Bab 2: Dunia Pabrik

Bukannya menjawab. Sang tangan kanan justru bersenandung riang, bahkan dengan sengaja meninggalkan berkas para karyawan di ruangan bosnya itu. Lagi pula, siapa yang berani membujuk seorang CEO dingin seperti sahabatnya itu? Maka demi masa depan yang cerah. Rencana cemerlang siap dijalankan.

"Lihat saja nanti. Aku akan membuat seorang Reyhan Aditya jatuh cinta pada gadis sederhana itu. Ini janji seorang sahabat atas nama Bagas Fernando."

Suara bel tanda waktu istirahat telah usai. Para karyawan kembali bekerja. Tidak ada lagi karyawan yang berada di luar gedung pabrik kecuali Pak Satpam yang memang tugasnya di pos penjagaan. Sistem pabrik biasanya menggunakan part time.

Dimana shift dibagi dua waktu yaitu shift pagi dan shift malam. Akan tetapi, di musim pandemi COVID. Shift menjadi pagi saja karena banyak karyawan yang mengundurkan diri. Semua itu berpengaruh dengan permintaan pasar yang tidak seramai biasanya, hingga masa COVID mulai mereda.

Banyak perekrutan pekerja baru di setiap pabrik, termasuk PT Wood's Indonesia. Asma baru bekerja selama dua bulan di pabrik itu, dan selama itu selalu menikmati kesendirian di saat waktu istirahat. Duduk ditempat biasa hanya untuk makan siang dan kembali bekerja hingga sore hari.

Hari-hari yang dilewati, tak lepas dari rasa lelah dan juga makan hati. Bukan tanpa alasan. Gadis pendiam itu seakan terasingkan di timnya sendiri. Ketika tidak tahu apa yang harus dilakukan. Seorang senior bukan mengajari, justru melarangnya untuk meniru cara kerja yang lain.

Seperti saat ini, gadis itu melihat proses pemilihan kayu yang mana harus dipisahkan menjadi tiga bagian. Satu batang kayu masuk ke lubang, satu lagi masuk ke hitam dan sisanya bisa dipotong seperti biasa untuk mendapatkan kayu yang berkualitas.

Metode batang kayu panjangan baru di coba oleh Asma, tetapi senior langsung turun tangan menceramahi dan membuat gadis itu merasa bersalah. "Maaf, saya tidak tahu. Bisa ajari, Mba?"

"Buat apa ajarin kamu? Sudah kerjakan seperti biasa saja. Potong semua kayu tumpukan di belakang mu sampai jam pulang." jawab Mba Senior ketus, lalu kembali ke depan mesinnya sendiri.

Rasanya tuh sakit. Ketika senior mengajari karyawan yang sudah bekerja empat bulan dengan telaten dan enggan mengajari diriku yang baru saja bekerja dua bulan lebih sedikit. Walau begitu, hati tetap bertahan demi mendapatkan selembar kertas yang bisa membantu perekonomian keluarga.

Tidak hanya satu karyawan yang merasa dikecewakan oleh sikap senior karena dari ratusan karyawan dalam dunia pabrik. Banyak junior merasakan kekecewaan dan juga ketidakadilan. Orang seringkali lupa. Jika keterampilan dan juga kepintaran di dapatkan dengan belajar, bukan dengan cara instan.

Sore harinya.

Pukul 18.00 WIB. Seluruh mesin sudah mati, lalu para karyawan berbondong-bondong menuju ke tempat loker untuk mengambil tas masing-masing. Kemudian mereka berbaris di jalur yang sudah ditetapkan. Pabrik memberikan sistem absen seperti anak sekolah.

Kartu absen itu yang akan menjadi penentu seberapa banyak kita mendapatkan upah selama dua minggu sekali. Jadi, ketika seorang karyawan tidak berangkat kerja. Otomatis absen tidak terisi. Sistem yang diterapkan memang demi kebaikan bersama.

Barisan sepanjang sepuluh meter lebih. Biasanya Asma berada di barisan paling akhir, meski tidak paling ujung. Gadis itu memilih menunggu daripada buru-buru, lagian kakak yang menjemputnya pasti belum sampai di depan pos satpam.

