Bab 5 Masalah masak

Apartemen Bumi Residence

Pagi telah tiba. Suara burung membangunkan seorang pria dari tidurnya. Ia menggeliat dibawah selimutnya. Mengerjap - ngerjap matanya. Ia melihat jam diatas nakas. Pukul enam pagi. Ia pun bangkit dan segera kekamar mandi.

Apartemen yang dia tinggali adalah salah satu dari perusahaan properti yang dia kelola. Dia memilih bangunan paling atas karena ia mendesain tempat yang ia tinggali khusus untuknya. Dilengkapi kolam renang diruang kaca dan taman outdoor yang menyejukan mata. Jadi, meskipun tinggal diapartemen ia seperti tinggal dirumahnya. Membuat  nyaman dan damai orang yang menempatinya.

Selesai mandi ia melangkah keluar kamar. Lengkap dengan pakaian kerja. Walau baru menikah. Ia tetap bekerja. Menganggap pernikahan ini tidak pernah terjadi. Pintu baru ia buka. Bau masakan lezat menusuk hidungnya.

"Emmmh harumnya. " gumamnya dalam hati. Ia berjalan kearah dapur. Terlihat istrinya sedang memasak dengan apron menempel ditubuhnya.

Rambut panjang hitamnya dikuncir asal. Pagi ini ia memakai daster cokelat tanpa lengan. Menampakkan dengan jelas warna kuning langsat sang istri. Dengan tinggi badan hanya sebahu dirinya. Sempurna. Arfa menggelengkan kepalanya saat sadar ia telah memuji siapa.

Dia menatap tajam kearah istrinya. Pikirannya teringat tentang kemarin. Dimana istrinya bertemu rival kerjanya. Dia tidak mau cepat memutuskan tanpa bukti. Jika benar istrinya ikut andil dalam penjebakan Gladis, ia sendiri yang akan menghukumnya.

"Kenapa kamu memasak? Dimana bibi?" tanya Arfa dengan nada dingin. Ia kemarin sudah meminta bibi agar datang. Dan menyiapkan sarapan seperti biasa. Namun yang dilihatnya hanya ada istrinya. Sedang membuat sarapan.

"Aku sudah memindahkan bibi kerumahku. " jawab istrinya.

"Apa? " teriak Arfa. Sofia menutup kedua telinganya.

"Iyaa, tadi pagi bibi sudah datang. Sekarangkan aku sudah menjadi istri kamu. Jadi, semua pekerjaan rumah termasuk masak memasak mulai hari ini aku yang kerjakan." jelas Sofia. "Lalu bibi aku suruh kerja dirumahku. " tambahnya.

"Berani sekali kamu! " tunjuk Arfa geram pada istrinya. Sofia hanya menutup mata. Ia tahu Arfa akan marah. Tapi dengan ini dia yakin bisa membuat Arfa jatuh cinta. Semakin banyak waktu berdua, semakin mudah juga cinta hadir dihati suaminya. Disaat kesempatan datang kepadanya. Ia akan menggunakan kesempatan itu dengan sebaik mungkin. Dan ia siap menerima hukuman dari suaminya.

"Sudah kubilang. Aku tidak akan memakan makanan buatanmu. Kenapa kamu berani sekali memindahkan bibi? " sentak Arfa kesal.

"Aku, maaf Ar. Aku. " terlukis rasa takut diwajah Sofia. "Besok aku akan meminta bibi kembali. Hanya untuk memasak buat kamu. " bujuk Sofia. Bau masakan menusuk hidungnya. Terlihat masakannya sudah matang. Dengan segera ia mematikkan kompor.

Arfa mengatupkan rahangnya. Ia menatap makanan yang sebagian sudah tertata rapi dimeja. Lalu melihat satu lagi yang tengah matang.

Dia teringat percakapan antara Ferdi dan istrinya. Sofia akan memasak setiap hari untuk rivalnya itu. Membawanya kekantor saat ia pergi bekerja. "Memasak diapartemenku jika untuk orang lain tidak apa - apa. Tapi untuk pria bre****? Tidak boleh. Enak saja." ujarnya dalam hati.

"Untuk apa kamu memasak sebanyak ini? Kamu tidak makan sebanyak inikan?" tanya Arfa menyelidik.

"Aku, aku memasak buat kita. Tapi karena kamu tidak mau. Ya sudah buat atasanku saja. " ujar Sofia. Ia tidak berbohong. Memang dia memasak untuk mereka. Lalu meminta sedikit untuk atasannya.

"Siapa atasanmu? Atasan yang kamu suruh menjebak kekasihku? Hah? " sentak Arfa. Membuat Sofia kaget dan beringsut mundur kebelakang.

"Ferdi namanya. Sudah aku bilang. Aku tidak tahu apa - apa. " balas Sofia. Dia melebarkan matanya, mulutnya terbuka saat Arfa akan membuang makanan yang dia buat. Dengan cepat ia menahan tangan suaminya.

"Jangan Arf! " teriaknya. "Jangan buang makanan."

"Kenapa hah? " tanya Arfa angkuh. "Jangan pernah memberi orang lain makanan yang terbuat dari uangku! " tambahnya emosi sembari menekan kedua pipi cubby istrinya dengan kasar.

