Kiara pun segera berpaling ketika pandangan Kiara dan Agam beradu pandang, sementara Agam biasa saja saat menetap wajah Kiara yang kedua kali itu, namun di pandangan mata Clara Dia sangat senang, karena ini akan memudahkan Clara untuk mengenalkan Agam dengan gadis tersebut.
"Mas Agam beli apa?" tanya Clara.
''Aku tidak tahu kalau kalian bekal ke kantor, makanya aku tadi pesan nasi di restaurant langganan ku,'' jawab Agam.
"Apakah Mas sering memesan di restauran tersebut?" tanya Clara.
"Iya, aku merasa masakan di sana paling cocok dengan lidahku," sahutnya biasa.
"Ooh, begitu ya, kapan-kapan ajak kami ke sana ya Mas," pinta Clara.
"Tentu Sayang," jawab Agam.
Agam pun menggenggam tangan Clara penuh kasih sayang.
Agam dan Clara sudah menikah 10 tahun silam, namun hingga saat ini, mereka belum dikaruniai anak. Mereka sudah pernah periksa namun rahim maupun reproduksi Agam tidak bermasalah, mungkin hanya belum dikaruniai anak saja, sehingga mereka belum diberi kesempatan untuk menimang buah hati mereka.
Usia Clara yang sudah 40 tahun dan Agam yang berusia 45 tahun, membuat Clara berpikir untuk mencarikan suaminya itu istri, karena perusahaan Agam yang sangat besar, sedang mereka belum mempunyai ahli waris. Clara takut kalau perusahaan itu akan dikuasai oleh paman dan anak pamannya, kalau Agam meninggal.
"Sayang...," Panggil Clara lembut pada suaminya, saat di perjalanan pulang.
"Iya Sayang... ada apa?" tanya Agam.
Agam selalu mesra dengan istrinya, walaupun mereka belum mempunyai anak.
"Apakah Mas terpikirkan sesuatu?" tanya Clara pelan.
"Maksudmu apa? apakah kau ingin mengadopsi anak? aku setuju kok," ucap Agam.
Agam tiidak tahu maksud yang dibicarakan Clara.
"Mas... kalau adopsi itu berarti dia anak angkat 'kan? kenapa tidak kita coba cara lain, biar Mas mempunyai anak kandung," ucap Clara.
"Maksudnya? Bayi tabung? Kita juga sudah program, cuma bayi tabung yang belum," ucap Agam.
"Maaf, Mas, aku merahasiakan sesuatu dari Mas, namun saat pemeriksaan terakhir..."
"Apa maksudmu ada yang kau rahasiakan dariku?" potong Agam.
"Iya... sebenarnya kemarin aku periksa kembali, ternyata aku mengidap kelainan di rahim alias aku mandul Mas," ucap Clara menahan nafasnya.
Agam terdiam dan menatap sekilas ke wajah Clara, kemudian dia menatap jalan yang terlihat sepi.
"Benarkah? Bukankah terakhir kita periksa kita baik-baik saja?" ucap Agam.
"Ya Mas, Mungkin rahimku sudah terlalu tua, dan tidak bisa lagi untuk mempunyai anak. Makanya Dokter bilang, aku mandul," ucap Clara.
"Trus... apa yang kau rencanakan?" tanya Agam.
"Bagaimana kalau Mas menikah lagi," ucap Clara.
"Ha ha ha ha...(tawa Agam terdengar nyaring) kau ini sungguh aneh, istri mana yang ingin menikahkan suaminya? Apakah kau tidak mencintaiku lagi?" tanya Agam pada Clara.
"Mas... bukan begitu... tapi aku takut di masa tua kita nanti, tidak ada siapapun yang bisa merawat kita," ucap Clara.
"Kita 'kan punya uang, kita bisa membeli semuanya dengan uang, kita bisa cari pembantu saja," jawab Agam ketus karena merasa tidak suka dengan saran yang diberikan Clara.
"Tidak mudah itu Mas, Bagaimana kalau kita sakit sakitan, stroke atau apalah, terus semua harta yang kita miliki dikuasai oleh mereka, terus kita dibuang di Panti Asuhan," ucap Clara lagi.
"Clara... kamu ini ada-ada saja, tidak! aku tidak akan menikah lagi," ucap Agam.
Kemudian dia pun melepaskan genggamannya dari tangan Clara. Clara pun terdiam, sementara Mama Clara yang ada di belakang pun menatap Clara dari kaca spion depan, dan mengisyaratkan telunjuknya ke hidung, agar jangan membahas itu lagi.
Sesampainya di rumah. Agam masih terlihat kesal, setelah memarkirkan mobil, dia pun turun dan pergi ke rumahnya yang sangat besar.
"Agam kok sudah datang?" tanyaMama Agam, yang kebetulan sedang duduk di ruang tamu.
