MKA 3

Selesai membuatkan kopi untuk Tuan Jaka, Wati cepat-cepat membawa nampan yang berisi secangkir kopi ke ruangan Tuan Jaka.

Tok ... Tok ... Tok

“Masuk” terdengar suara perintah dari dalam.

Wati pun memutar knop pintu ruangan dan membukanya.

“Permisi Tuan, ini kopinya,” ujar Wati sambil melangkah masuk dan berjalan ke arah meja Tuan Jaka untuk meletakkan cangkir kopi di sana. Ketika Wati mendekat untuk menaruh cangkir kopi di atas meja tanpa sengaja Tuan Jaka mencium wangi tubuh Wati.

Mencium wangi tubuh gadis yang berada di sampingnya Ia tiba-tiba merasa bergairah. Tuan Jaka menyukai wangi tubuh Wati yang sangat memabukkan. Tanpa sadar pikiran mesum berkeliaran di kepalanya, membayangkan dirinya berada di atas tubuh Wati menindihnya dan mencumbu gadis itu tanpa ampun.

“Tuan ... Tuan ...”

Panggilan itu sontak mengembalikan pikiran Tuan Jaka yang melanglang buana.

“Eh ya” ujar Tuan Jaka dengan terkesiap.

“Apa ada lagi yang harus Saya kerjakan?,” tanya Wati pada Tuan Jaka.

“Ada ... Kamu harus bertanggung jawab atas perasaan ini” monolog Tuan Jaka dalam hati.

“Tuan?.”

“Eh ... Tolong kamu bawakan makan siang ke ruangan Saya,” ucap Tuan Jaka saat sadar dari lamunannya.

“Baik Tuan ... Kalau boleh tahu apa yang ingin Tuan makan untuk makan siang?,” tanya Wati.

“Aku ingin memakanmu,” monolog Tuan Jaka lagi dalam hati. Dengan cepat dia menghilangkan pikiran itu dari pikirannya dan langsung menjawab, “Suruh Pak Boy membuatkan Saya chicken katsu,” jawab Tuan Jaka.

“Baik Tuan ... Apa ada lagi?.”

“Tidak ... Itu saja,” sahut Tuan Jaka.

“Baik Tuan, kalau begitu Saya permisi dulu.”

“Silakan.”

Wati pun pergi keluar dari ruangan Tuan Jaka dan menuju dapur untuk menyampaikan pesanan makan siang Tuannya.

“Pak Boy ... Tuan Jaka pesan makan siang chicken katsu, jangan lama-lama ya buatnya nanti Tuan marah kalau kelamaan,” ujar Wati pada Pak Boy Chef di Cafe.

“Siap Wati ... Chicken katsu segera datang,” sahut Pak Boy sambil menunjukkan jari jempol tangannya.

Chicken katsu pun langsung dibuat. Setelah jadi Pak Boy memanggil Rini salah satu pramusaji di sana untuk mengantarkan makanan tersebut ke ruangan Tuan Jaka.

Saat di depan pintu ruangan Tuan Jaka, Rini mengetuk pintu.

Tok ... Tok ... Tok

“Masuk” perintah dari dalam ruangan. Rini membuka pintu dan melangkah masuk.

“Permisi Tuan ... Ini makan siangnya,” ujar Rini sambil melangkah menuju meja Tuan Jaka.

Melihat yang datang ke dalam ruangannya orangnya lain, Tuan Jaka mengernyitkan dahinya.

“Mana Wati?,” tanya Tuan Jaka dengan ekspresi dingin.

“Mmm ... Wati sedang sibuk Tuan, banyak tamu yang selesai makan siang akan membayar bonnya,” jawab Rini dengan wajah pias saat melihat ekspresi wajah Tuannya yang dingin.

“Suruh dia ke sini dan suruh Pak Eka menggantikan dia di kasir,” perintah Tuan Jaka.

“Ba – Baik Tuan,” sahut Rini dengan terbata-bata karna takut melihat ekspresi Tuan Jaka yang dingin.

Rini pun segera pergi meninggalkan ruangan Tuan Jaka untuk menyampaikan perintah Tuannya pada Pak Eka dan Wati.

“Pak Eka di suruh Tuan Jaka menggantikan Wati dulu di kasir dan Wati di suruh Tuan Jaka ke ruangannya,” ujar Rini saat berada di depan Pak Eka dan Wati.

“Hah Gue di panggil Tuan Jaka ke ruangannya lagi? Ada apa?,” tanya Wati sambil menunjuk ke dirinya sendirinya dengan wajah kebingungan.

