Malam harinya, Alenka dandan dengan cantik. Dia memiliki misi dengan teman sekantornya. Tepat jam 8 malam, Alenka sampai di sebuah tempat dimana sebelumnya Raymon telah memberitahunya.
Dandan Alenka sungguh begitu cetar dan sangat cantik. Banyak mata yang menatapnya dengan kagum. Begitu juga Raymon yang kaget dengan penampilan menawan Alenka.
"Nj*r, kamu kalau dandan cantik juga ya ternyata?" katanya memuji kecantikan Alenka.
"Nggak usah banyak cincong, mana mantan kamu?"
"Bentar lagi dia datang."
Raymon mengajak Alenka untuk memesan makan terlebih dahulu. Sembari menunggu mantan Raymon yang belum juga datang.
Alenka makan dengan lahap. Lumayankan dia tak perlu mengeluarkan uang untuk makan malam. Ia begitu menikmati makanannya.
"Eh Ray, lo disini juga?" tanya seorang wanita bersama dengan pacarnya.
"Ini cewek lo?" tanya wanita itu lagi sembari tersenyum sinis. Dia seperti meledek Alenka yang sedang makan dengan rakus.
"Baru pedekate." jawab Raymon.
"Al, kenalin, ini temen aku, Santi."
"Eh sorry ya, gue nggak level kenalan sama dia. Kampungan." kata Santi menghina Alenka.
Saat itu Alenka yang sedang minum menjadi kaget. Jadi dia langsung menyemburkan minuman tersebut tepat ke wajah mantan kekasih Raymon. "Burrr... Eh sorry, sorry..." ucap Alenka. Dia emang sengaja melakukan itu karena kesal dengan mantan pacar Raymon tersebut.
"Hei.. Lo apa-apaan sih? Baju mahal gue..."
"Hei, maksud lo apa?" pacar Santi mendorong Alenka.
"Jangan dorong-dorong!" Raymon segera bangkit untuk membela Alenka.
"Pokoknya lo harus ganti baju gue!" seru Santi dengan kesal dan hampir menangis.
Alenka dengan segera melempar uang seratus ribuan dua lembar ke arah Santi. "Baju seratus dua lima, celana enam puluh ribu, belinya di toko orange. Kembaliannya buat bayar ongkir." kata Alenka kemudian mengajak Raymon untuk segera pergi.
Meskipun dia bukan orang kaya. Tapi Alenka tahu harga-harga fashion.
"Yuk kita belanja. Katanya kamu mau beliin aku tas yang harganya sepuluh juta itu? Jadi nggak?" Alenka sengaja bermanja dengan Raymon di depan Santi.
"Jadi dong."
"Hahaha.. Dia? Mau beliin lo tas seharaga sepuluh juta? Hahahah.. Mimpi. Duit darimana dia?" Santi menertawakan Raymon dan juga Alenka.
"Duit darimana? Ya duit dari dia kerja-lah. Emang kamu nggak tahu gaji dia? Tas sepuluh juta juga kecil bagi dia.." jawab Alenka.
"Hahahaha.. Dia aja hanya staff biasa, berapa gajinya? Jangan halu deh.."
"Kamu belum kasih tahu dia kalau kamu sekarang udah jadi manager? Jangan-jangan dia juga nggak tahu kalau kamu baru saja beli rumah?" tanya Alenka ke Raymon.
"Nggak perlu-lah kasih tahu dia. Nggak penting juga." jawab Raymon.
Santi membulatkan matanya. Dia sangat percaya dengan apa yang Alenka katakan karena aktingnya begitu sangat menjiwai dan sangat luar biasa.
"Bohong. Lo pasti bohong kan? Sejak kapan lo diangkat jadi manager?" tanya Santi kepada Raymon.
"Sudah sebulan yang lalu. Gue mau kasih surprise ke lo tapi lo udah ketahuan selingkuh duluan dan mutusin gue. Gue juga udah beli rumah untuk kita kelak. Tapi.. Ya sudahlah.." jawab Raymon. Aktingnya juga cukup menjanjikan.
"Ray..." Santi mulai terbawa suasana.
"Jadi kamu ngarepin dia?" pacar baru Santi mulai marah. Dia tidak terima dengan semuanya.
"Nggak gitu, aku hanya-"
"Udahlah, males." pacar Santi lalu pergi begitu saja meninggalkan Santi.
Sementara Raymon dan Alenka juga segera pergi dari tempat tersebut. Raymon sama sekali tidak menghiraukan panggilan Santi.
Namun di dalam mobil, Raymon hanya terdiam seperti banyak pikiran. "Kenapa bengong?" tanya Alenka yang ada disebelahnya.
"Aku keinget Santi. Dia kasihan juga." jawabnya.
"Yaelah. Kamu udah dihina, dikhianati masih aja kasihan. Yang harusnya dikasihani itu kamu." kata Alenka.
"Tapi Al, kamu lihat kan? Dia langsung ditinggalin gitu aja sama pacarnya. Kasihan tauk.."
"Bodo amat. Yang penting, mana bayaran aku!" Alenka mengulurkan tangan yang terbuka ke arah Raymon.
"Nj*r, ni anak nggak ada empatinya sama sekali." gerutu Raymon sembari memberikan sisa pembayaran untuk Alenka.
