''Kau belum tidur?" tanya Dexter mendapati istri kecilnya termenung sendiri di dekat jendela.
Setelah acara pernikahan kilat selesai, Dexter langsung memboyong istrinya ke kediamannya lebih tepatnya sebuah apartemen yang selalu menjadi tempat persinggahannya.
''Apa alasanmu meminta syarat pernikahan?" Bukan menjawab pertanyaan suaminya, Talita justru balik bertanya.
''Usiaku sudah 35 tahun, sudah saatnya aku menikah. Lagipula, aku sudah bosan mendengar ceramah mami yang selalu memintaku segera memperkenalkan calon istri."
Talita menggeleng pelan, alasan yang klise tetapi dia tidak percaya.
"Bohong! Dari gelagatmu, kau seperti menyembunyikan sesuatu."
''Kau tidak perlu tahu tentang hidupku. Tugasmu hanya menuruti semua perintahku, tidak lebih," balasnya datar.
''Kau terlalu pede, Bung. Aku cuma nanya tidak kepo. Kurang kerjaan sekali.''
Talita benar-benar kesal mendengar jawaban suaminya. Dia menggerutu seraya menghentakkan kaki menuju tempat tidur.
''Ingat, Tuan! Kau tidak boleh meminta pelayanan dariku karena aku tidak akan pernah melayanimu. Berhubung tempat ini menjadi hak milikku sepenuhnya, kau tidur saja di sofa atau ruangan lain, aku tak peduli," ucapnya dengan nada sedikit ketus.
Talita segera memalingkan tubuh bersiap untuk tidur.
Dexter yang mendengar hal itupun langsung tidak terima. Ini ruang pribadinya, semua pernak-pernik mahalnya ada di sini. Semestinya yang harus pindah wanita itu, bukan dirinya.
"Heh, Wanita. Ini rumahku dan ini kamarku. Kau tidak usah berlagak seperti nyonya besar di sini," ucapnya dengan berkacak pinggang di sisi wanita itu.
Dia berdecak pelan saat tak mendapat respon apapun dari istrinya. Talita malah menutup keseluruhan tubuhnya menggunakan selimut tebal.
"Menyebalkan!"
Dexter merapatkan mulut menahan kesal. Wanita ini. selalu berhasil membuat hati meradang.
Seuntai seringai tergaris di bibirnya saat sebuah ide terlintas dalam otaknya. Dia segera menarik selimut yang dipakai sang istri. Namun gagal karena Talita mengeratkan genggamannya. Tangan wanita itu mendekap erat hingga selimut tersebut hingga membalut erat sekujur tubuhnya.
"Kau benar-benar menyebalkan. Hanya kau wanita yang selalu membuatku naik darah," geramnya dengan melepas paksa selimut itu.
Dia beralih menuju almari untuk mengambil selimut lain.
Dexter terpaksa merebahkan kasar tubuhnya di sofa dengan menahan kedongkolan yang teramat. Dia menatap penuh dendam pada wanita yang terbaring nyaman di ranjangnya.
"Tunggu pembalasanku besok."
____________
Talita mengerjap beberapa kali saat merasakan percikan air mengenai wajahnya. Karena masih mengantuk, dia memilih memalingkan tubuh untuk melanjutkan tidurnya. Lagipula, hari ini tidak ada jadwal kuliah. Dosennya sudah memberikan tugas melalui pesan e-mail semalam.
Dexter tidak habis pikir dengan wanita ini. Biasanya, seseorang akan terbangun ketika terkena percikan air, tetapi kenapa dia malah melanjutkan tidurnya.
"Hei, bangun sudah siang. Apa kau tidak kuliah?"
"Aku free...." Hanya gumaman pelan yang keluar dari mulutnya.
"Meskipun kamu libur, apa kamu tidak butuh mandi, tidak butuh makan, ha?"
Talita menutup kedua telinga menggunakan bantal. Matanya masih terasa berat untuk terbuka tapi telinganya dipaksa mendengarkan ocehan tak berfaedah di pagi buta.
"Talita, ini sudah pukul setengah tujuh. Aku belum mandi, belum makan. Pakaianku juga belum dipersiapkan. Bangunlah! Lakukan tugasmu sebagai seorang istri."
Talita masih bergeming dengan posisinya, bukannya bangun, dia justru memeluk erat guling yang berada di sisinya.
"Anggap saja radio rusak," pikirnya.
"Astaga," desah Dexter frustasi.
"Aaarrrghh ... Apa ini? Basah!" Talita berteriak kencang ketika guyuran air mendarat di wajahnya, bahkan membasahi baju dan tempatnya.
