4. Teknologi Merusak Kami-04

...🌏🌏🌏...

"Ya kiri, pak Karim!" teriak kami serentak saat mobil telah tiba di tempat tujuan.

Sebenarnya pak Karim memang telah berniat untuk menghentikan mobilnya tempat di mana kami selalu meminta untuk diturunkan namun, kami yang takut jika pak Karim lupa jika kami ada di dalam angkotnya hingga kami memutuskan untuk berteriak.

Mobil yang telah menepi itu membuat kami satu persatu melangkah turun lalu memberikan uang sebesar seribu rupiah kepada pak Karim. Setelah tiba di tempat tujuan kami tidak langsung mendapatkan bangunan sekolah kami namun, kami harus berjalan kaki melewati lorong panjang yang dihimpit oleh pepohonan hutan.

Tempat ini sama sekali belum terjamah dengan bantuan pemerintah seperti jalanan beraspal ataupun lampu jalan untuk menerangi para pejalan kaki bahkan di sini pun listrik belum ada. Entah karena belum terjamah oleh orang-orang atau memang desa ini belum mendapatkan bantuan.

Setiap langkah kaki kami selalu dipenuhi dengan semangat, tak peduli berapa lama perjalanan untuk bisa sampai ke sekolah.

Jalan menanjak dan jalan penurunan merupakan rintangan bagi kami. Untung saja bulan ini bukanlah musim penghujan karena jika memasuki musim penghujan maka kami akan mengalami kesusahan karena tentu saja jalanan yang sedang kami lewati saat ini akan berlumpur dan membuat jalanan menjadi licin hingga tak perlu diragukan lagi kami bahkan pernah sesekali terjatuh ataupun tergelincir karena jalanan yang licin.

Kami berlima melanjutkan perjalanan menyusuri jalanan berharap bisa sampai di sekolah untuk menerima pelajaran.

Di desa pedalaman dengan jalan yang terbilang berbahaya merupakan sebuah tantangan bagi kami. Hanya demi bersekolah kami para anak-anak desa Swatani harus berjuang bahkan mempertaruhkan nyawa untuk bisa bersekolah.

Untung saja aku punya teman-teman yang juga ingin sama-sama berjuang mempertahankan niat sekolah femi meraih cita-cita. Dulu kami tidak hanya berlima tapi berjumlah belasan namun, seiring waktu berlalu teman-teman kami perlahan berhenti sekolah satu persatu dan hanya kami yang tersisa.

Suara hewan burung-burung dan hewan-hewan ikut beradu suara yang entah datang dari mana, tak pernah senyap namun, bagi kami itu semua hal yang sudah biasa.

Seiring langkah perjalanan kami tak berselang lama langkah Mansur terhenti. Ia menunduk menatap jam yang ada pada pergelangan tangannya.

"Jam lima lewat lima puluh sembilan menit lagi. Kita harus cepat sebelum gerombolan kerbau milik pak Jenong lewat."

Itu yang dikatakan oleh Mansur. Si pria hitam berotak cerdas itu kembali mengunakan otak cerdasnya. Rintangan kami bukan hanya jalanan ini tapi para pengguna jalan ini juga merupakan rintangan kami ketika waktu telah nyaris menunjukkan pukul tujuh pas maka kami harus cepat-cepat sebelum gerombolan kerbau-kerbau milik pak Jenong itu digiring melintasi jalanan.

Hanya sebuah kerbau tapi jika terlambat sedikit maka kita harus menunggu beberapa menit agar bisa melanjutkan perjalanan untuk menunggu kumpulan kerbau-kerbau itu habis digiring.

Kami bertatapan satu persatu hingga tak berselang lama Mansur berlari lebih dulu membuat aku, Jono, Samar dan Leha ikut berlari.

Tentu saja kali ini Leha kembali menangis, ini sudah yang ketiga kalinya gadis si ratu air mata itu menangis. Kali ini bukan karena ia telah menginjak kotoran kerbau seperti yang terjadi tadi tapi ia menangis karena takut ditinggal oleh kami.

Terlebih lagi dengan aku yang memiliki kecepatan lari. Aku cukup handal dalam hal itu dan Jono tidak perlu dipertanyakan lagi. Ia berlari paling belakang.

Sepertinya kelemahannya adalah itu yaitu, membawa tubuhnya untuk berlari. Mungkin jika kami dikejar anjing maka Jono lah yang terlebih dulu diterkam. Sungguh miris sekali.

Aku berlari kencang. Keringat bercucuran membasahi tubuh kami. Untung saja Samal membawa minyak wangi jadi aku tidak perlu memikirkan bagaimana bau ku nanti.

