MKA 4

Saat Wati menyodorkan gelas minumannya. Secara tak sengaja Tuan Jaka memegang tangan Wati. Karna terkejut Wati hanya bisa terdiam saat menyadari tangan mereka saling bertumpu. Tidak mungkin tangannya ia tarik bisa-bisa air minum yang berada di dalam gelas akan menyiram Tuan Jaka.

Tuan Jaka yang merasakan kehangatan tangan gadis itu pada tangannya merasakan gelenyar yang aneh pada tubuhnya. Dengan refleks Tuan Jaka melepaskan tumpuan tangannya dari tangan Wati.

“Maaf” ucap Tuan Jaka sambil melepaskan tumpuan tangannya.

“Ti - Tidak apa-apa Tuan,” sahut Wati dengan gugup.

Tuan Jaka pun langsung mengambil gelas air putih yang masih berada di tangan Wati dan segera meminumnya. Melihat Tuan Jaka telah menghabiskan minumannya dan memberikan gelas kosong padanya, Wati beranjak bangun dari duduknya menuju dispenser yang berada di pojokan ruangan Tuan Jaka untuk mengisi gelas kosong itu kembali.

Selesai mengisi gelas yang kosong, Wati menuju sofa untuk menyuapi Tuan Jaka kembali. Suapan demi suapan Wati sodor kan pada Tuan Jaka. Hingga tak terasa makanan itu habis tak bersisa. Dengan buru-buru Wati membereskan peralatan makan bekas makan Tuan Jaka ke atas nampan untuk dia bawa keluar ruangan. Karna gadis itu merasa sesak jika terlalu lama duduk berdekatan dengan Tuan Jaka.

“Permisi Tuan ... Saya pamit untuk menaruh peralatan bekas makan di dapur dan izin kembali bekerja.”

“Baiklah ... Terima kasih kamu sudah mau menyuapi Saya,” ujar Tuan Jaka sambil tersenyum.

“Sama – sama Tuan,” balas Wati sambil membungkukkan sedikit badannya memberi hormat dan melangkah pergi keluar ruangan Tuan Jaka.

Setelah menutup pintu ruangan Tuan Jaka, gadis itu menyandarkan punggungnya di pintu sejenak dan menghembuskan nafas lega bisa keluar dari ruangan yang menyesakkan dadanya. Saat mulai merasa tenang Wati berjalan menuju dapur untuk meletakkan peralatan makan yang kotor dan kembali bekerja.

Reno melihat kekasihnya sudah kembali ke kasir dan menghampirinya.

“Lama amat Yank, ngapain saja di ruangan Tuan Jaka?,” tanya Reno dengan nada penuh selidik.

“Ngga ngapa-ngapain kok Mas,” jawab Wati berbohong karena tidak mau kekasihnya cemburu.

“Masa selama itu di dalam Ngga ngapa-ngapain,” ujar Reno dengan nada tak percaya.

“Iya Mas ... Benaran kok Ngga ngapa-ngapain, hanya mengobrol biasa saja.”

“Oh ya sudah kalau begitu aku kerja lagi ya Yank,” ucap Reno sambil melangkah pergi meninggalkan kekasihnya.

“Oke Mas,” sahut Wati dengan bernafas lega karna kekasihnya tidak curiga ia telah berbohong.

Sejak kejadian siang lalu di Cafe saat Tuan Jaka memintanya untuk menyuapi makan. Kejadian itu terulang lagi dan lagi, terkadang ada saja ulah Tuan Jaka yang menyuruh ini itu hingga tanpa di sengaja membuat Wati dan Tuan Jaka menjadi dekat. Meskipun mereka menjadi dekat, Wati tetap tahu batasan antara bawahan dan atasan saat di tempat kerja.

Hingga suatu hari Tuan Jaka meminta Wati untuk menemaninya ke pesta ulang tahun temannya. Gadis itu Ia ajak ke butik untuk membeli gaun dan aksesorisnya karna Tuan Jaka tahu gadis itu pasti tidak mempunyai gaun dan aksesoris untuk dikenakan ke pesta. Tuan Jaka tidak ingin gadis itu di pandang rendah oleh teman-temannya nanti.

Tepat jam tujuh malam, Tuan Jaka menjemput Wati di depan gang tempat gadis itu kos. Saat Wati tampak di depan matanya, Tuan Jaka terpukau dengan kecantikan yang di pancarkan gadis itu. Matanya tidak bisa berkedip sedetik pun dari sosok di hadapannya. Sosok bak bidadari yang turun dari kahyangan.

