Bab 2 Malam Pertama

Seorang pria berjalan dengan angkuh menuju kamarnya. Seharian ia menahan amarah didada menunggu resepsi pernikahannya selesai. Andai saja gadis itu menolak perjodohan mereka sebulan yang lalu. Mungkin pernikahan ini tidak akan pernah terjadi.

Tangannya terkepal saat mengingat kembali gadis yang kini menjadi istrinya mengucap janji. Bahwa dia akan menolak perjodohan itu. Namun, dengan licik gadis itu menerima lamaran dari keluarganya. Yang berarti menerima perjodohan itu.

Cklek !

Suara pintu terbuka dari luar. Seorang gadis yang sedang menatap dirinya didepan cermin mengalihkan pandangannya keasal suara. Ia melihat pria yang kini telah menjadi suaminya masuk kedalam kamar yang ia tempati. Ia tersenyum manis kepada Arfa yang berjalan mendekat kearahnya. Seketika senyum itu hilang saat sang suami hanya menampakkan sebuah tatapan tajam yang terpancar dari wajahnya.

"Arfa aku - " ucapan Sofia terputus.

Plaaak

Suara tamparan nyaring terdengar diruangan itu. Arfa telah melepaskan satu tamparan pada istrinya. Wajahnya terus memancarkan amarah dari lubuk hatinya. Ia merasa dikhianati gadis didepannya.

Sofia menyentuh pipinya yang terasa panas. Ia menatap suaminya dengan mata berkaca - kaca. Tadi dia akan menjelaskan semuanya. Tentang dirinya yang tidak bisa dihubungi karena sebuah alasan.

"Puas? " tanya Arfa dingin. Menatap tajam istrinya. Meluapkan kesal yang telah menggunung dihatinya.

"Maksud kamu apa? " tanya Sofia pelan. Ia menatap bingung suaminya. Air matanya semakin menganak. Jika ia menutup matanya. Maka air mata itu akan terjatuh.

"Tidak usah berpura - pura. Janji kamu apa hah? " Arfa menatap geram istrinya, yang masih berani berbicara didepannya.

"Cih! " tambahnya. "Pembohong! " dia sangat kesal dan benci kepada gadis yang ada dihadapannya. Arrghh karena dia pernikahan ini terjadi. Semua orang sudah tahu bahwa ia telah menikah. Termasuk kekasihnya.

"Maafkan aku untuk janji yang tidak bisa aku tepati. Tapi kamu harus tahu. Selama empat tahun mengenal kamu. Selama itu juga aku menyimpan perasaan kepadamu. Sejak kita berteman sampai sekarang tidak berkurang. Setelah aku pikir - pikir, ini saat yang tepat untukku menunjukannya kepadamu. Aku tidak akan menyia - nyiakan kesempatan yang ada." ujar Sofia air matanya pun lolos begitu saja dari matanya. Setelah mengerti arah pembicaraan suaminya.

Padahal dia tadinya akan meminta bantuan Arfa. Menceritakan semuanya kepada sahabatnya itu. Berbicara sebagai sahabat seperti dulu. Bukan sebagai suami istri.

"Pembohong. Caramu sungguh licik. Aku baru tahu karaktermu. Tidak kusangka. Tega menyakiti wanita lain, demi memuaskan ego sendiri. " balas Arfa menyudutkan istrinya. Dia tidak peduli dengan ungkapan hati istrinya yang baru ia ketahui.

"Aku akui memang aku berbohong dan licik. Aku telah menipumu. Tapi ini tidak salah. Lagi pula pernikahan lebih baik dari pada menjalin hubungan tanpa status yang jelas. Bukan aku yang tega. Karena ini sudah takdir. Bahwa kita berjodoh. " ujar Sofia. Tampak tenang. Ia berusaha untuk tidak menangis lagi. Walau laki - laki yang ada dihadapannya seperti akan melenyapkanya.

"Jika kamu tidak menerima lamaranku pernikahan ini tidak akan terjadi. " geram Arfa mendengar jawaban Sofia.

"Sudahlah lagi pula ini sudah terjadi." ujar Sofia terbawa kesal. "Kenapa harus dipermasalahkan? Terima saja takdir."

"Lalu bagaimana dengan kekasihku? " tanya Arfa sedikit berteriak. Untung saja pintu kamarnya telah ia kunci tadi. Jadi tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka.

"Putuskan saja. Lagi pula kamu sudah memiliki istri yang tak kalah cantik darinya. Sangat mudah bagiku membuatmu jatuh cinta kepadaku. " jawab Sofia tambah kesal. Tidak sedih seperti tadi lagi. Ini saatnya ia mengungkapkan sesuatu yang mengganjal dihatinya. Lelah juga memendam sesuatu didalam hati tanpa ada orang yang tahu.

"Hah! Percaya diri sekali. Mana mungkin aku jatuh cinta pada gadis sepertimu. Gadis super culun. Berbanding jauh dengan gadisku. " ejek Arfa.

"Kita lihat saja nanti. Aku yakin bisa membuatmu jatuh cinta. " ujar Sofia percaya diri membuat Arfa geram. Terlihat urat leher suaminya karena menahan amarah.

Drrt drrt drrt

Terdengar suara dering telepon milik suaminya. Ternyata kekasihnya yang menghubungi. Sofia hanya bisa menghela nafas. Suaminya melangkah kearah pintu. Ia akan menemui kekasihnya malam ini.

Dalam hitungan detik, langkah kaki suaminya terhenti. Tiba-tiba, rahangnya dicengkram dengan kuat oleh tangan laki - laki yang paling dia sayangi. Sofia hanya bisa merekatkan gigi - giginya menahan sakit.

"Kita lihat. Sampai mana kamu bertahan mencintaiku? Setelah apa yang akan terus aku lakukan kepadamu. " ujar Arfa dengan mata yang menyala menatap penuh benci.

"Baik aku terima tantangan kamu Arf. Aku percaya kamu bisa jatuh cinta kepadaku. Hanya butuh waktu sampai itu terjadi. " jawab Sofia yang tanpa dia sadari tambah memancing amarah Arfa keluar.

"Terus tambah rasa percaya dirimu, karena pada akhirnya akan berujung dengan sadar diri. Tidak tahu malu. " ujar Arfa. Dia menambah cengkraman dirahang istrinya. Sampai istrinya terdorong kebelakang. Dengan gerakan cepat. Arfa menghempaskan tubuh istrinya kemeja rias membuat tubuh sang istri terjatuh kelantai. Lalu pergi tidak peduli dengan istrinya.

Blam!

Arfa membanting pintu kamarnya. Setelah meluapkan amarahnya. Dia meninggalkan istrinya sendiri. Dan dia pergi akan menemui kekasihnya.

Sofia terduduk dilantai. Kedua matanya sangat panas. Tanpa bisa ditahan lagi air matanya menetes deras membasahi pipi. Didepan suaminya dia hanya berpura - pura tegar. Padahal hatinya rapuh. Hatinya bergetar. Dan jantungnya berdetak kencang. Saat mendengar orang lain membentaknya. Apalagi ini, suaminya berani bermain fisik.

"Hiks hiks hiks!!! Mama papa. Aku takut. " lirih Sofia disela tangisannya. Kedua orangtuanya tidak pernah memperlakukan ia seperti itu. Tapi Arfa sungguh berani.

Jika bukan karena Ferdi. Orang yang mengancamnya agar menikah dengan Arfa. Dia tidak akan mau menerima perjodohan itu. Meskipun dia mencintai Arfa. Cintanya tulus. Tidak harus memiliki. Dengan melihat Arfa bahagia. Itu sudah cukup baginya.

Tangisan Sofia dimalam pertamanya setelah menikah belum berhenti. Tangis itu semakin kencang. Bayang - bayang suaminya terus berputar dipikirannya. Ia menatap pintu dimana suaminya pergi meninggalkan luka.

"Empat tahun lalu aku selalu berdo'a, diwaktu yang sama dan keinginan yang sama. Dimana aku meminta kamu menjadi jodohku. " Sofia menarik nafas disela tangisnya.

"Setelah kita lulus kuliah. Dan tidak memungkinkan untuk bertemu lagi. Aku menghentikan do'aku. Menyerah dengan keinginanku. Aku hanya meminta diberikan jodoh yang terbaik untukku. Tetapi, disaat itu. Belum ada enam bulan Allah menjawab do'a dan keinginanku. Dengan tiba - tiba dalam keadaan seperti ini. Aku tidak menyesal. Karena Allah yang maha tahu. Mana yang terbaik untukku. Maafkan aku Arf. " lirih Sofia. Air matanya terus menetes membasahi pipi.