Suara teriakan di belakang sana terdengar dan tentu saja Jono yang berteriak meminta agar aku dan yang lainnya mengurangi kecepatan lari namun, bagiku adalah siapa yang tiba paling lebih dulu maka itulah pemenangnya

Ya sebenarnya ini bukan sebuah perlombaan tapi bagiku ini adalah hal yang sangat menyenangkan.

"Lari! Lari!"

"Tunggu!"

Suara tangisan kembali terdengar. Semakin kencang kami berlari maka semakin kencang pula Leha menangis di belakang.

Aku menghentikan langkahku dengan nafas yang ngos-ngosan Dadaku kembang kemis berusaha mencari pasangan udara untuk mengisi rongga paru-paru.

Aku menoleh menatap teman-temanku yang berlari menghampiriku. Satu persatu temanku telah tiba. Samal dan Mansur kemudian disusul oleh Leha yang nampak sesenggukan sementara Jono nampak berlari paling belakang. Ia terlihat masih jauh. Tubuhnya beserta lemak itu bergerak-gerak. Perut buncitnya naik turun tidak karuan. Aku yakin setelah ia berlari timbangan berat badannya akan menjadi turun.

Namun, aku cukup khawatir dengan samal, temanku yang kurus kering itu. Harusnya Samal tak perlu berlari. Aku takut jika tulang-tulangnya itu berhambur saat ia berlari.

Maaf mungkin ini agak berlebihan. Apakah ini termasuk hal yang membully? Aku rasa tidak, ya sedikit.

Tak berselang lama Jono tiba hingga tak berselang lama segerombolan kerbau-kerbau nampak melintas di jalan hingga kami semua bercorak bahagia. Kami melompat-lompat tak tergambarkan rasa bahagia. Kita tepat waktu. Andai saja kami terlambat beberapa menit mungkin kami masih berada di sana dan harus menanti kerbau-kerbau itu digiring.

Dan itu semua karena otak cerdas si Mansur. Beberapa detik kemudian kami kembali melanjutkan perjalanan menaiki bukit yang tidak terlalu menanjak namun, cukup menguras tenaga hingga tiba di bagian atas bukit kami bisa melihat penurunan jalanan yang sedikit berkelok dan memperlihatkan sebuah bangunan yang tidak terlalu besar.

Hati kami tentu saja semakin semangat untuk melangkah. Tempat tujuan kami telah terlihat di depan mata. Beberapa anak-anak sekolah dasar telah terlihat, muncul satu persatu berjalan dari berbagai arah.

Kami tahu bukan hanya kami yang telah melalui atau melewati perjalanan panjang tapi teman-teman kami juga bahkan banyak anak-anak sekolah dasar yang sengaja berhenti sekolah karena tidak sanggup berjalan jauh seperti apa yang kami telah lalui.

Kami menghampiri pohon besar dengan tempat duduk yang terbuat dari kayu. Jono melepaskan parang yang tadi melingkar di pinggangnya lalu meletakkannya di balik semak-semak yang ada di pohon besar itu.

Kami duduk berbaris. Memakai kaos kaki dan sepatu yang sejak tadi kami letakkan di dalam kantong kresek yang telah menumpang di dalam tas lalu sendal-sendal yang telah kami gunakan kami letakkan kembali ke dalam kantong kresek itu kemudian kantong kresek berisi sendal itu kami sembunyikan di balik semak-semak bersamaan dengan parang itu.

Ya sepertinya kami telah menjadikan parang ini sebagai penjaga jadi jika ada yang ingin berbuat usil untuk mencurinya maka ia akan takut saat melihat parang ini.

Setelahnya kami bersiap-siap. Aku merapikan bajuku agar tidak terlalu kusut walaupun bagaimanapun berusahannya aku merapikan bajuku tetap saja warna kekuningan tak bisa menutupi bagaimana perjalanan kami yang telah kami lewati.

Sementara itu aku yang merapikan seragam yang ada di tubuhku, Samal kini sibuk mengurus rambut-rambutnya yang sejak tadi nampak disisir sedangkan Leha juga terlihat merapikan poninya dengan sedikit bedak yang ia usapkan hingga di bagian wajahnya aku bisa melihat bedak-bedak yang mengering menutupi pipi bekas air mata.

Setelah bersiap-siap kami melanjutkan langkah dengan gagahnya seakan siap menaklukkan berbagai tugas-tugas yang akan diberikan oleh guru kami.

Bagaimana perjalanan kami? Sulit? Rumit? Jauh atau sangat menyeramkan?

Bagaimanapun sulitnya perjalanan kami, itu semua kami lakukan hanya untuk meraih cita-cita. Sekolah tentu saja adalah hal yang paling terpenting karena dengan sekolah kami semua bisa memiliki harapan.

...🌏🌏🌏...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!