"Banyak orang diluaran sana yang tidak bisa makan. " ujar istrinya. "Lagian dia akan membayar. Aku cuma ikut memasak disini. " istrinya membela diri. Arfa tersenyum sinis. Ia mengeluarkan salah satu blackcard dari dompetnya.

"Uangku banyak. Tidak perlu meminta kepada orang lain. Dan ingat! Aku tidak suka meskipun hanya ikut memasak untuk orang itu ditempatku."

"Iya maaf. Tapi untuk hari ini saja ya. Aku sudah terlanjur memasak." ucap Sofia yang langsung mendapat tatapan tajam dari suaminya.

"Aku akan memakannya. Cepat siapkan. Biasanya juga bibi menyiapkan sarapan pagi - pagi. Tapi malah diusir olehmu. " sindir Arfa. Ia kembali menekan pipi cubby istrinya dengan kuat lalu melepasnnya. Sofia hanya merapatkan bibirnya. Menahan kesal karena kini pipinya kesakitan. Lalu ia menyiapkan sarapan untuk suaminya.

"Emmh enak. " gumam Arfa dalam hati. Ia memakan sarapannya dengan santai. Sambil memperhatikan istrinya yang sedang mencuci perabotan.

"Sisa makanannya masih banyak. Jangan sampai ia memberikkannya pada pria breng*** itu." Arfa bermonolog dalam hati. Seingatnya, dulu sahabatnya itu tidak pernah mengingkari janji. Tapi, semenjak insiden lamaranya yang diterima. Ia tidak percaya lagi kepada istrinya. Dan sekarang ia tidak yakin. Jika istrinya akan menuruti perintahnya. Tidak akan memberikan makanan itu kepada Ferdi.

"Bungkuskan buat makan siang nanti. Sisakan untukmu makan. " ucap Arfa setelah menghabiskan sarapannya.

"Katanya tidak mau memakan makanan yang kubuat. Tapi dia mau menghabiskannya." Kesal istrinya dalam hati. Karena ia melihat suaminya terus menggado lauknya sampai mau habis tanpa nasi.

"Aku boleh menumpang tidak? Perusahan kita dekatkan? " tanya Sofia.

"Waktuku terlalu berharga untukmu." ujar Arfa.

"Tapi aku udah mandi. Tinggal ganti baju."

"Tidak boleh." tolak Arfa. Sofia hanya menghela nafas berat. Lalu menata makanan untuk bekal suaminya.

"Ini. Jangan dibuang yah. " pesan Sofia. Ia menaruh bekal suaminya dimeja makan.

"Aku orang yang jujur. Tidak sepertimu. Pintar berbohong. " sindir Arfa. Dia selalu kesal jika menatap wajah sang istri. Meskipun ada rencana kedua tetap saja ia kesal. Arfa terkesan kasar dan dingin. Namun ia selalu menepati janjinya. Jika ya maka ya. Jika tidak ya tidak. Walau orang itu tidak melihat apa yang dia lakukan.

Setelah selesai dengan sarapannya. Arfa berdiri untuk berangkat kekantor. Sofia menyodorkan tangannya ingin mencium tangan suaminya sebelum berangkat. Tapi Arfa mengacuhkannya.

"Kamu pikir. Setelah aku memakan makanan yang kamu buat. Aku sudah menerimamu. Jangan mimpi! " ujar Arfa. Sebelum melangkah. Ia berbalik menatap istrinya yang penuh keringat tetapi terlihat sangat cantik.

"Biarkan bibi dirumahmu. Dan mulai besok. Masak setiap hari seperti ini. Kalau kamu tak keberatan. " ujar Arfa. Istrinya tersenyum mendengarnya.

"Karena mulai besok. Gladis akan sarapan disini. " tambah Arfa. Sofia menatap manik mata suaminya tanpa berkedip. Tatapan yang Arfa tidak tahu maksudnnya. Tidak mau berlama - lama. Akhirnya dia memutuskan untuk berangkat kerja tanpa pamit. Istrinya hanya bisa menatap punggung suaminya yang semakin menjauh.

"Selamanyakah aku hanya bisa menatap punggungmu? Tidak adakah niatan dihatimu berbalik hanya untuk mengajaku berjalan bersamamu?" ucap Sofia. Lalu ia duduk dikursi makan. Kedua tangannya menutupi wajahnya. Ia menangis.

Tak mau berlarut dalam kesedihan ia akhirnya bersiap untuk pergi kekantor. Kembali bekerja seperti biasannya.

Sementara itu. Arfa melajukan mobilnya sendiri dengan santai. Karena sekertaris sekaligus supirnya sedang mengurus pembukaan cabang diluar kota. Bayangan istrinya terus berputaran diatas kepalanya. Membuat ia tidak berkonsentrasi menyetir.

"Sial!" umpat Arfa. Ia hampir menabrak pembatas jalan karena melamun. Dia kembali melajukan mobilnya. Tiba - tiba matanya menangkap sesuatu. Anna?

Terlihat Sofia sedang bersama pria yang ia benci. Cepat sekali ia sampai kekantor. Padahal dia yang terlebih dahulu berangkat pergi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!