Permintaan

Abila keluar dari kamarnya sembari membawa sejumlah uang di dalam koper dan mengenakan pakaian yang sepertinya sudah disiapkan juga oleh pria tua tersebut untuk dirinya.

Gadis itu berniat mengembalikan uang itu, sebab ia merasa dirinya direndahkan dan disamakan seperti seorang wanita malam yang habis melayani langsung dibayar dengan uang.

"Emang cowok biadab! Gue sumpahin lu kena sial!" umpat Abila pelan.

Ia pun menghampiri salah satu pelayan di tempat itu untuk bertanya mengenai lelaki yang semalam menidurinya secara sadar.

"Mas, permisi! Boleh gak saya tanya sesuatu sama mas?" ucap Abila meminta izin.

"Eh iya iya kak, ada apa ya?" pelayan itu berbalik dan tersenyum ke arah Abila.

"Begini, semalam kan saya dibawa ke kamar sama seseorang. Nah kira-kira masnya tau gak siapa orang itu? Dia sih katanya sering datang ke bar ini, mungkin mas kenal sama orang itu karena mas kan pelayan disini," ucap Abila.

"Ohh, iya kak saya lumayan kenal kok. Itu namanya tuan Raden Antonio, beliau pelanggan setia di bar kami. Memangnya kenapa ya kak?" ucap si pelayan.

"Syukurlah! Kalo gitu apa saya bisa titipkan uang ini ke mas buat dikasih ke dia?" ujar Abila.

"Hah? Uang kak? Waduh, saya gak berani pegang uang sebanyak itu kak! Lagian emang itu uang buat apa kak?" kaget pelayan itu.

"Saya juga gak tahu, tiba-tiba tadi di kamar ada uang ini. Saya rasa ini milik om Raden yang tertinggal, saya titip disini ya mas?" ucap Abila.

"Wah gak bisa kak, saya beneran deh takut banget kalau pegang uang sebanyak ini. Saya khawatir gak bisa tahan diri," ucap pelayan itu.

"Eee kan bisa dikasih ke manager atau pelayan lainnya di bar ini," usul Abila.

"Tetap kak saya gak berani, lebih baik uangnya dipegang aja sama kakak dulu!" ucap pelayan itu.

"Justru itu, saya juga gak mau pegang uang ini. Menurut saya, saya gak punya hak atas uang ini. Tolong ya mas, uangnya disimpan dulu disini! Barangkali nanti om Raden balik lagi kesini," pinta Abila.

"Eee gimana ya kak? Masalahnya saya gak berani ambil keputusan sendiri kak, takut saya kena masalah nanti," ucap pelayan itu.

"Duh ribet amat sih! Yaudah, uangnya saya bawa aja. Terimakasih, permisi!" ketus Abila kesal.

Abila pun beranjak pergi meninggalkan bar tersebut membawa koper berisi uang itu di tangannya, meskipun ia sangat tidak mau menggunakan uang itu.

"Gue harus cari tuh orang kemana ya?" batinnya.

Akhirnya gadis itu berbalik dan kembali menemui pelayan yang tadi setelah ia terpikirkan sesuatu.

"Eh mas, saya boleh nanya lagi gak?" ujar Abila.

"Ya, ada apa lagi kak?" tanya pelayan itu.

"Masnya tau gak dimana alamat om Raden?" ucap Abila.

"Waduh, kalau itu sih saya kurang tahu kak! Maaf ya!" ucap si pelayan.

"Yah terus gimana dong saya cari om Raden?" ujar Abila keheranan.

"Coba aja kakaknya cari di sekitaran sini, barangkali bisa ketemu sama tuan Raden," usul pelayan itu.

"Haish, yaudah saya permisi lagi," ucap Abila.

"Silahkan kak!" pelayan itu memberi jalan.

Abila pun melangkah keluar tempat tersebut dengan wajah kesal, ia masih tak tahu harus mencari Raden kemana lagi.

"Nyusahin banget tuh orang!" geramnya.

Tiba-tiba saja, seorang wanita menyusul keluar dan menyela obrolan mereka.

"Kata siapa aku kangen kamu?"

