Samuel terus menatap Alenka yang nampak gugup. Mereka berdua hanya membisu di dalam ruangan Samuel. Namun Alenka yang tak betah kebisuan ini langsung bertanya. "Jadi kapan bapak akan bertanya mengenai hasil karya saya?" tanya Alenka memecah keheningan.
"Harus ya sampai sesopan itu?" tanya Samuel terus menatap Alenka dengan tajam.
"Harus dong, karena taruhannya proyek ratusan juta." jawab Alenka mulai tenang.
"Silahkan bapak bertanya seputar 'Bintang dan Bulan Ditangan'! Saya harus segera balik ke kantor." kata Alenka.
"Gimana kabar kamu? Apa kamu bahagia setelah ninggalin aku gitu aja?" Samuel tidak menyinggung soal pekerjaan. Akan tetapi, dia mulai membahas masa lalu mereka.
"Maaf pak, saya kesini untuk jawaban bapak. Apakah bapak setuju bekerja sama atau tidak? Kalau bapak tidak setuju, saya akan segera kembali ke kantor." kata Alenka. Ia tidak mau mengungkit mengenai masa lalunya.
"Saya setuju, dan akan naikin nilai kontraknya. Asal dengan satu syarat. Nanti malam temui aku di kafe Bintang jam 7 malam!"
"Bawa kontraknya sekalian!" imbuh Samuel.
Entah apa yang ingin Samuel lakukan. Tapi menurut Alenka, ia sedang mempermainkan Alenka. "Muel, tolong dong jangan mempersulit saya! Kamu tinggal bilang setuju atau nggak!" Alenka mulai kehilangan kesabaran.
"Jadi itu tergantung kamu. Jika kamu datang, aku akan tanda tangan kontrak. Kalau nggak, ya biarin aku cari klien lain." kata Samuel lagi.
"Kamu masih ingat panggilan kesayangan kamu ke aku?" Samuel tersenyum bahagia karena Alenka masih ingat panggilan kesayangan Alenka untuk Samuel dulu.
Alenka menghela nafasnya. Dia kembali mengatur perasaan dan emosionalnya. Karena dia ingat proyek ini bernilai ratusan juta. "Pak Samuel, saya mohon bapak profesional!" kata Alenka.
"Kamu nggak pernah tahu seberapa bahagianya aku ketemu lagi sama kamu." kata Samuel yang membuat Alenka hampir frustasi.
Tiba-tiba Samuel menyodorkan ponselnya ke depan Alenka. "Tulis nomer kamu!"
Alenka yang tidak bisa lagi menahan segera bangkit. "Kalau tidak ada lagi yang ingin dikatakan, saya permisi karena saya masih banyak pekerjaan." katanya.
Alenka lalu berbalik badan. Namun dengan cepat Samuel memeluknya dari belakang tanpa mengatakan apapun. Hanya memeluk Alenka.
Cukup lama keduanya bernostalgia tanpa mengatakan apapun. "Kenapa kamu ninggalin aku dulu?" lirih Samuel, tepat ditelinga Alenka.
Tiba-tiba Alenka tak bisa mengendalikan perasaannya. Dia meronta, meminta agar Samuel melepaskannya. "Lepasin saya!" kata Alenka dengan nada bicara marah. Entah apa yang membuatnya begitu emosional.
Karena Samuel hanya bertanya kenapa dia meninggalkan Samuel dulu. Sepertinya ada cerita yang belum usai dari mereka berdua.
"Kenapa kamu putusin aku begitu saja tanpa penjelasan?" tanya Samuel lagi.
"Saya bilang lepaskan! Atau saya akan berteriak." Alenka masih tidak mau menjawab pertanyaan Samuel. Tapi dia terlihat begitu sangat marah.
"Aku sudah tidak peduli lagi dengan alasan kamu yang itu. Yang jelas, aku sekarang bahagia karena bisa bertemu dengan kamu lagi." imbuh Samuel tanpa mau melepaskan Alenka. Meskipun Alenka meronta, tapi Samuel semakin erat memeluk Alenka.
Tok.. Tok.. Tok..
Barulah saat ada seseorang yang mengetuk pintu ruangannya. Samuel baru mau melepaskan Alenka. "Biar diantar sopir!" katanya begitu perhatian kepada Alenka.
"Nggak perlu." jawab Alenka ketus.
"Jangan lupa nanti malam jam 7 di kafe Bintang. Kafe favorit kita dulu." tutur Samuel.
"Masuk!" serunya mempersilahkan orang yang ada di depan pintu ruangannya untuk masuk.
Sementara Alenka segera pergi begitu saja tanpa berpamitan. "Jangan lupa!" seru Samuel, namun Alenka bahkan tidak menoleh sama sekali.
Saat itu, Alenka berpapasan dengan Ardilla, sekretaris Samuel. Ia melirik Alenka dengan sinis karena sikap tidak sopannya terhadap Samuel. Namun, hanya sebatas itu saja. Karena dia melihat bos-nya tidak masalah dengan sikap Alenka tersebut.