"Maafkan aku yang rakus. Dan membuat kita menikah. Walaupun kita sudah menikah. Aku tidak akan meminta kembali hatimu kepada Allah. Aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Aku memang berharap kita berjodoh. Tapi tidak seperti ini. Saling membenci."

Cukup lama ia menangis dan mengingat masa lalu. Dengan air mata yang sudah mengering. Ia bangit dari duduknya. Lalu masuk kamar mandi. Akan membersihkan diri.

.

.

Mobil yang Arfa kendarai telah sampai diparkiran hotel. Dia  masuk kedalam lift. Suasana hotel sudah sangat sepi. Dari ketika dia berangkat tadi. Sampai pulang kembali. Waktu menunjukan pukul dua belas malam. Dia telah sampai didepan pintu kamar. Setelah menemui kekasihnya.Menarik nafas lalu mengeluarkannya.

Baru selangkah ia menginjakkan kaki dilantai kamar. Terlihat istrinya tengah mengeringkan rambut yang digerai kedepan. Menghadap kaca. Dan membelakangi dirinya. Menampakkan punggung putihnya. Wajahnya terlihat segar dari pantulan kaca. Baju gaun tidurnya seatas lutut berwarna biru langit. Cantik. Sangat cantik. Kecantikan yang tersembunyi dibalik kerudung panjang yang selama ini ia kenakan. Rambutnya panjang dan bergelombang sepinggang. Arfa sempat terpana. Tapi dengan cepat ia membuang mukannya.

"Memakai pakaian apapun atau tidak sama sekali. Kamu tidak akan bisa menggodaku karena aku tidak akan pernah tergoda oleh gadis licik sepertimu. " ujar Arfa sinis.

Sofia berbalik. Rambutnya masih sedikit basah. Matanya bulat sempurna menatap suaminya. Bulu mata lentik menghiasi matanya. Jidatnya yang lebar. Wajahnya yang persegi dengan dagu tegas dan pipi cubby. Bibirnya mungil berwarna merah muda. Terlihat seperti boneka. Sangat cantik.

Deg deg deg

Jantung Arfa berdegup kencang. Tidak seperti tadi saat istrinya masih mengenakkan kerudung. Gadis dihadapannya benar - benar sangat cantik sempurna. Jauh dari apa yang selama ini dia bayangkan.

"Oh ya? Jadi tidak apa - apakan aku pakai baju seperti ini terus setiap harinya? " tanya Sofia ketus. Membuat pipinya sedikit bergelembung. Padahal sebelum menikahpun. Ketika akan tidur. Pakaian dia memang seperti itu. "Dasar narsis! " ucap Sofia dalam hati menahan emosi.

"Whatever! " ujar Arfa meninggalkan istrinya. Lalu ia masuk kekamar mandi. Membersihkan diri.

Air mata Sofia kembali mentetes. Bibirnya terkatup rapat. Giginya dia rekatkan. Dia menatap pintu kamar mandi. Lalu berbaring dikasur. Ia tidak mau tidur disopa. Karena waktu sebelum menikahpun dia tidur dikasur. Anehkan kalau habis nikah malah tidur disopa. Pikir Sofia dalam hati.

Arfa selesai mandi. Ia hanya memakai handuk sepinggang. Lalu ia melirik kearah tempat tidur. Melihat Sofia tidur disana. Dengan nyaman dan damai. Selimut menutup sampai batas dadanya.

"Dasar murahan. Kamu pikir aku akan tergoda? Dengan caramu tidur ditempat tidur yang sama denganku. " ujar Arfa sedikit keras. Agar Sofia dengar. Dan benar saja. Sofia memang mendengar. Dia hanya pura - pura tidur untuk menghindari Arfa.

"Begitukah caramu mengejar cinta? Dengan menjual diri kepadaku. Menyerahkan dirimu atas nama pernikahan karena terobsesi denganku. Kamu tidak ada apa - apanya dibanding gadisku. Dasar murahan." tambahnya. Hati Sofia berdesir sakit mendengar kata - kata itu.

Selesai memakai baju. Arfa segera naik ketempat tidur. Lalu menutup matanya dan tidur.