Raden sontak menoleh ke asal suara, ya disana sudah berdiri sosok wanita cantik yang tak lain ialah mantan istrinya, yakni Maura.

"Maura, kamu gak perlu malu buat mengakui kalau kamu kangen sama aku!" goda Raden.

"Cukup ya Raden! Udah yuk Enzo kita masuk! Kamu udah puas kan ketemu papanya? Sekarang biarin papa kamu pergi buat kerja, kita siap-siap pergi ke sekolah sayang!" bujuk Maura.

"Ih gak mau ma, aku masih mau sama papa. Aku juga mau diantar ke sekolah sama mama sama papa," rengek Enzo.

"Enggak ya Enzo, jangan manja! Kamu tau kan mama gak suka anak yang manja? Sekarang masuk dan beres-beres!" tegas Maura.

Enzo cemberut lalu menunduk sedih.

"Jagoan, jangan sedih dong! Dengerin apa kata mama, biar kamu bisa jadi anak yang berbakti!" ucap Raden membujuk putranya.

"Tapi pa, aku masih mau sama papa tau," ucap Enzo.

"Eee gini aja deh, papa janji nanti siang papa bakal datang lagi kesini buat ajak Enzo jalan-jalan! Gimana? Setuju gak?" usul Raden.

"Yang bener pa? Kalo gitu aku setuju!" jawab Enzo antusias.

"Bagus! Yaudah, sekarang Enzo masuk dulu ya? Nanti siang kita ketemu lagi, okay?" ucap Raden.

"Oke pa, bye bye!" Enzo melambaikan tangannya dan melangkah masuk ke dalam rumah.

Disaat Maura berniat menyusul putranya, tiba-tiba Raden justru memanggilnya dan membuat langkahnya terhenti.

"Maura tunggu!" ucap Raden.

Maura menoleh sinis, dia masih menyimpan dendam pada pria di depannya itu.

"Bisa kita bicara sebentar?" ucap Raden meminta izin.

"Kamu mau bicara apa lagi sih? Aku gak punya banyak waktu ya buat ladenin kamu," sinis Maura.

"Jangan galak-galak dong! Nanti cantiknya ilang loh," goda Raden.

"Gak lucu! Udah cepetan mau bicara apa! Aku harus urusin Enzo yang mau berangkat sekolah," ucap Maura ketus.

"Ya ya, saya cuma minta waktunya sebentar doang. Ayo kita bicara di taman samping!" ajak Raden.

Maura mendengus pelan, lalu mengiyakan ajakan pria itu dan menuruni tangga mendekat ke mantan suaminya.

"Yuk!" tanpa diduga, Raden menggandeng tangan Maura dan mengajaknya pergi.

"Gausah gandengan tangan bisa kan?" pinta Maura yang langsung menghentakkan tangan pria itu.

"Kenapa sih? Udah lama loh kita gak kayak gini," ucap Raden kecewa.

"Kita udah bukan suami-istri lagi, kamu harus tahu batasan kamu mas!" sentak Maura.

"Okay, aku sadar aku bukan suami kamu lagi. Kalo gitu kita ke taman sekarang yuk, nanti keburu siang terus panas loh!" ucap Raden.

"Yaudah, kamu jangan macam-macam lagi!" ucap Maura mengingatkan.

Raden manggut-manggut pelan, kemudian mempersilahkan Maura jalan lebih dulu menuju taman dengan ia mengikuti dari belakang.

Sesampainya disana, keduanya langsung terduduk di kursi panjang yang dahulu seringkali dijadikan tempat bermesraan bagi mereka.

"Udah lama ya kita gak berduaan disini? Kangen rasanya momen-momen itu," ucap Raden.

"Gausah basa-basi, kamu mau ngomong apa? Aku udah bilang aku gak punya banyak waktu, tolong jangan bikin aku kesel!" pinta Maura.

"Iya iya, kamu galak amat sih!" ucap Raden.

"Terus kamu mau apa mas?" tanya Maura lagi.

"Aku cuma pengen kamu izinin aku buat bawa Enzo pulang ke rumah aku," jawab Raden.

Deg!

Jantung Maura serasa berhenti berdetak mendengar permintaan mantan suaminya itu.

...~Bersambung~...

...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!