Menikah Karena Anak

Menikah Karena Anak

MKA 1

Tuan Jaka menahan tengkuk Wati dan ******* bibirnya dengan pelan. Wati memberontak dengan memukul-mukul lengan Tuan Jaka. Namun Tuan Jaka tak melepaskan tautan mereka. Bahkan semakin dalam dan semakin bergairah.

Lambat laun Wati mengikuti irama yang diberikan oleh Tuan Jaka. Tangannya tanpa sadar mengalung di leher Tuan Jaka. Melihat Wati mulai terbuai, Tuan Jaka mendorong pelan tubuh Wati dan menindihnya.

Tangan Wati ia kunci di atas kepala wanita itu. Tuan Jaka terus menciumi bibir yang setiap hari menggodanya.

Ahh

Wati menggeliat kecil. Dirinya benar-benar terbuai oleh perlakuan lembut yang diberikan oleh Tuan Jaka. Perlahan tapi pasti, satu persatu tangan Tuan Jaka membuka pakaian yang melekat pada tubuh Wati hingga Wati telanjang bulat.

Tuan Jaka melepas ciumannya dan membuka pakaiannya sendiri dengan kasar. Tuan Jaka menyusuri setiap lekuk tubuh Wati dengan bibirnya. Tangannya tak tinggal diam. Meremas benda kenyal yang membuatnya begitu tergoda.

Tersadar atas apa yang akan dilakukan Tuan Jaka padanya, Wati buru-buru menarik lepas tangannya dan mendorong Tuan Jaka dari tubuhnya. Namun tubuh Tuan Jaka sama sekali tak bergeming, justru di bawah sana berusaha untuk menyusup masuk.

“Tuan, hen – hentikan,” ujar Wati sambil menahan sedikit rasa sakit. Ia refleks menggigit bibir bagian bawahnya. Tangannya dikunci kembali di atas kepalanya. Tuan Jaka memandang kedua bola mata Wati dengan pandangan berkabut gairah.

“Kamu harus jadi milikku dan mengandung anakku,” ujar Tuan Jaka sambil ******* kembali bibir Wati dengan mesra. Tuan Jaka menggigit kecil telinga Wati sehingga membuat Wati merasa geli. Tuan Jaka masih berusaha memasukkan miliknya dengan hati-hati.

Wati pasrah tidak ada lagi hal yang bisa ia lakukan. Betapa bodoh keputusannya yang menyetujui menemani Tuan Jaka ke pesta ulang tahun temannya ternyata adalah kesalahan yang fatal baginya. Ia merasa telah mengkhianati Reno, kekasihnya. Dirinya sudah ternoda dan mahkotanya telah di renggut paksa darinya. Mahkota yang seharusnya ia berikan untuk Reno saat mereka menikah nanti.

“Aaahhh ...” suara yang lolos dari bibir kecil Wati. Milik Tuan Jaka berhasil menyusup ke dalam. Tuan Jaka berhenti sejenak, mengatur nafasnya yang terengah-engah.

“Tuan tolong hentikan!.”

Wati masih berusaha menghentikan Tuan Jaka meskipun ia tahu itu hanya sia-sia belaka. Tuan Jaka justru mencium kembali bibir Wati dan kini sambil memainkan miliknya. Malam itu menjadi saksi terenggutnya milik Wati yang paling berharga.

Tuan Jaka tersenyum bangga ketika berhasil mendapatkan Wati seutuhnya. Ia tidak akan pernah melepaskan Wati dari hidupnya. Ia menginginkan Wati menjadi ibu dari anak-anaknya meskipun ia harus merebut paksa wanita itu dari kekasihnya dengan cara apa pun.

Tuan Jaka menyibakkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah cantik Wati. Membelai pipi Wati yang tengah tertidur karena kelelahan. Tuan Jaka mencium sekilas kening dan bibir Wati. Ia merengkuh Wati ke dalam pelukannya.

Pukul empat pagi Wati terbangun karena merasa ingin buang air kecil. Dia terenyak ketika menyadari dirinya berada di tempat yang asing. Dia mengingat-ingat apa yang telah terjadi. Wati memutar kepalanya dan benar saja, Tuan Jaka tertidur di sampingnya. Semua kejadian itu terasa seperti mimpi baginya.

Wati berusaha untuk duduk. Meskipun terasa nyeri di bagian bawahnya. Ia ingin membersihkan diri dan segera pergi dari tempat itu. Wati melangkah dengan tertatih ke arah kamar mandi dengan dibalut selimut ditubuhnya. Ia tidak peduli dengan keadaan Tuan Jaka yang sama seperti dirinya.