“Mana Gue tahu. Gue hanya di perintah seperti itu sama Tuan Jaka,” jawab Rini sambil mengedikkan bahunya.

“Sudah sana cepat kamu hampiri Tuan Jaka, biar kasir Saya yang hendel,” perintah Pak Eka pada Wati.

“Baik Pak Eka, terima kasih,” ucap Wati sambil melangkah pergi menuju ruangan Tuan Jaka.

Melihat kekasihnya sedang berjalan, Reno menghampirinya.

“Kamu mau ke mana Yank?,” Tanya Reno pada kekasihnya.

“Aku di panggil Tuan Jaka ke ruangannya,” jawab Wati sambil tetap melangkah.

“Loh bukannya tadi kamu habis dari sana mengantarkan kopi. Sekarang ada apa lagi Tuan Jaka memanggilmu?,” ujar Reno dengan wajah bertanya-tanya.

“Mana aku tahu Mas. Ya sudah aku ke ruangan Tuan Jaka dulu,” sahut Wati.

“Hati-hati Yank,” balas Reno pada kekasihnya.

“Ha – Ha – Ha ... Kok hati-hati sih Mas? Kaya aku mau ke mana saja,” tawa dan ucap Wati saat mendengar perkataan kekasihnya.

“Ya Mas takut kalau Tuan Jaka ngapa-ngapain kamu,” ujar Reno dengan wajah khawatir.

”Sudah ah jangan suka aneh-aneh pikirannya Mas,” sahut Wati sambil mengibaskan tangannya di depan muka Reno dan melangkah pergi meninggalkan kekasihnya.

“Tok – Tok – Tok “

“Masuk” perintah dari dalam.

Wati memutar knop pintu ruangan dan melangkah masuk.

“Selamat sang Tuan ... Kata Rini, Tuan memanggil Saya. Ada yang bisa Saya bantu?,” tanya Wati pada Tuan Jaka.

“Kenapa makan siangnya bukan kamu yang antar?!,” ujar Tuan Jaka dengan mata tajam menatap Wati.

“Eh Maaf Tuan ... Tadi di kasir banyak tamu yang sudah selesai makan siang ingin membayar. Jadi Saya sehabis memberitahukan Pak Boy menu makan siang yang Tuan inginkan langsung menuju kasir. Dan Pak Boy menyuruh Rini untuk mengantarkannya ke ruangan Tuan,” terang Wati pada Tuan Jaka.

“Hem ... Baiklah, kalau begitu sekarang sebagai hukumannya tolong kamu suap in Saya makan!.”

“Ap – Apa?” Ucap Wati dengan terkejut dan mata melotot karna kaget mendengar perkataan Tuannya yang aneh kalau dia di hukum.

“Apa kamu tidak punya telinga? Sehingga Saya harus mengulang perkataan Saya?!,” sentak Tuan Jaka berpura-pura marah.

“Eh Ma – Maaf Tuan. Akan Saya lakukan,” ujar Wati sambil melangkah maju menuju meja Tuannya.

Mendengar perkataan Wati, tanpa gadis itu sadari terukir seulas senyum kemenangan di bibir Tuan Jaka.

“Kita duduk di sofa saja, jadi kamu bisa menyuapi Saya sambil duduk juga,” ucap Tuan Jaka ketika Wati sudah berdiri di sampingnya.

“Baik Tuan,” Wati pun mengambil makanan yang ada di meja Tuan Jaka dan membawanya menuju sofa diikuti Tuan Jaka dari belakang. Mereka berdua duduk bersebelahan dengan posisi Tuan Jaka duduk menyamping menghadap Wati.

Dengan tangan gemetar karena grogi Wati menyuapi Tuan Jaka.

“Aa Tuan ... “ ujar Wati menyuruh Tuan Jaka membuka mulut dan menerima suapannya.

Tuan Jaka pun membuka mulutnya dan menerima suapan dari tangan Wati. Sambil mengunyah makanan di mulutnya, Tuan Jaka memandangi gadis yang berada di depannya. Menyadari Tuan Jaka terus menatap dirinya tubuh Wati terasa panas dingin. Ia merasa tidak nyaman mendapatkan tatapan tajam mata elang dari Tuan Jaka.

Gadis itu merasa serba salah ketika tatapan mata Tuannya tidak berhenti menatapnya. Dengan tangan masih bergetar, Wati menyuapi Tuan Jaka kembali.

“Minum” ujar Tuan Jaka tiba-tiba. Dengan refleks Wati mengambilkan gelas air putih yang berada di dekatnya dan langsung menyodorkannya pada Tuan Jaka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!