"Iya Ma, aku mau Tidur siang dulu mah, Aku merasa sangat capek," ucap Agam.
"Mas, bukankah kau belum makan? Ini nasi mu Mas," panggil Clara. yang menyusul di belakang Agam.
Agam tidak menggubris perkataan Clara, dia naik ke atas meninggalkan Clara yang ada di ruang tamu, sang Mama heran karena tak biasanya Agam cuek kepada istrinya. mamanya tahu kalau Agam sangat mencintai Clara.
"Kalian ada masalah?" tanya Mama Agam.
"Tidak Mah, aku ke atas dulu ya," ucap Clara.
Clara pun menyusul Agam. Clara tampak membawa barang belanjaannya dan membawa masuk ke kamar atas.
Sementara Mama Clara juga tampak membwa barang belanjaannya di tangannya ke kamar tamu.
"Kalian belanja lagi?" tanya Mama Agam.
"Iya Ani, Clara banyak belanja hari ini, dia merasa bosan di rumah terus," ucap Mama Clara.
"Oh begitu ya, tak apalah, toh semua itu juga hasil keringat dari suaminya sendiri, tapi jangan lupa juga sering-sering periksa biar cepat dapat momongan," ucap Mama Agam.
Mama Agam memang juga sangat menyayangi Clara. Clara yang sangat pintar mengambil hati mertuanya itu bak bulan purnama di rumah itu, karena cahaya indahnya, dia sangat di sayangi.
"Baiklah Ani, aku mau istirahat dulu. Badanku terasa remuk," ucap Mama Clara.
"Silakan Besan," sahut Mama Agam.
Mama Agam pun berjalan ke dapur. Sementara Mama Clara berjalan ke kamar tamunya.
Sementara di kamar Agam. Agam tampak masih cemberut dan kesal dengan Clara.
"Mas... Apa kau marah Mas? ini solusi buat kita, kita tidak tahu apa yang terjadi nanti 'kan?" bujuk Clara.
"Aku tidak mau,l membicarakan itu lagi," ucap Agam.
"Kita bisa mencobanya Mas, kalau Mas menikah, terus Mas punya anak, itu darah daging Mas, aku akan merawatnya, kita bisa mengambil seorang wanita yang dengan sukarela kita beli rahimnya, untuk dijadikan istri kedua Mas, hanya sementara, setelah wanita itu melahirkan, Mas bisa menceraikannya, aku yang akan merawat anak itu, kelak dia berhak atas warisan yang Mas, punya" ucap Clara.
"Tapi bagaimana kalau akhirnya aku terbujuk rayuan wanita itu? Apakah kau bisa menerimanya?" tanya Agam.
"Mas... Kenapa Mas bicara seperti itu? mas hanya bersama wanita itu setelah sampai wanita itu hamil, setelah wanita itu hamil, kita bisa mengungsikan nya ke sebuah rumah mungil, sampai dia melahirkan," ucap Clara.
"Apa aku akan membiarkan anakku tumbuh di rahim tanpa kasih sayang ayahnya?" tanya Agam.
"Apa maksudmu? Apakah kau akan terus bersamanya sampai dia melahirkan?" tanya Clara.
"Tentu saja! mereka yang hamil harus slalu bersama suaminya, itu kata mereka yang berpengalaman, ada masa dia mengidam yang sangat sulit, bahkan bisa stres, dan mempengaruhi janin, dan ketika saat itu, aku tergoda olehnya? Apa kau siap?" tanya Agam lagi tampak menakutkan.
"Apakah semudah itu jatuh cinta pada wanita lain?" tanya Clara.
"Mana aku tahu, mungkin saja Tuhan membolak-balikkan hatiku, terus aku mencintai wanita itu, Apakah kau sanggup kehilanganku?" tanya Aga alagi seperti menakuti."
"Ah Mas berlebihan, sekarang Mas tidak mau di di jodohkan, tapi mengapa berpikiran sampai sejauh itu?" tanya Clara kesal.
"Aku hanya menyampaikan kemungkinan yang akan terjadi, karena aku tidak tahu takdirku kemudian, entah itu jodoh, kematian, Rizki, itu sudah ditentukan, begitu juga cinta, aku tidak bisa mengendalikan hatiku l, kalau aku kelak akan mencintai wanita lain," ucap Agam.
"Mas...."
"Sudah lah, aku mau tidur," ketus Agam.
Agam pun membaringkan tubuhnya. sementara Clara hanya menetap punggung suaminya itu dengan hati yang sangat kesal.
"Apakah aku memang harus mencobanya?"
ternyata Agam pun sekarang mulai teracuni
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Sadriyanti Lahari
pasti akan ada hati yg terluka dan rasanya sangat menyakitkan...
2023-08-24
0
Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)
Siap2 clara,,,, kuatkan hatimu
2023-01-30
1
Shinta Ohi (ig: @shinta ohi)
Meminang
2023-01-30
1