“Aauuww ... “ lirih Wati ketika melangkah menuju kamar mandi bahkan, kakinya pun terasa lemas untuk berpijak.

“Ehem ... Kalau masih terasa sakit kenapa tidak meminta bantuanku,” ujar Tuan Jaka sambil tersenyum menggoda dari tempat tidurnya.

Wajah Wati merah padam karna marah, rasanya ia ingin mencabik-cabik pria yang masih berada di atas kasur itu. Alih-alih ingin mencabik-cabik Tuan Jaka, bisa-bisa ia sendiri yang akan tercabik habis oleh pria itu. Ingin menangis tapi percuma, semuanya telah terjadi.

“Dasar bajingan!,” Umpat Wati sambil berusaha berjalan lagi karena sudah tidak tahan ingin buang air kecil.

Bibir Tuan Jaka menyunggingkan senyuman, tanpa sepengetahuan Wati, ia tersenyum mendengar umpatan itu. Setidaknya ia telah berhasil mendapatkan wanita itu.

Setelah bersusah payah akhirnya Wati sampai di depan pintu kamar mandi. Dirinya menghela nafas lega. Selesai buang air kecil Ia langsung mandi membersihkan diri dan bersiap-siap untuk meninggalkan tempat itu.

Melihat Wati sedang bersiap-siap, Tuan Jaka bangun dari tidurnya.

“Kamu mau ke mana, hem?,” tanya Tuan Jaka sambil memeluk Wati dari belakang.

“Aku mau pergi dari sini,” ucap Wati dengan kesal sambil menepis pelukan Tuan Jaka di pinggangnya.

“Kamu tidak boleh pergi dari sini,” ujar Tuan Jaka sambil mencium bahu Wati sekilas.

“Kamu gila Tuan Jaka, apa hakmu melarang aku pergi dari sini?!,” sentak Wati dengan berang.

“Hei ... Hei ... Hei ... Apa kamu sudah lupa apa yang baru saja terjadi di antara kita?. Bisa saja esok hari kamu akan mengandung anakku.”

“Tidak akan! ... Itu tidak akan terjadi!. Kalaupun sampai terjadi akan aku gugurkan kandunganku!.”

Dengan mata merah dan rahang mengeras menahan amarah, Tuan Jaka meraih dagu Wati dan mencengkeramnya dengan kencang.

“Awas saja kalau itu sampai terjadi. Aku tidak akan segan-segan memberikan hukuman yang berat untukmu,” ancam Tuan Jaka sambil melepaskan cengkeramannya.

Wati mengusap-usap bekas cengkeraman di dagunya sambil meringis, Ia tidak habis pikir kenapa Tuan Jaka tega melakukan hal itu padanya. Selama ini dia menghormati Tuan Jaka sebagai pemilik Cafe tempat Ia bekerja. Meskipun mereka baru bertemu setelah Wati bekerja satu tahun di sana.

Ya, Wati gadis berusia dua puluh enam tahun, gadis yang supel dan periang. Ia berwajah cantik, dengan hidung mancung, bibir mungil dan berkulit putih. Wati gadis sebatang kara, kedua orang tuanya telah meninggalkannya untuk selama-lamanya. Untuk menunjang kehidupannya dia harus bekerja, karna tabungan yang ditinggalkan oleh orang tuanya tidaklah banyak.

Apalagi rumah peninggalan orang tuanya harus Ia jual untuk membayar hutang-hutang orang tuanya semasa hidup. Gadis itu sekarang tinggal di sebuah kos an kecil yang terletak tidak jauh dari tempatnya bekerja.

Wati mempunyai kekasih yang bernama Reno, mereka telah menjalin kasih selama satu tahun lebih. Kekasihnya bekerja di tempat yang sama dengannya sebagai pramusaji dan Wati sendiri bekerja sebagai kasir di sana. Banyak pria pelanggan Cafe di sana yang menaruh hati pada Wati, tapi tidak satu pun gadis itu gubris. Baginya hanya Reno lah si pemilik hatinya.

Reno pria berusia dua puluh sembilan tahun, berasal dari keluarga sederhana. Pria dengan postur tubuh yang tidak terlalu atletik dan mempunyai wajah yang simpatik. Reno sangat mencintai Wati begitu pun sebaliknya, pria itu berharap suatu saat nanti bisa menikahi gadis yang dicintainya. Meskipun untuk mewujudkan impiannya Ia harus bekerja keras untuk mengumpulkan pundi-pundi uang.

Awalnya kehidupan Wati baik-baik saja, hingga pada suatu hari Cafe mereka bekerja kedatangan seorang pria gagah tampan dan rupawan bak pahatan patung dewa Yunani.

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!