Langkah kaki terus berjalan secara perlahan. Satu persatu mendapatkan kartu absen dari sang mandor, lalu menuju ke mesin pencetak waktu yang menjadi pertanda usai jam kerja. Akhirnya setelah lima menit mengantri. Asma maju dan menerima kartunya.

Ia kembali mengantri, tetapi kali ini tidak sepanjang tadi karena mesin memiliki dua. Jadi bisa meminimalisir antrian panjang. Wajah kuyu, lelah, dan perut yang lapar sudah seperti pemandangan sehari-hari. Yah namanya juga bekerja keras dengan tenaga dan pikiran.

Kepulangan karyawan tak luput dari tatapan seseorang yang duduk di kursi kerjanya dan setia melihat barisan antrian yang sebenarnya pasti membosankan. Satu persatu pergi meninggalkan gedung pabrik, begitu juga dengan gadis yang menjadi pusat perhatiannya.

"Tinggal dimana dia? Apa menggunakan motor sendiri?" tanyanya pada diri sendiri.

Tanpa ingin mengurangi rasa penasarannya. CCTV di alihkan ke tempat parkiran, tetapi dari arah halaman tempat truk terparkir. Gadis yang terus menjadi fokus utama, justru berjalan menuju gerbang. Itu berarti tidak memiliki motor.

"Apa dijemput, ya?" Reyhan menggelengkan kepala, ia baru sadar. Selama berjam-jam hanya sibuk menatap setiap gerak dari gadis pendiam yang merupakan salah satu karyawannya. "Astaga, kerjaanku numpuk."

Ingin mengeluh pada siapa? Berkat kesibukan barunya. Pekerjaan yang harusnya selesai hari ini. Justru masih tertutup rapi. Di saat bersamaan, lagi dan lagi. Bagas datang ke ruangannya tanpa mengetuk pintu. Untung saja sahabat. Jika tidak, sudah jadi sasaran kekesalannya.

"Ada apa lagi?" tanya Reyhan sinis, tapi yang ditanya justru tersenyum lebar.

Senyuman yang pasti akan memberikan hal tidak diharapkan. Terakhir kali, senyuman itu dijadikan alasan untuk cuti selama seminggu. Sahabat yang suka memeras perasaan.

Bagas menarik kursi di depan Reyhan, lalu duduk dengan santainya. Sesaat melirik ke meja. File pekerjaan masih di sisi kiri. Itu artinya sang bos tidak bekerja hari ini karena file yang sudah selesai pasti tergeletak di sisi kanan meja.

''Bos, pulang yuk! Kita cari makan diluar, gimana? Kita cuma seminggu 'kan disini? Jadi, sedikit saja nikmati dunia luar." bujuk Bagas semanis mungkin agar pria di depannya luluh, walau itu berakhir penolakan. Seperti biasanya.

Reyhan menatap intens sahabatnya. Tatapan mata yang tenang dengan senyuman lebar. Tidak ada yang mencurigakan. Setelah memastikan tidak akan ada drama cuti. Pria itu beranjak dari tempatnya, lalu menyambar kunci mobil dan juga ponsel. Tanpa kata, langkah kaki meninggalkan meja kerjanya.

Bagas yang paham. Bergegas mengikuti langkah Reyhan, ia juga merebut kunci mobil dari tangan pria dingin yang kini berada di sebelahnya. Keheningan di dalam gedung pabrik, membuat kedua pria itu bebas berjalan tanpa harus memperlihatkan wajah mereka pada para karyawan. Kecuali para satpam ya.

"Bisa cari makanan yang menyehatkan? Jangan lagi ke tempat makan yang seperti emperan tempat kesukaan mu." Kata Reyhan mengingatkan dan hanya mendapatkan anggukan ringan dari sahabatnya. "Feelingku tidak enak."

Bagas menyalakan mesin, lalu menoleh ke samping. "Rey, percaya saja. Takdir mu akan segera berubah. Jika tidak, kamu boleh potong gajiku lima puluh persen. Deal?''

"Apa yang kamu rencanakan? Lima puluh persen, lumayan bisa buat beli satu mesin pemotongan lagi." Reyhan tersenyum tipis, membuat Bagas mencebikkan bibir. "Deal.''

*Mimpi kamu, Rey. Aku tidak akan membiarkan gajiku di potong, tapi bolehlah membuatmu meminta tambahan gaji. Tentu setelah misi ku berhasil.~ batin Bagas dengan senyum kemenangan*.