"Itu tadi perwakilan dari Future Design bos?" Ardilla bertanya sembari menunjuk Alenka yang berjalan meninggalkan kantor Samuel.
"Iya. Kamu siapin kontrak dengan Future Design! Malam ini kita akan resmi bekerja sama dengan mereka." perintah Samuel.
"Untuk perhiasaan yang akan jadi mahar pernikahan bos?" Samuel menganggukan kepalanya pelan.
"Tapi kamu harus rahasiakan pernikahan aku dari siapapun termasuk klien kita, Future Design!"
"Iya bos." Ardilla tak mengerti kenapa Samuel ingin menyembunyikan pernikahannya. Apakah karena dlpernikahan itu adalah sebuah perjodohan. Namun sebagai karyawan, Ardilla tidak ingin kepo terlalu jauh. Tugasnya hanya nuruti apa kata bos.
"Yoga kemana?"
"Yuhuu... Aku disini.." tiba-tiba seorang lelaki masuk ke ruangannya dengan gaya trendy dan kemelinthi.
"Darimana aja?" tanya Samuel dengan kesal.
"Kamu kan nyuruh aku buat cari sarapan. Gimana sih?" gerutu Yoga.
Ya, demi memiliki waktu berdua dengan Alenka. Samuel meminta Yoga untuk membelikan dia sarapan. Padahal itu hanyalah trik Samuel agar supaya Yoga pergi dan dia memiliki waktu berdua dengan Alenka.
"Lama banget.."
"Tadi aku ketemu cewek cantik banget di kafe. Biasalah, kenalan dulu." jawab Yoga.
Dia dan Samuel memang sangat akrab. Karena keduanya sahabat waktu kuliah di luar negeri.
"Cewek mulu.."
"Lah aku kan normal, emang kamu, batu es.." olok Yoga.
"Aku heran sama kamu. Kamu kan ganteng, tajir, keren, tapi kenapa sama sekali aku belum pernah lihat kamu pacaran? Kamu suka cewek atau nggak sih?" tanya Yoga yang membuat Ardilla tersenyum.
"Bener nggak Dil? Kamu sudah berapa tahun kerja sama Samuel? Kamu pernah lihat dia deket cewek? Paling deket kalau lagi butuh bantuan." imbuh Yoga yang benar-benar bingung dengan Samuel.
Sementara Ardilla hanya tersenyum kecil tanpa berani menjawab pertanyaan Yoga. Dia memang lama ikut Samuel, tapi dia tidak seberani Yoga yang suka ngomong ceplas ceplos.
"Nggak. Aku sukanya sama kamu." jawab Samuel membuat Yoga histeris.
"Eh anj*r, aku masih normal c*k.." serunya sembari bergidik.
"Jangan ngadi-ngadi deh!"
"Habisnya gimana, kamu ganteng sih.." kata Samuel lagi sembari mencolek dagu Yoga membuat Yoga kembali histeris. Dia bahkan berteriak-teriak tidak jelas.
"Samuel, jangan gila!!"
"Aku emang tergila-gila sama kamu." Yoga yang merasa jijik segera meletakan bungkusan makanan yang dia bawa ke atas meja kerja Samuel. Ia segera berlari keluar dari ruangan Samuel.
"Hi..." Yoga merinding dan segera melarikan diri.
Apa yang Yoga lakukan itu membuat Ardilla ngakak. Dia merasa memiliki hiburan. Sedangkan Samuel hanya tersenyum kecil saja saat melihat Yoga bergidik dan ngomel.
"Kalau gitu aku pamit dulu, bos!" pamit Ardilla sembari menahan senyumnya.
"Ya. Jangan lupa kontrak kita dengan Future Design harus selesai sore ini!" Samuel kembali mengingatkan.
"Baik bos." setelah itu Ardilla keluar dari ruangan Samuel.
Samuel duduk di kursi kerjanya. Pikirannya masih teringat ekspresi wajah Alenka tadi. Wajah itu lah yang sampai detik ini tak bisa Samuel lupakan.
Namun, ada satu hal yang terus mengganggu pikiran Samuel. Ialah, alasan kenapa Alenka memutuskan dirinya melalui pesan singkat dan tanpa kejelasan. Padahal dia berjanji akan menunggu Samuel sampai selesai kuliah dan kembali.
Samuel juga bingung, kenapa Alenka bisa terlihat emosional ketika dia menanyakan apa alasan Alenka memutuskan hubungan mereka secara tiba-tiba dan tanpa penjelasan.
Senyuman sinis mengembang diwajah tampannya. "Aku pastiin kamu akan merasakan apa yang aku rasakan dulu, bahkan lebih sakit." gumamnya sembari tersenyum sinis. Samuel juga memegangi dadanya yang kembali terasa seperti tertusuk. Sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments