Bab 3 Apartemen baru

Apartemen Bumi Residence

Setelah menempuh dua jam perjalanan. Arfa dan istrinya sampai diapartemen miliknya. Dia memarkirkan mobilnya berjalan lebih dulu. Meninggalkan istrinya yang membawa semua barang - barangnya.

Setelah memikirkan banyak hal. Dengan yakin Arfa memutuskan untuk menetap diapartemen miliknya. Bukan tanpa alasan. Dia ingin jauh dari orangtua. Karena dia tidak ingin kedua orangtua mereka tahu. Keadaan pernikahan mereka.

Pagi - pagi sekali dia bangun. Mengantar istrinya kerumah mertuannya. Membawa barang - barang istrinya. Lalu berangkat ke apartemennya. Tidak ada pembicaran diantara mereka. Keduanya hanya diam. Lebih tepatnya Arfa yang mendiamkan Sofia.

Sesampainya dilantai atas. Sofia langsung masuk. Karena Arfa sudah masuk terlebih dahulu. Nafasnya tak beraturan. Karena dia membawa banyak barang dari lantai bawah sampai lantai paling atas sendiri.

"Itu kamarmu. " ujar Arfa. Sambil menunjuk sebuah kamar disebelah kiri. Sofia mengerutkan kening.

"Lalu kamarmu yang mana? " tanya Sofia. Arfa hanya diam. Karena tidak ada jawaban Sofia masuk kekamar sebelah kanan. Melihat itu Arfa dengan kasar menarik koper istrinya. Melempar ke sembarang arah.

"Sudah kubilang kamarmu sebelah kiri. Kamu tidak dengar? " bentak Arfa. Sofia hanya diam menatap mata suaminya.

"Aku tidak mau satu kamar denganmu. Cukup satu kali seumur hidup. Satu kamar bersamamu. " ujar Arfa.

"Aku mau satu kamar bersama kamu. " ujar Sofia.

"Jangan mimpi. Aku tidak sudi satu kamar denganmu. Dan ingat! Jangan pernah menyentuhku. Atau kamu akan tahu akibatnya. "

"Beri aku kesempatan Arf. Cinta akan datang karena terbiasa. " rengek Sofia.

"Teruslah bermimpi dengan kepercayaan dirimu. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah membalas cintamu itu!"

"Izinkan aku untuk satu kamar denganmu. " pinta Sofia. Mendengar istrinya yang keras kepala dengan kasar Arfa mendorong istrinya ketembok menggunakan lengan kokohnya. Sofia tidak melawan, membiarkan suaminya melakukan apa yang dia mau. Dorongannya semakin lama semakin kuat. Membuat Sofia kesulitan bernafas.

"Lepas Arfa! " teriaknya mendorong kuat tubuh suaminya. Jika tidak mungkin nyawanya sudah hilang.

"Aku diam bukan berarti aku menerima perlakuan kasar kamu. Diizinkan atau tidak diizinkan aku akan tetap tidur dikamar ini. Silahkan kamu pindah jika tidak mau sekamar denganku." Dia mengambil kopernya masuk kekamar bersamaan dengan air mata yang turun membasahi pipinya. Meninggalkan suami yang tega menyakiti istrinya.

"Tidak tahu diri! " ujar Arfa. Dia menatap lengan yang dia pakai untuk menyakiti istrinya. "Hampir saja aku membunuhnya." ujarnya dalam hati. Lalu dia pergi keluar. Menenangkan diri ditaman pinggir kolam.

Disebuah apartemen mewah. Seorang gadis berusia dua puluh dua tahun terbangun dari tidurnya. Ia menatap sekeliling. Tubuhnya terasa sangat lemas.

"Oh my God! Aku dimana? " teriaknya. Dia meraba tubuhnya yang tidak memakai apapun. Terlihat bercak merah disepari putih. Matanya terbelalak membulat sempurna.

"Tidak tidak tidak!!! " dia berteriak histeris. Dia mengingat kejadian tadi malam Ferdi, kekasihnya mengajaknya makan malam. Dan tiba - tiba tubuhnya panas merasakan gairah. Dia  ingat sempat melakukan sentuhan fisik yang biasa mereka lakukan. Setelahnya dia lupa melakukan apa.

"Ferdi jahat! Breng***. " umpatnya. Lalu dia mencari pakaiannya. Memakainya. Lalu menghubungi kekasihnya.

"Ya sayang. " jawab seseorang disebrang sana. Setelah sambungan telepon terhubung.

"Apa yang kamu lakukan Ferdi? " teriak Gladis histeris.

"Sesuatu yang harus kita lakukan sejak lama sayang. " ucap Ferdi.

"Kamu jahat. " teriak Gladis. Dia menggigit jari - jari tangannya. Mengigit kuat bibirnya. Pasti papa nya akan tahu. Dia masih berhubungan dengan Ferdi. Anak dari musuh ayahnya.

Sekarang yang dia cintai Arfa. Bukan Ferdi lagi. Hanya saja dia belum bisa melepas Ferdi. Karena terlalu banyak kenangan yang tercipta diantara mereka. Lalu bagimana jika dia menikah dengan Arfa? Dan Arfa tahu dia sudah tidak suci. Gladis menggeleng - gelengkan kepalanya.

Tuut

Gladis mematikan panggilannya. Dia menangis. Tidak tahu harus melakukan apa.

Gladis adalah seorang model cantik yang tengah naik daun. Namanya terkenal dimana - mana. Potonya pun terpajang hampir disetiap sudut jalan. Umurnya baru menginjak usia dua puluh dua.

Ia mengawali karir modelnya sejak usia lima tahun. Berawal dari sosial media. Sampai sekarang. Wajahnya yang cantik dan tidak membosankan. Selalu menjadi daya tarik brand terkenal untuk menjadikannya model atau bintang iklan brand tersebut.

Orangtuanya asli Indonesia, sangat mendukung anaknya menjadi model. Keluarga ini bukan keluarga biasa. Ayahnya seorang pemilik Jaya entertiment. Produksi film - film. Kekayaannya dimana - mana. Baik dalam negri maupun luar negri.

Semester tiga saat kuliah Arfa menyatakan cintanya kepada Gladis. Tidak mau menyia - nyiakan kesempatan. Gladis langsung menerima Arfa. Bukan tanpa alasan. Ia hanya ingin memanfaatkan Arfa. Mengalihkan perhatian ayahnya. Karena Arfa anak yang baik dan pintar. Agar ia bisa berhubungan dengan Ferdi kekasihnya.

Seiring berjalannya waktu. Tanpa Gladis sadari. Hatinya merasakan kenyamanan yang lebih bersama Arfa. Ia memilih Arfa dibanding Ferdi. Tapi, ia juga belum bisa melepas kekasih yang disembunyikannya itu. Bagaimanapun juga. Kenangan yang mereka lalui sangat sulit dilupakan.

Selama berpacaran dengan Arfa. Ia tidak pernah berpelukkan. Bahkan pegangan tangan pun jarang. Arfa hanya bilang. Takut tidak terkontrol. Takut kebablasan. Hebat sih. Selama tiga tahun pacaran. Tidak pernah ngapa - ngapain. Hanya pegangan tangan. Itupun jarang.

Alasan terbesar Arfa melakukan itu hanya satu. Tidak ingin merusak wanita. Karena ia ingin memberikkan hadiah terbaik yang halal itu hanya untuk istrinya nanti. Yang pertama dan terakhir.

Berbeda dengan Ferdi. Ketika bertemu. Mereka selalu melakukan kontak fisik. Kecuali itu. Melakukan hubungan badan. Karena hanya itu yang Gladis jaga sampai saat ini. Ia tidak mau mengecewakan suaminya nanti.

Setelah kejadian tadi. Arfa masih terduduk ditaman. Ia menghindari istrinya karena takut tidak bisa mengendalikan diri.

Drrrt drrt drrt

Arfa membuka pesan masuk kedalam hpnya dari nomor yang tidak ada namanya. Dia melihat satu kiriman sebuah vidio. Karena penasaran dengan cepat ia membuka vidio itu. Terlihat jelas gadisnya sedang bercumbu dengan seorang pria. Terdengar racauan manja gadisnya meminta dipuaskan.

"Breng***! " umpat Arfa. Dia beranjak masuk keapartemen akan mengganti baju. Ingin menemui sahabatnya Denis. Menanyakan keaslian vidio tersebut.

Pukul satu siang, Sofia selesai memasak. Karena perutnya begitu lapar. Dia memutuskan memasak terlebih dahulu. Dengan bahan makanan yang ada dikulkas. Di apartemen ini selalu tersedia bahan makanan. Karena dari sebelum menikah Arfa sudah tinggal disini.

Terlihat Arfa masuk dari pintu luar. Sorot matanya dingin dan menahan emosi. Sofia mendekat. Ingin mengajak suaminya makan siang. Karena dia tahu. Dari pagi mereka belum makan.

"Arfa! " panggilnya. Dia sudah melupakan kejadian tadi saat pertama ia menginjakan kaki diapartemen itu. Arfa menatap malas istrinya. Lalu kembali berjalan kearah pintu keluar. Sofia berusaha mensejajarkan langkahnya dengan suaminya.

"Ar! Makan dulu yuk. Aku sudah masak. Dari pagi kita belum makan. " ucap Sofia saat ia sudah berada didekat suaminya.

"Aku tidak sudi memakan makanan buatanmu. " bentak Arfa menatap istrinya tajam. Pikiranya sedang kacau. Karena masalah Gladis yang tidur bersama pria lain. Dia memutar tubuhnya ingin segera menemui sahabatnya Denis.

