bab 3

Hari H akhirnya pun tiba"

Aruni sedang dirias, ia terlihat sangat cantik dengan sanggul rambut berhiaskan bunga-bunga melati yang segar semerbak harum.

Sementara Adam sendiri terlihat tengah berdiskusi dengan para penghulu.

karena Aruni menyerahkan kepada Adam untuk mencari wali nikahnya.

sehingga ia menyerahkan wali nikah Aruni kepada Bapak penghulu.

Aruni menceritakan bahwa keluarganya tidak dekat dengan saudara dari Bapak ataupun saudara dari Ibunya, sebab itulah ia tidak tau dimana tempat tinggal para saudaranya.

" saya terima nikah dan maskawin nya Aruni binti alam Bapak Turiman,

dengan maskawin uang sebesar satu milyar rupiah dibayar tunai"

"sah sah sah"

"para saksi apakah sudah sah?"

"sah, Alhamdullilah"

Mereka semua memanjatkan doa dan mengaminkan niat baik dari kedua mempelai.

Acara resepsinya memang diadakan di rumah Adam sendiri dengan sederhana sesuai dengan permintaan Aruni.

Dengan alasan tidak mau menghambur- hambur kan uang.

Tidak banyak yang hadir pada acara resepsinya, hanya kerabat dekat Adam dan beberapa rekan bisnisnya.

Sementara dari pihak Aruni memang tidak ada, hanya kak Atin lah yang sudah Aruni anggap sebagai saudara.

Sejauh ini keluarga Adam memang tidak pernah mempermasalahkan anggota keluarga mereka menikah dengan siapa,

kalau sudah jodoh apapun bentuknya apapun kondisinya tidak dapat ditolak,,,, bentuk, dikira tempe kali ya bisa dibentuk- bentuk.

Acara resepsinya berlangsung dengan lancar dan meriah. Pukul sebelas malam berapa dari kerabat Adam dan rekan bisnisnya berpamitan pulang, ada juga yang masih asik ngobrol dengan Adam sendiri.

Pukul dua belas malam lebih Adam menyuruh Aruni untuk naik kelantai atas dan beristirahat, karena ia sudah melihat Aruni kelelahan dan beberapa kali menguap.

Dan pukul dua dini hari para tamu rekan bisnisnya sudah diantara pulang oleh supir mereka masing-masing karena ada dari beberapa mereka yang sudah benar-benar mabuk.

Sementara dilantai atas setelah membersihkan diri Aruni tampak duduk termenung di sofa, kesedihan tapak jelas di wajahnya, akan tetapi air matanya tidak dapat mengalir, kenangan-kenangan bersama kedua orangtuanya tampak menari-nari dipelupuk mata.

Kesedihan terbesar dalam hatinya adalah kedua orangtuanya tidak dapat menyaksikan hari pernikahannya dan belum bisa membahagiakan Meraka, kedua orangtuanya sudah lebih dulu berpulang kepada yang maha kuasa.

Aruni berjingkat kaget saat Adam membuka pintu, ada sedikit aroma alkohol menguar dari tubuh Adam.

"Tuan bau sekali, silakan anda bersih-bersih dulu airnya sudah saya siapkan"

"Aruni saya tidak mau mendengar kamu memanggil saya dengan sebutan Tuan lagi,

karena saya bukan majikan kamu, saya sekarang suami kamu"

"iya iya saya sudah tau, sudah sana Tuan mandi dulu",. Aruni berpura-pura biasa saja padahal dirinya sudah gugup setengah mati.

"ingat ya setelah saya selesai mandi, saya tidak mau mendengar kamu memanggil saya dengan sebutan Tuan lagi, kalau saya masih mendengar kamu memanggil saya dengan sebutan Tuan lagi habis' kamu malam ini". Sambil menjetitkan jari di kening Aruni, Adam berlalu pergi ke kamar mandi.

Adam memang sudah menyuruh kak Atin untuk membawa barang-barang Aruni dipindahkan ke kamarnya.

Adam sendiri tidak akan pernah memaksa Aruni untuk berubah sesuai dengan keinginannya, dia akan membiarkan Aruni sendiri perlahan-lahan beradaptasi. Ia ingin seterusnya Aruni bisa bahagia menjalani kehidupan bersama dirinya. Walaupun sebenarnya Adam terkesan memaksakan kehendaknya sendiri kepada Aruni.

Akan tetapi jauh di dalam lubuk hati Adam ia ingin membahagiakan gadis yatim piatu yang malang ini. Gadis yang sudah membuatnya jatuh cinta dengan tingkah pecicilannya itu.

Setelah sedikit berendam untuk merilekskan tubuh. Adam segera keluar dari kamar mandi, ia mendapati Aruni sudah menggelar dua sajadah.