.

.

.

.

Terimakasih yang telah mampir, jangan lupa jejak kalian ya 😍

Terpopuler

Comments

Mommy Ai💙

Mommy Ai💙

mungkin aja kamu sudah mulai suka sama asma rey, mknya tatapan mata mu hanya fokus ke dia aja, mlh kamu sdh memikirkannya rey.

2023-03-25

0

☠ᵏᵋᶜᶟ ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔🍾⃝𝚀ͩuᷞεͧεᷠnͣ

☠ᵏᵋᶜᶟ ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔🍾⃝𝚀ͩuᷞεͧεᷠnͣ

si Boss udah jatuh cintong ya ternyata🤣😅 sedari awal dah cori cori choke cupke🤣🤣

2023-03-25

0

☠ᵏᵋᶜᶟ ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔🍾⃝𝚀ͩuᷞεͧεᷠnͣ

☠ᵏᵋᶜᶟ ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔🍾⃝𝚀ͩuᷞεͧεᷠnͣ

wahh apa rencana bagas ya, jadi gak sabar wehh

2023-03-25

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Tangisan bayi, Flasback
2 Bab 2: Dunia Pabrik
3 Bab 3: Ditengah Alas, Rumah itu
4 Bab 4: Waktu yang Berlalu
5 Bab 5: Alasan Klasik
6 Bab 6: Usaha Bagas, Rumah Asma
7 Bab 7: Mencari Alasan lagi
8 Bab 8: TANGGUNG JAWAB PENJEMPUTAN
9 Bab 9: Alun-alun Kota
10 Bab 10: Menjauh dari KehidupanKu
11 Bab 11: Rey ketiduran, Pagi Kebenaran
12 Bab 12: Pencarian Kebenaran
13 Bab 13: Kesendirian berujung Lamaran
14 Bab 14: Jika Jodoh, Doa Kita Se-Amin
15 Bab 15: Ikrar Janji Suci berteman Senja
16 Bab 16: Malam Pertama, Video Call?
17 Bab 17: Makan Malam, Diam
18 Bab 18: Ujian Malam Pertama
19 Bab 19: Aroma Cinta Halal
20 Bab 20: Treatment By Tuan Kulkas
21 Bab 21: Awal Mula, Karena Ponsel
22 Bab 22: KELUARGA
23 Bab 23: KELUARGA II
24 Bab 24: KELUARGA III
25 Bab 25: Berjalan Lancar, Satu Pertanyaan
26 Bab 26: Hanya tentang Emosi
27 Bab 27: Perpisahan itu Nyata
28 Bab 28: Sederhana, tetapi Rumit
29 Bab 29: Babak Baru Kehidupan
30 Bab 30: Makam Malam rasa Kuburan
31 Bab 31: SORRY
32 Bab 32: Nyata, dibilang Drama
33 Bab 33: Rasa Takut
34 Bab 34: Secercah Cahaya
35 Bab 35: Tanggung Jawab
36 Bab 36: Sudah Cukup?
37 Bab 37: END
38 Bab 38: Sepenggal Kenangan
39 Bab 39: Seperti Itu
40 Bab 40: Menu Makanan
41 Bab 41: Penjelasan Bagas, Keputusan Rey
42 Bab 42: Saudara Sepupu
43 Bab 43: Saudara Sepupu II
44 Bab 44: KOMPROMI
45 Bab 45: Sajak Resepsi
46 Bab 46: Syarat Menjebak, Deal?
47 Bab 47: Impian dan Perjuangan
48 Bab 48: MAKAN MALAM BERSAMA
49 Bab 49: Asma Ngambek, Rey Kelabakan
50 Bab 50: HUKUMAN
51 Bab 51: KELUARGA
52 Bab 52: Lamunan Bagas, Duduk Bersama
53 Bab 53: Penasaran yang Serentak
54 Bab 54: Masalah?
55 Bab 55: Mengatur atau Diatur?
56 Bab 56: Keraguan Bagas Atas Pilihannya
57 Bab 57: Calling Lucky
58 Bab 58: Ifii Vs Nau
59 Bab 59: Ternyata Begitu...
60 Bab 60: Pemikiran, Sistem Simbiosis
61 Bab 61: Sadar diri?
62 Bab 62: Sadar Diri! Posesif
63 Bab 63: Flasback ~ Tanda Tanya
64 Bab 64: Support Pertanyaan
65 Bab 65: Keputusan Final, Karena Novel?
66 Bab 66: Tekanan Bagas, Pertemuan
67 Bab 67: Keputusan Final
68 Bab 68: Lorong Pertemuan
69 Bab 69: Kesalahpahaman
70 Bab 70: Ifii Sabar, Butterfly
71 Bab 71: Tentang Elora
72 Bab 72: Diam? Pertanyaan
73 Bab 73: Dilema...
74 Bab 74: INSIDEN
75 Bab 75: Alibi Bagas, Canggung
76 Bab 76: REKAMAN
77 Bab 77: Asma with Fay
78 Bab 78: Ide Nau? Obrolan Seru
79 Bab 79: Rey with Bagas
80 Bab 80: Prinsip?
81 Bab 81: Hadiah?
82 Bab 82: Rumah Mewah
83 Bab 83: Nginep?
84 Bab 84: Di tengah Rasa Penasaran
85 Bab 85: Bibit Pelakor, Tamu
86 Bab 86: Jovanka Ileana Humeera
87 Bab 87: Makan Malam
88 Bab 88: Akhir dari Salah Paham
89 Bab 89: Kepentok Masalah
90 Bab 90: Karena Jovanka
91 Bab 91: Kisah Milik Axel, Squash?
92 Bab 92: Gadis MINIM Harga Diri
93 Bab 93: Ending Suketi
94 Bab 94: Masalah Bisnis?
95 Bab 95: Kebiasaan Buruk
96 Bab 96: Paket Suasana Lengkap
97 Bab 97: Bisnis is Bisnis
98 Bab 98: Setuju dengan Syarat, Kehilangan Akal
99 Bab 99: Tantangan? Wanita lain.
100 Bab 100: Konsekuensi? Persetujuan
101 Bab 101: Kemesraan, Pertanyaan?
102 Bab 102: Cafe Hause Rooftop JakSel
103 Bab 103:Pelakor teriak Pelakor
104 Bab 104: Speechless, Teman yang Waras
105 Bab 105: Si PeKo
106 Bab 106: Sama-sama Dingin
107 Bab 107: Klarifikasi Rey, Tuan Pemarah
108 Bab 108: Ditengah Malam
109 Bab 109: Persetujuan, Pertanyaan
110 Bab 110: Dua Pertemuan Berbeda
111 Bab 111: Asma, Fay
112 Bab 112: Pertemuan Pertama
113 Bab 113: El
114 Bab 114: RA Company's
115 Bab 115: BERSYARAT
116 Bab 116: Mode Kalem
117 Bab 117: Rey Berpikir Ulang
118 Bab 118: Ayah dan Anak
119 Bab 119: Waktu tlah Berlalu
120 Bab 120: Permintaan Sang Adik
121 Bab 121: PASUTRI
122 Bab 122: Belum Dimulai
123 Bab 123: RESEPSI
124 Bab 124: RESEPSI II
125 Bab 125: Jodoh?
126 Bab 126: KEBERSAMAAN
127 Bab 127: Ratu Drama
128 Bab 128: Tiga Keputusan Para Pria
129 Bab 129: Ternyata ...
130 Bab 130: Cinta?
131 Bab 131: Saudara?
132 Bab 132: Salah Waktu
133 Bab 133: Antara Andreas dan Elora
134 Bab 134: Jalan Sesat
135 Bab 135: Cafe Outdoor
136 Bab 136: Masih Di Cafe
137 Bab 137: Nau Vs Ifii
138 Bab 138: Star Light Dream Party
139 Bab 139: Suasana Hati atau Pesta?
140 Emergency Time
141 Bab 140: Masa Lalu yang Terdampar
142 Bab 141: Diamnya Rey, Dua Insan
143 Bab 142: Keraguan, Lagi
144 Bab 143: Cafe Rooftop
145 Bab 144: Dua Sisi Cerita
146 Bab 145: Kalingga Keras Kepala
147 Bab 146: SADAR
148 Bab 147: Bayaran Kontan
149 Bab 148: Ego yang Diabaikan
150 Bab 149: Juan dan Baby
151 Bab 150: Drama Perkenalan
152 Bab 151: Pengakuan Baby
153 Bab 152: Saling Menasehati
154 Bab 153: Kendrick Al Zafran
155 Bab 154: Memilih Pergi
156 Bab 155: Plan in KASHMIR
157 Bab 156: Mengawali Honeymoon
158 Bab 157: Seindah Waktu
159 Bab 158: Tanya Jawab, Karena Kulfi
160 Bab 159: Perjalanan Hati
161 Bab 160:Penjelasan Rey
162 Bab 161: End-Perpisahan
163 Promo Novel
Episodes