“Tuan ... Tuan ... “ panggil Wati sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Tuan Jaka.

Tuan Jaka pun serasa di tarik dari lamunannya.

“Ma – Maaf” ujar Tuan Jaka dengan terbata-bata.

“Kita berangkat sekarang?,” tanya Wati tersipu malu ketika menyadari Tuan Jaka menatap dirinya tanpa berkedip.

“Oke, mari kita berangkat,” jawab Tuan Jaka sambil membukakan pintu mobil di samping pengemudi untuk Wati.

Setelah Wati naik dan duduk di dalam mobil, pria itu cepat-cepat berjalan mengitari kap depan mobil, masuk dan duduk di kursi pengemudi lalu menjalankan mobilnya.

Saat di perjalanan, Tuan Jaka diam-diam selalu mencuri pandang ke arah gadis yang duduk di sampingnya. Dadanya terus berdebar kencang saat mencuri pandang gadis cantik yang berada di sampingnya dan rasa ingin memilikinya semakin kuat.

Empat puluh lima menit kemudian mereka sampai di sebuah hotel tempat acara pesta ulang tahun teman Tuan Jaka di selenggarakan. Tuan Jaka menghentikan mobilnya di depan lobi hotel, Ia turun membukakan pintu dan membantu Wati turun dari mobil. Dan memberikan kunci mobilnya ke petugas valet untuk di parkir kan.

Tuan Jaka menggandeng tangan Wati masuk ke dalam hotel. Saat masuk Tuan Jaka di sambut Tuan rumah dan teman-temannya yang lain. Melihat Tuan Jaka datang dengan menggandeng seorang gadis yang cantik, banyak mata pria yang memandang kagum kecantikan gadis itu.

Termasuk dengan teman-teman dekatnya Tuan Jaka, mereka tidak mengira sahabatnya akan datang dengan menggandeng seorang gadis yang cantik jelita. Begitu pun dengan para wanita yang hadir di sana merasa iri dengan Wati yang bisa berada di samping Tuan Jaka, pria gagah tampan rupawan dan berwibawa dambaan setiap wanita.

“Hallo Bro ... Siapa gadis ini? Cantik sekali dia. Bolehlah di kenali sama kita-kita,” ujar Bryan salah satu teman dekat Tuan Jaka sambil menyenggol lengan teman-teman lainnya.

“Nah betul itu kata Bryan,” sahut Andre sambil terkekeh menanggapi ucapan Bryan.

“Kalian Ngga perlu tahu siapa namanya,” ucap Tuan Jaka dengan menunjukkan wajah tidak senangnya saat melihat teman-temannya ada rasa tertarik dengan gadis yang digandengnya.

Mendengar perkataan Tuan Jaka, Wati terkejut dan merasa tidak enak dengan teman-teman Tuan Jaka. Apa haknya Tuan Jaka melarang teman-temannya berkenalan dengannya. Toh ia bukan kekasihnya Tuan Jaka.

“Tu ...”

“Diam kamu!,” sentak Tuan Jaka ketika mendengar gadis yang di sampingnya akan melontarkan protes.

Wati pun langsung terdiam saat mendengar nada sentakan dari Tuannya.

“Ck – ck – ck ... Pelit amat Bro sama kita-kita sampai kita tidak boleh kenalan dan tahu namanya. Jangan – jangan ....,” ujar Bryan sambil memberikan isyarat mata pada Andre dengan maksud menggoda Jaka.

Melihat isyarat Bryan, Andre langsung menanggapi dengan menaik turunkan alisnya dan mereka berdua pun tertawa.

Wati yang melihat kelakuan kedua teman Tuan Jaka hanya bisa tersipu malu mendengar godaan mereka.

Tak berapa lama acara pesta ulang tahun pun di mulai. Wati sangat takjub melihat acara pesta ulang tahun meriah yang ada di depan matanya. Seumur hidup ia belum pernah datang ke pesta yang seperti ini, ini adalah pengalaman pertamanya menghadiri sebuah pesta.

Tuan Jaka yang melihat gadis di sampingnya menatap takjub suasana sebuah pesta menyadari kalau gadis itu baru pertama kali berada di keramaian sebuah pesta yang meriah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!