Adam segera mengenakan pakaian yang sudah di siapkan Aruni untuknya.

"Kita laksanakan shalat Sunnah Tuan"

"hemm, habis kamu malam ini"

Aruni diam mematung, karena lupa dengan ultimatum suaminya, ya sekarang dia sudah bersuami.

Setelah mereka berdua mengambil air wudhu untuk mensucikan diri, mereka mengerjakan sholat dua rakaat, dan diakhiri dengan salam. Adam menjulurkan tangannya dan disambut Aruni dengan mencium tangan Adam, ia sendiri mencium kening Aruni, serta mencium ubun-ubun melapaskan doa, doa yang baik-baik tentunya yang ia panjatkan.

"tidurlah untuk malam ini aku akan melepaskanmu, akan tetapi besok jangan berharap"

setelah membisikan kata-kata itu Adam membopong Aruni untuk dibaringkan di ranjang king' saisnya.

Pagi menjelang pukul empat lebih tiga puluh menit waktu pagi Aruni terbangun, karena sudah kebiasaan dan sudah ada alarm alami dalam dirinya, ia duduk sebentar untuk menyesuaikan keadaan, dan mengumpulkan ingatan. Ia tidak lupa kalau sekarang sudah punya suami jadi dia tidak kaget ada orang lain yang tidur disebelahnya.

Ia bergegas masuk kamar mandi membersihkan diri, sekitar lima belas menit selesai, ia berdiri termangu di tepian ranjang, ia ragu untuk membangunkan suaminya dengan sebutan apa"

"aaaahh bodoamatlah"

"m_mas bos bangunan sudah waktunya untuk shalat".

tanpa dua kali panggilan Adam sudah menggeliat bangun dan mengerjapkan mata.

ia segera bergegas bangun" mencuri kecupan sekilas sambil berlalu pergi ke kamar mandi dengan tersenyum.

Aruni sendiri mematung ditepian ranjang, ia segera tersadar dan bergegas masuk keruangan pakaian melalu pintu penghubung, menyiapkan sarung serta baju Koko milik suaminya dengan hati berdebar-debar, ia belum tau apakah suaminya akan sholat di masjid seperti biasanya atau sholat berjamaah dirumah.

Ternyata Adam tidak pergi sholat ke masjid, mereka melaksanakan shalat berjamaah di dalam kamar. Setelah mengucapkan salam, Aruni mencium tangan Adam dan Adam yang mencium kening Aruni"

"ayo kita tidur lagi' kepala saya masih sedikit pusing"

"t_tapi saya harus bekerja m_ mas bos"

"Aruni sekarang kamu tidak perlu mengerjaka semua pekerjaan rumah,

tugas kamu sekarang hanya perlu mengurus saya dan anak-anak kita nantinya, dan itu harus menggunakan seumur hidup kamu"

Blush seketika muncul rona merah di pipi Aruni. Dengan malu-malu ia merebahkan diri di sebelah suaminya. Adam segera menarik Aruni kedalam pelukannya.Karena tadi malam mereka berdua sama-sama hanya tidur beberapa jam saja, mereka berdua segera terlelap.

Pukul sepuluh pagi mereka berdua sama-sama terbangun karena gesekan satu sama lain, Aruni segera membalikkan badannya merasa dirinya terlalu gugup dan malu.

"kenapa hem dimana sifat pecicilanmu itu"

Adam sengaja menggoda Aruni, ia tau Aruni masih malu-malu dan belum terbiasa.

"Siapa juga yang pecicilan" Tuan yang terlalu datar".

Aruni tidak terima karena dianggap dirinya pecicilan.

"masih berani memanggil dengan sebutan Tuan" hem" habis kamu.

Adam menangkap kedua tangan Aruni dan menekannya di atas kepala.

"ayo katakan mau dimulai dari mana dulu hukumannya"

Adam menelusuri wajah Aruni dengan ciuman-ciuman kecil.

Ia sengaja memberikan sentuhan sentuhan ringan agar Aruni bisa rileks dan tidak tegang.

Aruni sendiri hanya bisa mengerjapkan mata tidak tau apa yang harus dia perbuat. Adam membisikan kata-kata agar Aruni menyerahkan sepenuhnya kepada Adam.

Dengan perlahan-lahan Aruni pun menjadi rileks dan bisa mengikuti permainan Adam.

Terpopuler

Comments

Kar Genjreng

Kar Genjreng

itu lah tujuannya Adam.. hemmmmm 😭🤭🤭...ga menangis to lah wong tukang pecicilan... Podo bi pencilaan..🤩🤩🤩🤗👍

2023-01-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!