"Bodo amat. Tugasku hanya bantu kamu, bukan untuk bersimpati ke orang lain." jawab Alenka.
****
Pukul enam tiga puluh pagi. Drttt.. Drrttt. Ponsel Alenka berdering dan bergetar. Dengan mata yang masih lengket. Alenka mencari ponselnya diatas meja. "Siapa sih?" gumamnya dengan kesal karena suara itu mengganggu tidurnya.
"Ya.."
"Pak Samuel mengubah jadwal pertemuan. Dia ingin ketemu jam setengah sembilan." suara Andreas dari seberang telepon.
Alenka menatap jam dindingnya. Masih ada waktu dua jam lagi. Dia pun bernafas lega. "Ya bos.. Masih ada waktu dua jam, saya lanjut tidur lagi ya bos. Nanti bangunin lagi jam setengah delapan. Kata bos aku langsung ke kantor Muel eh pak Samuel kan?" kata Alenka masih dengan mata terpejam. Matanya terasa berat untuk terbuka.
"Bangun sekarang atau aku samperin ke kontrakan kamu!" paksa Andreas dari seberang telepon.
"Masih ngantuk bos.." Alenka tidak lagi menghiraukan telepon bos-nya tersebut. Matanya benar-benar masih sangat berat.
Sejam kemudian. Ponsel Alenka kembali berdering. Namun Alenka masih belum mau membuka matanya. Dia mematikan panggilan tersebut tanpa melihat siapa yang meneleponnya.
Lewat setengah jam kemudian. Barulah Alenka membuka matanya karena pintu kontrakannya di ketuk berulang kali.
Tok.. Tok... Tok.. Tok..
"Ya bentar." katanya masih dengan malas-malasan.
Dia membuka pintu dan betapa kagetnya dia saat melihat Andreas berdiri di depan pintu kontrakannya. "Bos?" gumamnya.
Andreas tidak menjawab hanya mengangkat tangannya menunjukan jam kepada Alenka. Alenka pun kembali terbelalak. "Ha? Jam delapan? Ini beneran bos?" tanyanya masih tak percaya.
Andreas pun membalik badan Alenka agar Alenka melihat ke arah jam dinding. Ternyata benar, jam menunjukan pukul delapan pagi. Maka melompatlah Alenka langsung ke kamar mandi. "Tunggu bentar bos." serunya.
Tak butuh waktu lama. Hanya sepuluh menit Alenka sudah selesai mandi. Ia lalu segera bersiap dengan pakaian kantor yang rapi.
Ternyata, Andreas masih menunggu Alenka di ruang tamu. Dia juga berulang kali menatap ke arah jam tangannya.
"Begadang lagi?"
"Hmm.. Liverpool main." jawab Alenka sembari bersiap memakai sepatu kerjanya. Alenka memakai sepatu dengan hak yang tidak terlalu tinggi. Yang penting nyaman dipakai.
"Bos kesini jemput saya kan?"
"Nggak. Aku kesini cuma mau mastiin kalau kamu pergi ke kantor pak Samuel. Kalau gitu aku ke kantor dulu." pamit Andreas membuat Alenka kembali gugup.
"Loh bos nggak ikut?" tanya Alenka.
"Nggak. Kamu pergi sendiri. Buruan! Pak Samuel nanti nunggu lama dan kita gagal dapetin proyek ini!" kata Andreas.
Dengan motor matic bututnya Alenka pergi ke perusahaan Samuel. Ia sempat kagum dengan kemegahan kantor tersebut. "Jadi selama ini dia pemilik perusahaan ini?" gumam Alenka seorang diri.
Alenka mengira jika Samuel akan meneruskan bisnis keluarganya. Namun ternyata, ia membuat perusahaan sendiri. Dan bisa dibilang cukup sukses. "Nggak heran sih dengan kekuasaan keluarganya juga dia akan lulusan luar negeri, wajar jika dia bisa sesukses ini." Alenka tak berhenti mengagumi setiap sudut dan tempat perusahaan tersebut.
"Mbak mau antar makanan ke bagian apa?" tanya resepsionis perusahaan tersebut.
"Antar makanan, dikirannya aku ojek online kali yak.." gerutu Alenka, namun hanya bisa ia dengar sendiri.
"Maaf mbak, saya ingin ketemu pak Samuel."
"Udah buat janji?"
"Ya. Bilang aja VAP." Alenka hanya menyebut inisial namanya saja.
"Baik. Silahkan tunggu disana!"
Resepsionis segera menelepon ke ruangan bos-nya. Memberitahu jika Alenka sudah datang. "Baik pak.." kata sang resepsionis sebelum menutup telepon.
"Mbak, langsung naik aja ke lantai 18. Nanti tanya dimana ruangan pak Samuel!"
"Baik. Terima kasih mbak.." Alenka segera naik ke lift. Sebenarnya, dia merasa sangat gugup dan bingung saat berhadapan dengan Samuel nanti. Tapi, demi bonus tiga kali lipat. Alenka menyingkir kegugupannya tersebut.
Ia melangkah dengan pasti menuju ruangan Samuel. Hanya sekali bertanya, Alenka telah menemukan ruangan Samuel.
"Silahkan lewat sini!" kata sekretaris Samuel.
Alenka seketika menjadi gugup kembali. Langkahnya terasa berat saat hendak melangkah masuk ke dalam ruangan Samuel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments