Clara langsung dilarikan ke rumah sakit. Dokter Meng, sahabat sekaligus dokter pribadi keluarganya, langsung menuju ke ICU. Dokter sudah melakukan general check up, dan menemukan ada yang salah dengan kaki Clara.
"Dok, bagaimana keadaan Clara?" tanya Nyonya Kezia.
"Begini, kaki Clara mengalami kelumpuhan sementara, sepertinya ada beberapa titik yang memperlihatkan ada saraf yang tidak bekerja sebagaimana mestinya, sehingga membuat pergerakan kakinya menjadi sulit. Tapi dengan dilakukan terapi, hal tersebut akan berangsur-angsur pulih,” jawab Dokter Meng.
"Tapi Clara pasti bisa berjalan lagi kan dok?" Nyonya Kezia mencoba meyakinkan diri.
"Sudah saya jelaskan, jika Clara melakukan terapi dengan teratur, saya yakin ia akan berjalan seperti semula. Hanya saja ada satu hal yang perlu saya konfirmasi setelah Clara sadar nanti,” kata Dokter Meng.
"Sayang, cepat sadar sayang. Kamu belakangan ini selalu bikin Mommy kuatir. Kamu tuh sebenarnya kenapa sih?" Mom Kezia mengusap kepala Clara.
"Mom, Mommy pulang dulu sama Sarah ya Mom. Daddy pasti sudah menunggu Mommy di rumah. Biar Clara, Nic yang jaga. Kalau ada apa-apa, nanti Nic kabari,” kata Nicholas.
"Baiklah, Mommy pulang dulu. Mom sebenarnya ingin menemani Clara disini, cuma Daddy juga pasti butuh Mommy dan Mom tidak mau sampai jantung Daddy kumat karena mengkuatirkan Clara."
"Ayo Mom, kita pulang,” Sarah menggandeng tangan mertuanya.
“Sayang, aku pulang dulu ya. Nanti aku minta Pak Sam kirim baju ganti dan makanan buat kamu,” kata Sarah.
"Iya sayang. Kamu hati-hati, aku titip Mommy sama Daddy dulu,” Nicholas mencium kening istrinya.
**
"Han, sambungkan telpon ke Ervan," perintah Chris.
"Siap Tuan,” jawab Han.
Tak lama,
"Tuan Ervan di line 1, Tuan,” beritahu Han.
Chris mengangkat telpon tersebut,
"Eh bro, lo baru telepon gue sekarang. Lo main kabur balik aja ke Switzerland, ninggalin kerjaan yang segunung disini,” ujar Ervan.
"Halahhhh, biasa juga lo ngerjain sendiri. Gue males disono lama-lama, yang ada gue makin kesel. Oya, kontrak kerjasama dengan Ginea Coorporation gimana?" tanya Chris.
"Ah itu justru bakalan aman bro, pemilik Ginea itu Uncle Brandon, kakak Mommy gue, jadi pasti rebes lha itu. Malahan Uncle Brandon bakalan bikin project terbesar untuk beberapa tahun ke depan,” kata Ervan.
"Kalo gitu gue bisa tenang donk ya di Switzerland,” kata Chris sambil tertawa kecil.
"Aman lha buat setahun ke depan, santai....santai. Oya, ngomong ngomong, gue minta cuti seminggu ya bro,” pinta Ervan.
"Ngapain lo cuti ampe seminggu, mau nikahan? gue kudu balik donk …,” kata Chris bercanda.
"Helahhh, nikah? jangan bikin jiwa jomblo gue semakin meronta-ronta,” Chris dan Ervan tertawa bersama.
"Gue mo ketemu Mommy, sekalian Om Brandon mau minta tolong sama gue. Jadi ini kesempatan kita juga buat bisa dapetin project besar itu,” kata Ervan menambahkan.
"Ok deh kalo gitu, gue hang up dulu ya. Ada meeting sama advertising untuk project hotel di Paris. Thank you bro. Cepetan balik abis cuti ya, kalo nggak, gue cut gaji plus bonus-bonusnya,” kata Chris sambil tertawa.
"Siap Bos …”
Ervan menutup telpon. Ia segera menyelesaikan segala pekerjaan yang membutuhkan tanda tangannya. Ervan memang dipercaya oleh Chris untuk memimpin Kantor Pusat di Jakarta, sementara Chris tetap berada di Switzerland.
Mereka berdua adalah teman dekat sejak Sekolah Menengah Atas, dan sama-sama mengambil jurusan Manajemen Bisnis.
Ervan belum tahu mengapa Uncle Brandon memanggilnya secara tiba-tiba, padahal pembicaraan mereka mengenai project baru belum dimulai, ia hanya mendengar hal tersebut dari Nicholas, kakak sepupunya, yang hanya berbeda 1 tahun darinya.
*****
Ervan melihat Clara dari balik kemudi, tatapan matanya begitu kosong, kemana Clara yang selalu ceria, demikian pikirnya.
Selama Ervan mengenal Clara, hampir tak pernah ia melihat Clara bersedih. Tapi kali ini, bahkan ia tak bisa mendengar suara keluar dari mulut sepupu yang sudah ia anggap sebagai adiknya itu.
Clara hanya melihat ke arah jendela, menikmati pemandangan indah yang mereka lalui dari Jakarta ke Malang, yang hanya bisa ia rasakan, tanpa bisa ia lihat secara jelas.
Ervan tidak berani bertanya pada Uncle Brandon secara detail, begitupun pada Aunty Kezia. Ervan hanya berhasil mengorek beberapa irformasi dari Nicholas.
Nicholas hanya bercerita bahwa adiknya berubah sejak acara kelulusan, ia mulai tidak banyak bicara. Dan hal yang paling mencengangkan adalah bahwa secara tiba-tiba penglihatan Clara bermasalah dan kepalanya yang sering terasa sakit.
Awalnya Clara akan diberangkatkan ke Malang dengan menggunakan pesawat, tetapi atas saran dokter bahwa sebaiknya Niki tidak mengalami perubahan tekanan yang akan mempengaruhi kepalanya.
Mereka sekeluarga juga sudah pergi ke psikiater, yang merupakan kakak dari Jason, Janet. Mereka tidak ingin hal yang menimpa Clara terpublikasi ke media, karena itulah mereka mencari Janet yang sudah dianggap sebagai kakak oleh Clara.
Janet mengatakan bahwa sepertinya memang terjadi sesuatu pada Clara, tapi Clara pun tidak menceritakan apa-apa kepadanya. Janet hanya memperkirakan bahwa Clara mengalami trauma.
Tuan Brandon dan Nyonya Kezia juga sudah bertanya pada Lily, sahabat Clara, tapi Lily juga tidak tahu. Setelah acara kelulusan tersebut, ia bangun hampir jam 11 siang dan hanya melihat Clara yang duduk di atas sofa sambil menatap ke arah balkon. Wajahnya memang terlihat pucat, tapi Lily mengira saat itu karena Clara kurang tidur.
**
Akhirnya mereka sampai di sebuah rumah yang sangat asri. Dengan pemandangan yang menyejukkan mata dan udara yang sangat segar.
"Mom … Mommy!” panggil Ervan.
Nyonya Kelly keluar dari dalam menyambut kedatangan Clara dan Kezia.
"Ayo masuk,” ajak Kelly.
Mereka masuk ke ruang duduk yang langsung menghadap ke arah taman, suasana rumah pedesaan yang sangat nyaman.
"Halo Cla, sudah lama Aunty tidak bertemu denganmu,” kata Kelly menyapa Clara, yang hanya dibalas sebuah senyuman tipis oleh Clara.
"Mom, aku bawa Clara keluar dulu ya,” Ervan mengambil alih kursi roda yang diduduki Clara dan mendorongnya ke arah taman belakang. Ia melakukannya agar Aunty Kezia bisa berbicara dengan Mommynya.
Ervan berhenti di taman, ia duduk di sebuah kursi panjang, tempat ia selalu mengobrol dengan Clara kalau mereka sedang ada acara kumpul keluarga di Malang.
Ervan melihat ke arah Clara, kecantikan gadis itu masih melekat disana, hanya saja tatapan kosong dan kebisuan merajai suasana tersebut. Clara-lah yang biasa memulai obrolan di antara mereka, bahkan ia tak akan pernah kehabisan bahan.
"Sungguh ini bukan Clara,” gumam Ervan.
"Ra, kamu tuh kenapa?" tanya Ervan. Ara, panggilan Ervan untuk Clara.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
HNF G
kenapa gak hipnoterapi aja, biar tau apa yg sebenarnya terjadi.
2023-11-30
0
M akhwan Firjatullah
apakah Clara buta
2023-05-02
0