2. Bab 2

"Al, dipanggil pak Andreas." Maya, sekretaris Andreas turun ke ruanga Alenka secara khusus untuk memanggilnya.

"Mamp*s.." lirihnya.

"Kak Maya, bilangin ke pak Andreas kalau aku belum siap. Kapan-kapan aja aku ikutnya." katanya dengan gugup.

Namun Maya hanya tersenyum dan tetap memaksa Alenka untuk segera ikut meeting. "Ayo buruan! Pak Andreas udah nunggu." katanya.

"Tapi kak.." Maya terus menarik tangan Alenka.

"Kata pak Andreas, kalau kamu nolak, gaji kamu akan dipotong lima puluh persen selama satu tahun, karena berani menolak perintah bos." imbuh Maya menakut-nakuti Alenka.

"What? Peraturan darimana tuh?" Alenka menjadi kesal.

"Makanya, yuk buruan!" Maya terus menarik tangan Alenka, membawanya ke lobbi dimana bos mereka telah menunggu.

"Kak, aku gugup banget.." kata Alenka.

"Udah nggak apa-apa. Klien kita kali ini emang dingin dan tegas. Tapi dia juga sangat tertarik dengan hasil desain kamu. Baru saja pak Andreas mengirim gambar kamu melalui email. Klien kita sangat tertarik, dia ingin ketemu kamu langsung." Maya menjelaskan.

Kebetulan sekali, Andreas memang berniat untuk mengajak Alenka untuk presentasi. Tapi kliennya juga ingin bertemu langsung dengan Alenka.

"Ayo nggak apa-apa.." Maya masih terus menarik Alenka karena Alenka selalu berusaha kabur.

"Kamu mau gaji kamu dipotong selama satu tahun?" Alenka menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Makanya ayo!" imbuh Maya yang tidak melepaskan tangan Alenka karena takut Alenka akan kabur.

"Tapi kak Maya nanti bantuin aku ya!" pinta Alenka.

"Aku nggak ikut. Kamu cuma sama pak Andreas saja." jawab Maya yang tentunya membuat Alenka semakin gugup.

"Kalau gitu aku juga nggak mau." jawab Alenka cepat.

Namun Maya terus menariknya. Sembari sedikit mengolok Alenka. "Masa seorang Alenka yang bisa selesaiin masalah orang lain dengan adu argumen, bisa takut presentasi?" olok Maya.

"Ini beda kak. Ini taruhannya laba ratusan juta loh."

Alenka kembali hendak kabur. Tapi dengan cepat Maya menahannya lagi.

"Buruan!" seru Andreas saat melihat Alenka dan Maya mendekat.

"Bos, saya belum siap, saya gugup." kata Alenka.

"Nggak apa-apa, kita cuma makan siang sekalian kamu jelasin arti dari desain kamu." kata Andreas menenangkan Alenka.

"Kenapa nggak ajak kak Maya aja? Saya bisa jelasin ke kak Maya arti desain saya." namun Andreas tak menjawab. Dia menarik tangan Alenka dan membawanya ke mobil.

"Kak,, kak Maya.." Alenka berusaha meronta.

"Udah sana. Semangat." Maya mengangkat tangannya memberi semangat untuk Alenka.

Maya salah satu rekan kerja yang gemes dengan tingkah laku konyol Alenka. Meskipun beda bagian, tapi mereka tetap bekerja dalam satu perusahaan. Maya juga terbilang cukup dekat dengan Alenka.

Di dalam mobil. Berulang kali Alenka *******-***** tangannya. Itu merupakan cara untuk membuatnya agak tenang. Dan dia bahkan sama sekali tidak berani berbicara.

Andreas yang melihat kegugupan Alenka justru tersenyum kecil. "Kenapa? Biasanya kamu sangat percaya diri, kenapa sekarang gugup?" tanyanya.

"Saya cuma takut aja bos kalau proyek ini gagal, kita akan rugi ratusan juta. Saya nggak bisa ganti rugi." jawab Alenka mencoba mengatur pernapasannya agar lebih tenang.

"Tenang aja, aku udah kirim sketsa desaine kamu ke klien, mereka sangat tertarik dan langsung setuju bekerja sama tapi mereka ingin ketemu kamu secara langsung." jawaban Andreas tersebut sedikit melegakan hati Alenka meskipun tangannya masih terlihat gemetar.

"Padahal di kantor kamu termasuk orang dengan kepercayaan diri diatas rata-rata, tapi bisa minder juga ya.." olok Andreas sembari tersenyum.

"Kan beda bos, di kantor, kita kan udah kenal duluan. Tapi ini klien bos, apalagi katanya klien kita ini sikapnya dingin dan sangat tegas. Kalau klien kita kayak bos sih saya nggak akam segugup ini."