Updated 163 Episodes

1
Bab 1: Tangisan bayi, Flasback
2
Bab 2: Dunia Pabrik
3
Bab 3: Ditengah Alas, Rumah itu
4
Bab 4: Waktu yang Berlalu
5
Bab 5: Alasan Klasik
6
Bab 6: Usaha Bagas, Rumah Asma
7
Bab 7: Mencari Alasan lagi
8
Bab 8: TANGGUNG JAWAB PENJEMPUTAN
9
Bab 9: Alun-alun Kota
10
Bab 10: Menjauh dari KehidupanKu
11
Bab 11: Rey ketiduran, Pagi Kebenaran
12
Bab 12: Pencarian Kebenaran
13
Bab 13: Kesendirian berujung Lamaran
14
Bab 14: Jika Jodoh, Doa Kita Se-Amin
15
Bab 15: Ikrar Janji Suci berteman Senja
16
Bab 16: Malam Pertama, Video Call?
17
Bab 17: Makan Malam, Diam
18
Bab 18: Ujian Malam Pertama
19
Bab 19: Aroma Cinta Halal
20
Bab 20: Treatment By Tuan Kulkas
21
Bab 21: Awal Mula, Karena Ponsel
22
Bab 22: KELUARGA
23
Bab 23: KELUARGA II
24
Bab 24: KELUARGA III
25
Bab 25: Berjalan Lancar, Satu Pertanyaan
26
Bab 26: Hanya tentang Emosi
27
Bab 27: Perpisahan itu Nyata
28
Bab 28: Sederhana, tetapi Rumit
29
Bab 29: Babak Baru Kehidupan
30
Bab 30: Makam Malam rasa Kuburan
31
Bab 31: SORRY
32
Bab 32: Nyata, dibilang Drama
33
Bab 33: Rasa Takut
34
Bab 34: Secercah Cahaya
35
Bab 35: Tanggung Jawab
36
Bab 36: Sudah Cukup?
37
Bab 37: END
38
Bab 38: Sepenggal Kenangan
39
Bab 39: Seperti Itu
40
Bab 40: Menu Makanan
41
Bab 41: Penjelasan Bagas, Keputusan Rey
42
Bab 42: Saudara Sepupu
43
Bab 43: Saudara Sepupu II
44
Bab 44: KOMPROMI
45
Bab 45: Sajak Resepsi
46
Bab 46: Syarat Menjebak, Deal?
47
Bab 47: Impian dan Perjuangan
48
Bab 48: MAKAN MALAM BERSAMA
49
Bab 49: Asma Ngambek, Rey Kelabakan
50
Bab 50: HUKUMAN
51
Bab 51: KELUARGA
52
Bab 52: Lamunan Bagas, Duduk Bersama
53
Bab 53: Penasaran yang Serentak
54
Bab 54: Masalah?
55
Bab 55: Mengatur atau Diatur?
56
Bab 56: Keraguan Bagas Atas Pilihannya
57
Bab 57: Calling Lucky
58
Bab 58: Ifii Vs Nau
59
Bab 59: Ternyata Begitu...
60
Bab 60: Pemikiran, Sistem Simbiosis
61
Bab 61: Sadar diri?
62
Bab 62: Sadar Diri! Posesif
63
Bab 63: Flasback ~ Tanda Tanya
64
Bab 64: Support Pertanyaan
65
Bab 65: Keputusan Final, Karena Novel?
66
Bab 66: Tekanan Bagas, Pertemuan
67
Bab 67: Keputusan Final
68
Bab 68: Lorong Pertemuan
69
Bab 69: Kesalahpahaman
70
Bab 70: Ifii Sabar, Butterfly
71
Bab 71: Tentang Elora
72
Bab 72: Diam? Pertanyaan
73
Bab 73: Dilema...
74
Bab 74: INSIDEN
75
Bab 75: Alibi Bagas, Canggung
76
Bab 76: REKAMAN
77
Bab 77: Asma with Fay
78
Bab 78: Ide Nau? Obrolan Seru
79
Bab 79: Rey with Bagas
80
Bab 80: Prinsip?
81
Bab 81: Hadiah?
82
Bab 82: Rumah Mewah