Sofia yang mendengar dengkuran Arfa. Kembali membuka mata. Menghapus sisa air mata yang keluar. Dia melihat suaminya membelakanginya. Dia menghela nafas pelan. Menatap lekat punggung laki - laki yang namanya sulit dihapus dari hatinya. Perlahan ia mendekati laki - laki itu. Mengguncang tubuhnya. Tidak ada respon. Dia tambah mendekat lalu memeluknya dari belakang. Menyembunyikan wajahnya dipunggung milik suaminya.

"Biarkan aku memelukmu seperti ini Arf. Aku tidak tahu sampai kapan diberi kesempatan berada disampingmu. Maafkan aku! " ujar Sofia dalam hati.

Arfa masih tersadar. Dia hanya berpura - pura tidur. Dan benar saja. Sofia lancang menyentuh tubuhnya. Tetapi karena pikirannya sedang kacau, dia memilih membiarkan istrinya memeluknya. Besok dia akan memikirkan hukuman apa yang akan diberikan kepada istrinya.

Ditempat lain. Seorang pria tengah menatap gadis yang sedang berbaring ditempat tidur miliknya. Bibirnya menyeringai. Ia masih ingat bagaimana gadis itu mengkhianatinya.

Satu bulan yang lalu. Seperti biasa. Ia akan menjemput kekasihnya. Kekasih yang ia sembunyikan. Karena mereka menjalin hubungan pacaran diam - diam. Karena kedua orangtua mereka bermusuhan.

Malam itu, mereka berjanji akan bertemu. Namun, tiba - tiba gadisnya membatalkan pertemuan mereka. Padahal dia telah siap akan pergi menemui. Tanpa sepengetahuan kekasihnya. Ia tetap datang ketempat dimana kekasihnya melakukan pemotretan.

Ia memarkirkan mobilnya agak jauh dari tempat itu. Lalu ia memantau. Menunggu kekasihnya keluar. Cukup lama ia menunggu. Sampai kekasihnya muncul. Sesuatu terjadi sesuai dengan apa yang dia pikirkan.

Kekasihnya dijemput oleh pria yang mereka manfaatkan. Dia adalah Arfa. Pria yang kurang beruntung karena mencintai gadis yang sudah memiliki kekasih.

Dan pasangan yang memanfaatkan Arfa adalah Ferdi dan Gladis. Tiga tahun yang lalu. Arfa menyatakan cinta kepada Gladis. Dimana saat itu, hubungan Ferdi dan Gladis sedang diambang kehancuran. Karena orangtua mereka mengetahui hubungan mereka.

Saat Arfa membawa cinta untuk Gladis. Ferdi dan kekasihnya membuat rencana. Mereka akan memanfaatkan Arfa. Mengelabui orangtua mereka dengan pura - pura Arfa menjadi kekasih Gladis.

Namun, lambat laun. Ferdi menyadari kekasihnya sedikit berubah. Gladis sepertinya telah jatuh cinta pada orang yang mereka manfaatkan.

Dan terbukti. Kini kekasihnya lebih memilih bertemu Arfa dibanding dirinya. Dia pun mengikuti kemana dua sejoli itu pergi. Ternyata mereka masuk kedalam rastoran.

Ferdi menyelinap masuk. Dia mendengarkan semua pembicaraan keduanya. Dimana Arfa akan dijodohkan. Namun menolak. Dan Gladis pun tidak mengijinkan Arfa untuk menikah.

Disana mereka membuat rencana. Pertama, meminta Sofia. Gadis yang akan dijodohkan dengan Arfa menolak. Yang kedua, jika sampai menikah maka Arfa akan membuat istrinya tidak nyaman. Dan meminta cerai kepadanya.

Ferdi yang mendengar itu sangat kesal. Pertama, karena Gladis kekasihnya seperti sangat mencintai Arfa. Kedua, Sofia adalah putri dari sahabat ayahnya. Orang yang mengelola tanah miliknya. Dia tidak akan membiarkan itu terjadi.

"Dasar pecundang!" umpatnya dalam hati kepada Arfa. Bibirnya menyeringai.

"Akan kubuat kalian berdua menyesal." ujarnya. Dan inilah yang terjadi. Dia menjebak gadis itu untuk tidur bersamanya. Dimalam yang sama dengan pernikahan Sofia dan Arfa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!