Tetap saja, meskipun dia masih gugup bukan main. Tapi Alenka tetap bisa menebar pujian untuk bos-nya. Ia tahu cara mencari aman di dalam pekerjaan.

"Ngerayu seperti itu juga kalau kamu nolak ketemu klien hari ini, gaji kamu tetap dipotong selama setahun." ucap Andreas sembari tersenyum kecil dan tanpa menoleh ke Alenka karena dia fokus menyetir.

"Dih si bos mulai kelihatan sikap arogon kayak CEO-CEO di komik." celetuk Alenka yang membuat Andreas tak bisa menahan tawanya.

Andreas terbahak mendengar celetukan Alenka. Ya, Alenka adalah orang yang kalau ngomong suka ceplas ceplos. Bahkan itu dengan atasan sendiri. Namun, Andreas tak mempermasalahkan hal tersebut. Karena disatu sisi, Alenka adalah orang yang sangat bertanggung jawab dalam pekerjaan.

Sesekali, hidup memang perlu hiburan dan candaan. Orang-orang seperti Alenka inilah yang membuat warna dalam perjalanan hidup yang terkadang membosankan.

"Kamu berani ngomong kayak gitu ke aku, nggak takut dipecat? Aku bos loh.." tanya Andreas sembari berusaha menahan tawa.

"Meskipun anda bos, tapi anda kan bos yang baik hati, suka menolong, rajin menabung, ganteng lagi. Jadi anda pasti tahu kan kalau saya cuma bercanda." jawab Alenka dengan wajah imutnya. Ia juga mengedip-ngedipkan mata kecilnya di depan Andreas yang menatapnya sejenak.

Deg. Deg. Deg.

Entah kenapa, saat itu hati Andreas berdegup dengan cukup kencang. Mungkin bisa terdengar oleh Alenka karena saking kencangnya. Akan tetapi, Andreas masih bersikap biasa. Dia hanya tersenyum kecil sembari mengetuk kening Alenka menggunakan jari tengahnya.

"Si pintar ngerayu.." katanya.

"Aduh.." Alenka memegangi keningnya yang agak sakit karena ketukan Andreas.

"Nggak ngerayu bos, itu fakta. Bos tuh emang ganteng, makanya cewek-cewek itu sering nyariin bos ke kantor." Andreas kembali tersenyum. Dia benar-benar tak menyangka jika Alenka berani mengoloknya seperti itu. Tapi Andreas justru tidak marah malah terhibur.

"Kamu masih taruhan bola?"

"Masih dong bos. Hari ini saya menang banyak. Bos mau nggak saya traktir makan siang?"

"Kamu mau traktir aku?"

"Hemm.." Alenka dengan cepat menganggukan kepalanya.

"Tapi di kafe yang biasa aja, kalau di kafe yang mahal, saya nggak punya duit.." imbuhnya sembari nyengir.

Lagi dan lagi Andreas tersenyum mendengar perkataan Alenka. Namun, dia melihat bahwa Alenka sudah tidak lagi gugup.

Ciittt..

Mobil berhenti dan Andreas membuka tali pengamannya. "Yuk turun! Klien sudah menunggu kita." katanya.

Tangan Alenka kembali gemetaran. Namun, sudah sampai juga. Mau tidak mau dia harus turun. "Hah.. Ayo Al, kamu pasti bisa." Alenka menyemangati dirinya sendiri.

Andreas mengetuk kaca mobil samping Alenka. Dia ingin agar Alenka segera turun. "Buruan, klien sudah menunggu!" katanya dari luar mobil.

Alenka pun kembali mengatur detak jantungnya dan pernapasannya. Setelah itu dengan yakin dia keluar dari dalam mobil.

Matanya menyapu tempat yang digunakan untuk meeting. Sebuah kafe mewah yang cukup terkenal. Angin yang berhembus cukup kencang mengibaskan rambut Alenka yang panjang nan hitam.

Alenka berusaha memegangi rambutnya agar tidak berantakan. Di sebelahnya, ada bos-nya yang diam-diam menatapnya dengan lembut. Senyuman kecil menghiasi wajah tampannya dengan mata agak besar dan hidung yang kecil tapi mancung.

"Are you ready?"

"...Yes."

Alenka dan juga Andreas segera melangkan memasuki kafe dimana klien mereka telah menunggu. Alenka berulang kali mengatur perasaannya agar tidak terlalu gugup.

"You can do it!" kata Andreas.

Alenka hanya tersenyum kecil sembari menganggukan kepalanya. Semangat Alenka, kamu pasti bisa!

Terpopuler

Comments

Patrick Khan

Patrick Khan

.lanjut kak

2023-01-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!