"Arfa! Makan dulu. " Sofia menahan tangan suaminya. Ia sudah masak banyak. Siapa yang mau makan kalau bukan mereka berdua. Karena yang tinggal disini hanya mereka berdua.

Arfa menghentikan langkahnya. Ia menatap tajam istrinya yang keras kepala susah dikasih tahu. Seketika teringat bagaimana semalam istrinya dengan berani memeluk dirinya ketika tidur. Giginya mengatup kuat. Lalu menarik pinggang istrinya. Menempelkan punggung istrinya dengan dadanya. Dari arah belakang kedua tanganya menyentuh kedua dada istrinya.

"ARFAAaaa!!! Sakit! " teriak Sofia. Dia menangis. Karena tangan Arfa menyentuh bagian tengah kedua dadanya. Lalu memelintirnya dengan kasar dan kuat.

"Sudah aku bilang. JANGAN SENTUH AKU. CENGENG! " bentak Arfa. Dia melihat betapa istrinya itu kesakitan karena ulahnya. Dia tersenyum licik. Lalu pergi keluar. Sofia hanya bisa menatap punggung suaminya.

"Bagaimana jika aku kembali benar - benar mencintai kamu Arf? Pasti akan sangat menyakitkan. Aku harus kuat. Setidaknya sampai Ferdi berkata sudahi pernikahan ini." monolognya dalam hati.

Drrt drrt drrt

Terdengar hp miliknya berbunyi pertanda telah ada panggilan masuk.

"Hallo!" sapanya.

"Aku sudah di Jakarta. Kapan?"

"Aku siap - siap dulu." ujarnya. Lalu ia bergegas mengganti pakaiannya.

Arfa tergesa menemui sahabatnya yang berada diapartemen yang sama dengannya. Hanya beda satu lantai dengan apartemen yang ia tinggali.

Tok tok tok

Tak butuh waktu lama. Pintu itu terbuka. Denis sahabatnya membuka pintu lebar. Mempersilahkan sahabatnya masuk.

"Nis, ikut aku! " ucapnya tegas setelah pintu terbuka. Ia nyelonong masuk kedalam tanpa izin. Denis yang dititah langsung mengikuti kemana atasan sekaligus sahabatnya melangkah. Ia duduk disopa. Duduk disebelah Arfa.

"Ada apa Arf? " tanya Denis santai. Dia mengerti pasti sahabatnya sedang ada masalah.

Arfa menatap Denis. Dia sedikit melemparkan hpnya kepangkuan sahabatnya.

"Cari tahu. Keasliannyanya, tempatnya dan pasangannya. Jangan sampai ada yang tahu. " titah Arfa. Dia geram. Bagaimana tidak? Orang yang dia percaya orang yang dia lindungi. Malah tidur bersama pria lain. Selama berpacaran dengan Gladis. Kekasihnya yang seorang model terkenal. Dia tidak pernah melakukan kontak fisik apapun. Bahkan pegangan tanganpun jarang. Karena dia tahu dan takut.  Tidak ingin merusak seorang wanita.

"Ini asli. Lokasi pengirimnya dari hotel daerah Jakarta. Kamu pasti kenal lelaki itu. Dia rival bisnismu. Ferdi Ardiansyah." ujar Denis. Arfa mengertakkan giginya. Ia kembali mencoba menghubungi nomer Gladis yang dari tadi tidak aktif.

Pertanyaan terus berputar diotaknya. Bagaimana bisa kekasihnya mengenal Ferdi? Rival bisnisnya yang beberapa bulan ini terus mengalahkannya. Apa mungkin kekasihnya memata - matainya. Tapi rasanya tidak mungkin. Karena ia tidak pernah melihat dan mendengar Gladis memiliki kekasih lain selain dirinya.

"Bagiamana mungkin Gladis berselingkuh dariku? " tanya Arfa kepada Denis.

"Ya mungkin saja. Mungkin dia menginginkan sentuhan yang tak pernah kamu berikan." jawab Denis.

"Semurahan itu? Melakukan dengan orang asing." Arfa membayangkan sesuatu yang menjijikan. Bekas.

"Yah, mana kutahu. Coba saja kamu tanya sendiri. " ujar Denis yang anti wanita.

"Mulai besok. Suruh salah satu anak buahmu untuk memata - matai Gladis. Kalau bisa sekarang. " perintahnya pada Denis. Jika benar Gladis berselingkuh ia tidak akan memaafkannya. Memang dia yang pertama memiliki rasa pada Gladis. Tapi dia tidak bodoh. Walau rasa cinta memenuhi isi hatinya dia tidak mau jika harus dipermainkan gadis itu.

"Sudahlah. Aku mau mandi dulu. Gerah. " pamit Arfa. Tubuhnya lelah. Denis hanya mengangguk. Arfa pun kembali ke apartemennya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!