Riak wajah nyonya Nani, langsung muram akibat lebam dan juga bekas tamparan di wajah Liam. Jarak wajah mereka sangat dekat. Sang putra yang memiliki ketampanan sekaligus kesempurnaan rupa itu menatapnya sarat kekhawatiran.
“Akhirnya Mamah sadar juga.” Liam benar-benar bersyukur, ia menitikkan air mata seiring kedua tangannya yang merengkuh kedua lengan sang mamah yang terasa sangat rapuh. Setelah semalam terjaga di ICU sang mamah menjalani perawatan, akhirnya penantian yang dibarengi dengan doa dan harapan, mendapat balasan melegakan.
Tatapan nyonya Nani menjadi kosong tak lama ia mengamati sekitar, tapi tak mendapati orang lain selain sang suster dan Liam. Perlahan, dari kedua sudut mata sayunya menjadi basah. Butiran bening mengalir, mengurai kepedihan yang menjadi alasannya bungkam. Fello tetap enggak datang, tangisnya dalam hati.
“Dari dua hari lalu, Ibu tidak mau makan, Mas.” Surti selaku suster yang mengurus ibu Nani, menceritakan semuanya. Mengenai keadaan ibu Nani yang selama dua hari terakhir tidak mau makan, dan juga menjadi alasan keadaan wanita yang kepalanya sudah penuh uban tersebut, drop. Yang paling membuat Liam terkejut, ternyata selama satu minggu terakhir, sang mamah terus meminta bertemu Fello. Suster Surti sudah berulang kali menghubungi Fello, mengabarkan keinginan nyonya Nani, tapi Fello berdalih sedang sangat sibuk. Bahkan terakhir, dua hari lalu, Fello berdalih sedang ada di Jepang. Dan selama itu juga, Fello sama sekali tidak mengabarkannya kepada Liam.
“Ibu sangat ingin bertemu nyonya Fello, Mas,” ucap suster Surti. “Sepertinya memang ada yang ingin disampaikan.”
Liam mengangguk-angguk paham. Ia yakin, alasan sang mamah begitu ingin bertemu Fello karena sang mamah ingin meminta kebebasan untuknya. Nyonya Nani tahu bagaimana Fello memperlakukan Liam. Malahan Liam menjadi khawatir, alasan kesehatan sang mamah makin memprihatinkan lantaran wanita itu terlalu mengkhawatirkannya. Sang mamah khawatir seumur hidupnya ia tak bisa bahagia lantaran harus menjadi boneka Fello sekeluarga.
Kemudian, Liam menyuruh wanita paruh baya yang sudah mengabdi pada keluarganya sejak ia masih balita, mengambil waktu untuk istirahat. Wajah suster Surti tampak sangat lelah. Bahkan sekitar matanya begitu hitam, menegaskan wanita itu kurang tidur terlebih Liam paham, hubungan sang suster dengan sang mamah, sudah seperti hubungan ibu dan anak.
“Selama satu minggu ke depan, saya akan di sini. Jadi Sus juga bisa ambil waktu buat istirahat. Nanti saya telepon Mbak di rumah buat bantu gantian jaga juga biar kalian enggak kecapaian.” Liam tersenyum hangat. Namun, ia senyum hangatnya langsung digantikan dengan kegugupan lantaran di ujung lorong rumah sakit keberadaannya, di depan lift sana, sesosok wanita cantik tengah mengamati sekitar dan langsung mengangguk santun ketika menoleh ke arahnya.
Indah Gayatri memang sengaja Liam minta datang, setelah wanita itu mengabarkan ada tiga berkas penting yang harus Liam periksa sekaligus tanda tangani.
Kepergian suster Surti bertepatan dengan kedatangan Indah. Keduanya berpapasan, saling mengangguk sambil agak membungkuk bertabur senyum hangat yang membuat mereka tampak sangat menghargai satu sama lain. Kini, Indah tersenyum dan kembali melakukannya dengan agak membungkuk. Wajah Indah tampak sangat cerah dan senyumnya pun sangat ceria walau itu tak berlangsung lama setelah wanita cantik itu menyadari lebam dan juga bekas tamparan di wajah sebelah kiri Liam.
“Pak Liam ingin saya siapkan es untuk mengompres luka di wajah Bapak?” tawar Indah.
Suara Indah sangat lirih sekaligus lembut. Liam terkejut karena wanita di hadapannya masih bisa bicara meski Indah tampak jelas melakukannya dengan susah payah.
Liam menggeleng, dan kembali mengumbar senyum. “Aku baik-baik saja.” Ia meyakinkan, dan kemudian berkata, “Mumpung di rumah sakit, ayo periksa keadaan pita suara kamu.”
Indah menatap bingung pria tampan di hadapannya yang masih menatapnya bertabur senyuman. Liam, pria itu masih memakai pakaian kemarin. Hanya saja, kali ini pria itu tak sampai memakai dasi maupun jas. Yang Indah tahu, alasan pria itu ada di sana dan sampai memintanya mengantar berkas penting lantaran mamah Liam sedang sakit.
Sekitar tiga puluh menit kemudian, Liam yang tengah mengompres lebam dan juga bekas tamparan di wajahnya menggunakan es batu dan handuk kecil yang Indag siapkan secara khusus, diam-diam mengamati interaksi Indag dan sang mamah. Sang mamah sudah boleh keluar dari ICU, dan wanita itu langsung minta berjemur. Jadilah, Indah yang cekatan sekaligus sangat penyayang, menemani nyonya Nani, setelah sebelumnya, Liam mendudukkan sang mamah di kursi roda elektriknya.
“Kalau terus-menerus begini, aku bisa beneran berpaling dari Fello,” lirih Liam. Di depan sana, Indah tengah menyisir rambut ikal terbilang tipis milik nyonya Nani dengan sangat hati-hati.
“Kamu pasti karyawan baru, ya?” Suara nyonya Nani terdengar lirih sekaligus bergetar khas orang sakit.
Di belakang nyonya Nani, Indah yang tengah mencepol rambut tipis sang nyonya menjadi gelungan, refleks tersenyum sambil menjawab. Jawaban yang terdengar tak kalah lirih tapi sangat lembut, dari jawaban nyonya Nani.
Karena enggak mungkin seorang Fello membiarkan wanita terlebih wanita cantik, dekat-dekat dengan Liam, batin nyonya Nani yang kemudian bertanya, “Tadi Liam bilang, nama kamu Indah?” Ia sengaja basa-basi kemudian lanjut bertanya setelah Indah sudah menjawab pertanyaannya. “Kamu sudah menikah?” Dan alasan nyonya Nani bertanya demikian lantaran sejak awal kebersamaan, ia memergoki Liam yang kerap diam-diam mengamati Indah, yang mana selama itu juga, putranya itu kerap ia pergoki menahan senyuman.
Sebagai seorang mamah, nyonya Nani bisa merasakan ketertarikan seorang Liam kepada Indah. Ia tak mempermasalahkan latar belakang Indah yang hanya seorang sekretaris dan itu masih sangat baru. Di awal kebersamaan, Indah berdalih baru kerja kemarin pada Liam. Namun, sikap Indah yang lembut sekaligus penuh kepedulian, membuat nyonya Nani sadar, Indah merupakan wanita yang Liam butuhkan untuk menjadi pasangan.
Hanya saja, kenyataan Indah yang malah diam ketika ditanya statusnya, juga mengundang tanda tanya besar di benak nyonya Nani. “Kamu enggak ada trauma dengan hubungan, kan?” Ia sampai menoleh sekaligus mendongak hanya untuk menatap sekaligus memastikan kedua mata Indah. Seperti yang ia duga, kedua mata wanita cantik itu yang begitu teduh sudah sampai basah walau Indah kembali mengulas senyum.
“Enggak apa-apa. Dalam hidup termasuk sebuah hubungan, suka dan duka sudah menjadi hal biasa. Jangan sampai kita hanya menginginkan suka dan bahagia tanpa mau terluka, terlebih tanpa luka, kita tidak akan pernah tahu indahnya menghargai bahkan indahnya sebuah kehilangan.” nyonya Nani sampai menggenggam hangat sebelah tangan Indah yang tidak memegang sisir.
Indah tersenyum hangat membalas wanita tua di hadapannya. Walau tangan nyonya Nani terasa dingin, perhatian wanita itu begitu hangat. Ia sampai berpikir, kebaikan sekaligus kehangatan seorang Liam pria itu dapatkan lantaran memiliki mamah yang hangat sekaligus bijak layaknya nyonya Nani.
“Ke depannya, kamu jangan sampai trauma. Menikah dan bahagialah karena hidup ini harus terus berjalan walau di masa lalu, kita pernah sangat terluka.” nyonya Nani menatap lurus ke depan. Langit pagi menuju siang begitu cerah sekaligus hangat. Tak kalah cerah sekaligus hangat dari harapannya untuk kehidupan Liam. Iya, ia akan memastikan secepatnya. Karena andai Liam tertarik kepada Indah, ia ingin sang putra langsung menikahinya ada tidaknya restu dari Fello. Toh, lima tahun menikah dengan Felli, Fello sekeluarga terus memperlakukan Liam layaknya boneka. Termasuk sikap Fello kepadanya, tak ada sopan-sopannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Sandisalbiah
bener... sebagai seorang suami, Liam lebih diperlakukan seperti bidadari gak punya kebebasan sama sekali.. semua serba di atur dan di awasi dan parahnya Fello juga tdk menghargai dan tak menghormati nya selayaknya seorang suami..
2023-11-11
2
@ꪶꫝ༄Cherry🍒Chubby༄💕🇵🇸
benet kayak orang pacaran, yg pacaran sampai bertahun-tahun belum tentu jodoh, dan yg baru kita kenal dgn rasa hangat dan tenang di hati, itu lah jodoh bukan karena lama dan baru
2023-03-07
0
Rice Btamban
lanjutkan
2023-01-26
0