi karena mesin memiliki dua. Jadi bisa meminimalisir antrian panjang. Wajah kuyu, lelah, dan perut yang lapar sudah seperti pemandangan sehari-hari. Yah namanya juga bekerja keras dengan tenaga dan pikiran.
Kepulangan karyawan tak luput dari tatapan seseorang yang duduk di kursi kerjanya dan setia melihat barisan antrian yang sebenarnya pasti membosankan. Satu persatu pergi meninggalkan gedung pabrik, begitu juga dengan gadis yang menjadi pusat perhatiannya.
"Tinggal dimana dia? Apa menggunakan motor sendiri?" tanyanya pada diri sendiri.
Tanpa ingin mengurangi rasa penasarannya. CCTV di alihkan ke tempat parkiran, tetapi dari arah halaman tempat truk terparkir. Gadis yang terus menjadi fokus utama, justru berjalan menuju gerbang. Itu berarti tidak memiliki motor.
"Apa dijemput, ya?" Reyhan menggelengkan kepala, ia baru sadar. Selama berjam-jam hanya sibuk menatap setiap gerak dari gadis pendiam yang merupakan salah satu karyawannya. "Astaga, kerjaanku numpuk."
Ingin mengeluh pada siapa? Berkat kesibukan barunya. Pekerjaan yang harusnya selesai hari ini. Justru masih tertutup rapi. Di saat bersamaan, lagi dan lagi. Bagas datang ke ruangannya tanpa mengetuk pintu. Untung saja sahabat. Jika tidak, sudah jadi sasaran kekesalannya.
"Ada apa lagi?" tanya Reyhan sinis, tapi yang ditanya justru tersenyum lebar.
Senyuman yang pasti akan memberikan hal tidak diharapkan. Terakhir kali, senyuman itu dijadikan alasan untuk cuti selama seminggu. Sahabat yang suka memeras perasaan.
Bagas menarik kursi di depan Reyhan, lalu duduk dengan santainya. Sesaat melirik ke meja. File pekerjaan masih di sisi kiri. Itu artinya sang bos tidak bekerja hari ini karena file yang sudah selesai pasti tergeletak di sisi kanan meja.
''Bos, pulang yuk! Kita cari makan diluar, gimana? Kita cuma seminggu 'kan disini? Jadi, sedikit saja nikmati dunia luar." bujuk Bagas semanis mungkin agar pria di depannya luluh, walau itu berakhir penolakan. Seperti biasanya.
Reyhan menatap intens sahabatnya. Tatapan mata yang tenang dengan senyuman lebar. Tidak ada yang mencurigakan. Setelah memastikan tidak akan ada drama cuti. Pria itu beranjak dari tempatnya, lalu menyambar kunci mobil dan juga ponsel. Tanpa kata, langkah kaki meninggalkan meja kerjanya.
Bagas yang paham. Bergegas mengikuti langkah Reyhan, ia juga merebut kunci mobil dari tangan pria dingin yang kini berada di sebelahnya. Keheningan di dalam gedung pabrik, membuat kedua pria itu bebas berjalan tanpa harus memperlihatkan wajah mereka pada para karyawan. Kecuali para satpam ya.
"Bisa cari makanan yang menyehatkan? Jangan lagi ke tempat makan yang seperti emperan tempat kesukaan mu." Kata Reyhan mengingatkan dan hanya mendapatkan anggukan ringan dari sahabatnya. "Feelingku tidak enak."
Bagas menyalakan mesin, lalu menoleh ke samping. "Rey, percaya saja. Takdir mu akan segera berubah. Jika tidak, kamu boleh potong gajiku lima puluh persen. Deal?''
"Apa yang kamu rencanakan? Lima puluh persen, lumayan bisa buat beli satu mesin pemotongan lagi." Reyhan tersenyum tipis, membuat Bagas mencebikkan bibir. "Deal.''
*Mimpi kamu, Rey. Aku tidak akan membiarkan gajiku di potong, tapi bolehlah membuatmu meminta tambahan gaji. Tentu setelah misi ku berhasil.~ batin Bagas dengan senyum kemenangan*.
.
.
.
.
Terimakasih yang telah mampir, jangan lupa jejak kalian ya 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
Mommy Ai💙
mungkin aja kamu sudah mulai suka sama asma rey, mknya tatapan mata mu hanya fokus ke dia aja, mlh kamu sdh memikirkannya rey.
2023-03-25
0
☠ᵏᵋᶜᶟ ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔🍾⃝𝚀ͩuᷞεͧεᷠnͣ
si Boss udah jatuh cintong ya ternyata🤣😅 sedari awal dah cori cori choke cupke🤣🤣
2023-03-25
0
☠ᵏᵋᶜᶟ ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔🍾⃝𝚀ͩuᷞεͧεᷠnͣ
wahh apa rencana bagas ya, jadi gak sabar wehh
2023-03-25
0