3. Bab 3

Alenka melangkah dengan pasti bersama dengan Andreas. Dia mulai menyingkirkan keraguannya. Dan mulai percaya pada kemampuannya.

Andreas berjalan beriringan dengan Alenka. Dia melirik Alenka yang mulai percaya diri. Senyumannya pun mengembang.

Sementara di meja, klien mereka menunggu kedatangan mereka. Samuel Ryan Sasmito, seorang pengusaha kaya raya yang resmi menjadi patner bisnis Andreas.

Samuel melihat Andreas berjalan bersama seorang wanita cantik. Rambut yang berkibas serta senyuman khas wanita itu membuat Samuel terpukau. Wajah lembut nan ceria sama sekali tidak menunjukan kesedihan dan vibes-nya terlihat sangat positif.

Samuel terus menatap wanita itu dengan lekat sampai Andreas dan Alenka sampai di depannya. "Selamat siang pak Samuel, maaf menunggu lama." Andreas menyapa Samuel dengan sopan.

"No problem." jawab Samuel masih menatap Alenka dengan lekat.

"Oh ya pak, ini Alenka, desainer perhiasan 'bintang dan bulan ditangan'." Andreas memperkenalkan Alenka kepada Samuel klien-nya.

"Selamat siang pak, saya Alenka." Alenka menyapa Samuel dengan sopan pula. Namun, nampaknya dia agak terkejut begitu tahu klien-nya adalah Samuel.

Sejam yang lalu. Andreas mengirim desain Alenka tersebut melalui email. Samuel merasa tertarik dengan tersebut. Desain berkonsep benda-benda langit tersebut terlihat begitu indah. Rencananya, Samuel akan menggunakan perhiasan tersebut sebagai mahar pernikahannya yang akan berlangsung dua bulan lagi.

Namun, tiba-tiba matanya fokus ke nama desainernya yang tertera di disudut desain tersebut. _VAP_. Sepertinya tanda tersebut tanda untuk nama Alenka. Di semua karyanya, selalu ada tanda tersebut untuk memperjelas siapa desainernya.

Tanda itu tak asing bagi Samuel. Pikirannya langsung tertuju pada masa silam. Masa dimana dia masih sekolah di sekolah menengah atas. Dimana saat itu dia berpacaran dengan seorang gadis.

"Kamu sedang apa?" tanya Samuel pada sang kekasih yang sibuk menggambar sesuatu.

"Aku sedang menggambar. Ini adalah sketsa rumah kita kelak." jawab gadis itu sembari menunjukan gambarnya.

"Lalu ini apa?" Samuel menunjuk sebuah tulisan disudut gambar tersebut.

"Ini inisial namaku. Nanti kalau aku jadi desainer, ini akan jadi tanda bahwa setiap karya yang ada tulisan ini, itu berarti karyaku." jawab gadis itu dengan bangga.

ON.

"Gimana kabar kamu? Lama ya tidak ketemu?" tanya Samuel tanpa basa basi.

"A..ku baik." jawab Alenka sembari menundukan kepalanya.

Andreas memicingkan matanya. Dia terkejut kalau ternyata Samuel kenal dengan Alenka. "Pak Samuel kenal dengan Alenka?" tanyanya penasaran.

"Lebih dari kenal." jawab Samuel terus menatap Alenka yang menundukan kepalanya.

Tentu saja jawaban Samuel tersebut membuat Andreas semakin penasaran. "Dia teman sekolah saya, dulu." imbuh Samuel.

"Oh..." Andreas baru paham. Tapi, dia tetap menaruh curiga. Tidak mungkin hubungan mereka sesederhana itu. Apalagi melihat Alenka yang langsung menundukan kepalanya.

"Silahkan duduk!" ucap Samuel.

Andreas dan Alenka langsung duduk. Lalu mereka mulai meetingnya. Alenka menjelaskan makna dari desain perhiasaannya. "Bulan dan Bintang merupakan sesuatu yang tak terpisahkan. Mereka akan sama-sama bersinar saat cuaca bagus. Dan akan redup ketika mendung. Sama halnya dengan Benang Merah Takdir. Mereka akan mengikat satu sama lain. Meskipun menghilang dan diganti matahari, tapi mereka akan kembali bersama saat malam tiba." Alenka menjelaskan panjang lebar mengenai desain yang ia buat.

Andreas tersenyum dengan performa Alenka yang sama sekali tidak gugup. Sementara Samuel, selama Alenka menjelaskan. Dia terus menatap Alenka dengan lekat dan tajam. Ia bahkan tidak mengalihkan pandangannya sama sekali.

"Sekian penjelasan dari saya. Terima kasih." Alenka menghela nafas lega. Ia memang tak gugup saat menjelaskan konsep dan makna dari desainnya. Tapi, dia merasa gugup karena Samuel terus menatapnya dengan tajam.

"Oke. Saya masih harus pertimbangkan lagi proyek kita." tentu saja perkataan Samuel tersebut membuat Andreas dan juga Alenka membulatkan matanya. Bukannya Samuel telah setuju dan tertarik dengan desain tersebut. Tapi kenapa Samuel berubah pikiran.

"Loh pak, bukannya tadi bapak bilang tertarik dengan desain Alenka ini? Kenapa tiba-tiba berubah pikiran?" Andreas menjadi bingung.

"Kerja sama ini sangat penting bagi saya karena menyangkut masa depan saya. Jadi tidak bisa sembarangan menentukan. Saya masih perlu bertanya lebih lanjut dengan desainer-nya." jawab Samuel.

"Besok siang datang ke kantor saya jam 10 pagi! Saya akan putuskan, dan jika saya setuju. Saya akan naikan nilai kontraknya menjadi dua kali lipat." imbuh Samuel.

"Tapi-"

"Kalau pak Andreas keberatan. Kita bisa tunda kerja sama kita. Saya akan cari patner yang lain." Samuel memotong perkataan Andreas yang ingin protes.

"Baik pak." Andreas tidak berani protes. Kerja sama itu bernilai ratusan juta. Dan hanya menunggu sampai besok.

"Besok biar Alenka ke kantor bapak." imbuhnya.

Tentu saja Alenka langsung melotot. Dia bahkan mencubit lengan Andreas. "Aku kasih bonus tiga kali dari gaji kamu kalau proyek ini sukses." bisik Andreas. Dia sangat tahu jika karyawannya itu sangat menyukai uang.

Alenka pun mulai dilema. Antara ingin uang atau menolak. Kalau menolak, dia akan kehilangan bonus dan gajinya dipotong selama setahun. Tapi kalau dia mau, dia akan berhadapan dengan mantan kekasihnya.

"Ini alamat kantor saya. Ada nomer saya yang bisa dihubungi." Samuel memberikan kartu nama khusus kepada Alenka. Di kartu tersebut ada nomer pribadi Samuel.

"Iya pak." Alenka masih belum berani menatap Samuel.

....

Perjalanan kembali ke kantor. Andreas bertanya apa hubungan Alenka dengan Samuel. Karena dia masih begitu penasaran. "Kamu kenal pak Samuel?" Alenka menganggukan kepalanya.

Mau berbohong pun itu hanya sia-sia. Sebelumnya Samuel sudah memberitahu Andreas. "Kita teman sekolah dulu." jawab Alenka.

"Tapi aku rasa kalian memiliki hubungan special. Dari pertama kita datang, pak Samuel sudah menatap kamu tanpa mengalihkan pandangannya. Kalian punya hubungan lebih?" tanya Andreas.

Namun, Alenka memilih untuk membisu. Ia tidak ingin menceritakan kisah masa lalunya kepada orang lain.

Setelah lama hening. Andreas kembali mengingatkan agar Alenka pergi ke kantor Samuel besok siang seperti yang Samuel mau. "Jangan lupa besok kamu harus ke kantor pak Samuel! Ingat bonus tiga kali gaji." ucap Andreas.

"Boleh nggak saya mikir dulu?"

"Silahkan. Tapi kamu juga harus ingat gaji kamu yang akan dipotong selama setahun kalau menolak perintah bos." jawab Andreas berubah menjadi bos yang kejam.

"Ah.. Si bos gitu terus ngancemnya.." gerutu Alenka.

"Pilihan ditangan anda, nona." kata Andreas sembari berjalan meninggalkan Alenka.

"Bos kejam.." seru Alenka.

"Kalau nggak kejam, aku nggak bisa bayar kamu dan karyawan yang lain." jawan Andreas dengan santai. Ia bahkan terus berjalan tanpa menoleh lagi.

"Bos manfaatin karyawan..."

"Maka dari itu aku jadi bos.."

"Ish..." Alenka mulai kesal. Dia mengepalkan tangannya ke arah bos-nya yang berjalan lebih dulu.

"Jangan mengumpat bos dari belakang. Gaji kamu akan dipotong." kata Andreas tanpa menoleh.

Alenka berlari kecil untuk mengejar Andreas. "Bos, anda nggak kasihan sama saya?" tanya Alenka.

"Pilihan ditangan kamu. Kamu mau bonus atau potong gaji." Andreas tidak menunjukan belas kasihannya sama sekali.

"Bos kan ganteng, baik hati." Alenka mulai menjual omongan. Dia memuji Andreas agar diberi belas kasihan.

"Tetap saja, pilihan ditangan kamu." Andreas tak goyah sama sekali.

Sementara Alenka mulai kehilangan kesabaran. Satu-satu jalan ya dia harus mau ke kantor Samuel besok siang. Sedangkan dia masih belum siap berhadapan secara langsung dengan Samuel. Apalagi mereka hanya bertemu berdua.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!