"Nah, bangun juga, 'kan." Dexter tersenyum puas ketika usahanya berhasil.
"Siapkan segala kebutuhanku! Saat aku selesai nanti, semua sudah rapi dan siap di atas tempat tidur."
Dengan santainya, pria itu melenggang pergi menuju kamar mandi meninggalkan wanita yang menatap penuh permusuhan ke arahnya.
Talita hanya bisa meremas udara, membayangkan jika dia tengah meremas wajah menyebalkan itu.
"Baru satu hari sudah dibuat emosi, gimana kalo tiap hari? Bisa jantungan atau stroke mendadak gue," dumelnya tetapi tak ayal tangannya bergerak lincah mengerjakan perintah suaminya.
Dexter tersenyum puas saat mendapati tempat kembali rapi. Talita benar-benar melaksanakan perintahnya. Terbukti setelan baju kerjanya tertata rapi di atas ranjang, juga bagian kasurnya yang basah sudah mengering.
"Cekatan juga dia. Tapi di mana dia sekarang?" Netranya memindai seluruh ruangan untuk mencari keberadaan sang istri.
"Mungkin ada di lantai bawah."
Pria itu segera bersiap karena pagi ini ada pertemuan penting.
__________
"Kamu masak apa?" tanya Dexter ketika sampai di ruang makan yang menyatu dengan dapur. Tampak segelas kopi panas dan segelas susu telah tersaji di atas meja.
"Cuma sandwich, kulkasmu kosong. Heran tempat mewah kok gak ada bahan makanan sama sekali," gerutunya dengan wajah ditekuk.
"Masih kesel?"
"Gak!" jawab Talita dengan ketus.
Mengabaikan kekesalan sang istri, Dexter meraih kopi panas yang tersaji. Namun sedetik kemudian, dia segera menyemburkan cairan hitam itu hingga mengenai piyama yang di kenakan Talita.
"Aaarrrghh, apa-apaan sih? Aku salah apa lagi?" Talita berteriak tidak terima, sekaligus merasa jijik dengan tubuhnya sendiri.
Pasalnya, bukan hanya piyama saja tetapi tangannya pun ikut terkena semburan maut itu.
"Kamu yang apa-apaan, kamu mau balas dendam, hah!" sentak Dexter dengan mata melotot horror.
"Balas dendam apa." Talita mengernyit bingung mendengar tuduhan itu. "Heh, Bung. Kalau aku niat balas dendam, sudah kuracuni kamu," sambungnya lagi.
"Nih, rasakan kopi buatanmu." Dexter menyodorkan kasar cangkir yang ada di tangannya.
Talita yang merasa penasaran pun segera mencicipi kopi tersebut. Benar saja, baru seseruput dia segera memuntahkannya ke wastafel.
"Bagaimana enak?" tanya Dexter yang sudah ada di samping istrinya yang tengah berkumur untuk menghilangkan rasa aneh pada lidah. Perpaduan rasa asin dan pahit membuatnya mual seketika.
"Gak!" sahutnya dengan bibir mengerucut.
"Minuman beracun macam itu kau berikan padaku. Membuat kopi saja tidak becus." Dexter mencibir.
"Kalau tahu tidak becus, gak usah merintah, buat sendiri," sindirnya.
Wanita itu mulai menggigit sarapannya untuk mengurangi rasa aneh pada mulutnya.
Dexter mendengus kasar mendengar jawaban itu. Dia menatap sanksi sarapan tersaji di hadapannya.
"Kenapa gak dimakan? Takut rasanya gak enak?" tanya Talita ketika melihat sang suami tak kunjung memulai sarapannya.
Dexter hanya bergeming di tempat tak berniat menjawab maupun meraih makanannya.
"Ya sudah, buat aku saja."
"Loh, kok...." Ucapan Dexter menggantung ketika melihat jatahnya dilahap sang istri.
"Kenopo, 'kon komu tidok mou," jawab Talita dengan mulut penuh.
"Terserah!"
Dexter meninggalkan wanita itu dengan kekesalan menggunung.
...----------------...
Yuk, sambil nunggu up dariku bisa baca karya dari mama gemoy.
Teman Ranjang Sahabat Ibuku.
By: Mama Reni
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Pink Blossom
Dia mau Talita, cuma malu-malu singa, eh kucing mksud'y 🤭😂
2023-01-07
1
Pink Blossom
astaga, knp aku mlh ngakak😭
2023-01-07
1
Pink Blossom
Wkwkwk aku kira dia bkl ttp kekeh tdr d ksr, trnyta mengalah. trnyta kamu gk sejahat yg ku kira Dexter🙂
2023-01-07
1