83
Bab 83: Nginep?
84
Bab 84: Di tengah Rasa Penasaran
85
Bab 85: Bibit Pelakor, Tamu
86
Bab 86: Jovanka Ileana Humeera
87
Bab 87: Makan Malam
88
Bab 88: Akhir dari Salah Paham
89
Bab 89: Kepentok Masalah
90
Bab 90: Karena Jovanka
91
Bab 91: Kisah Milik Axel, Squash?
92
Bab 92: Gadis MINIM Harga Diri
93
Bab 93: Ending Suketi
94
Bab 94: Masalah Bisnis?
95
Bab 95: Kebiasaan Buruk
96
Bab 96: Paket Suasana Lengkap
97
Bab 97: Bisnis is Bisnis
98
Bab 98: Setuju dengan Syarat, Kehilangan Akal
99
Bab 99: Tantangan? Wanita lain.
100
Bab 100: Konsekuensi? Persetujuan
101
Bab 101: Kemesraan, Pertanyaan?
102
Bab 102: Cafe Hause Rooftop JakSel
103
Bab 103:Pelakor teriak Pelakor
104
Bab 104: Speechless, Teman yang Waras
105
Bab 105: Si PeKo
106
Bab 106: Sama-sama Dingin
107
Bab 107: Klarifikasi Rey, Tuan Pemarah
108
Bab 108: Ditengah Malam
109
Bab 109: Persetujuan, Pertanyaan
110
Bab 110: Dua Pertemuan Berbeda
111
Bab 111: Asma, Fay
112
Bab 112: Pertemuan Pertama
113
Bab 113: El
114
Bab 114: RA Company's
115
Bab 115: BERSYARAT
116
Bab 116: Mode Kalem
117
Bab 117: Rey Berpikir Ulang
118
Bab 118: Ayah dan Anak
119
Bab 119: Waktu tlah Berlalu
120
Bab 120: Permintaan Sang Adik
121
Bab 121: PASUTRI
122
Bab 122: Belum Dimulai
123
Bab 123: RESEPSI
124
Bab 124: RESEPSI II
125
Bab 125: Jodoh?
126
Bab 126: KEBERSAMAAN
127
Bab 127: Ratu Drama
128
Bab 128: Tiga Keputusan Para Pria
129
Bab 129: Ternyata ...
130
Bab 130: Cinta?
131
Bab 131: Saudara?
132
Bab 132: Salah Waktu
133
Bab 133: Antara Andreas dan Elora
134
Bab 134: Jalan Sesat
135
Bab 135: Cafe Outdoor
136
Bab 136: Masih Di Cafe
137
Bab 137: Nau Vs Ifii
138
Bab 138: Star Light Dream Party
139
Bab 139: Suasana Hati atau Pesta?
140
Emergency Time
141
Bab 140: Masa Lalu yang Terdampar
142
Bab 141: Diamnya Rey, Dua Insan
143
Bab 142: Keraguan, Lagi
144
Bab 143: Cafe Rooftop
145
Bab 144: Dua Sisi Cerita
146
Bab 145: Kalingga Keras Kepala
147
Bab 146: SADAR
148
Bab 147: Bayaran Kontan
149
Bab 148: Ego yang Diabaikan
150
Bab 149: Juan dan Baby
151
Bab 150: Drama Perkenalan
152
Bab 151: Pengakuan Baby
153
Bab 152: Saling Menasehati
154
Bab 153: Kendrick Al Zafran
155
Bab 154: Memilih Pergi
156
Bab 155: Plan in KASHMIR
157
Bab 156: Mengawali Honeymoon
158
Bab 157: Seindah Waktu
159
Bab 158: Tanya Jawab, Karena Kulfi
160
Bab 159: Perjalanan Hati
161
Bab 160:Penjelasan Rey
162
Bab 161: End-Perpisahan
163
Promo Novel

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!