Masih Berduka

Pagi itu, seperti biasa aku melajukan sepeda motorku menuju ke sekolah Rajawali. Kini aku menjadi guru bahasa Inggris di sekolah itu.

Sudah satu Minggu kematian Felly, suasana sekolah seperti masih Berduka.

Kenny masih belum datang ke sekolah, begitu pun Icha. Aku sangat paham kondisi dan perasaan mereka. Mereka pasti merasa sangat kehilangan orang yang mereka sayangi.

Aku berjalan menyusuri koridor sekolah yang masih nampak sepi itu, beberapa murid yang sudah datang nampak masuk ke dalam kelas mereka masing, masing.

Guru-guru yang mulai berdatangan juga langsung masuk ke ruang guru, sebelum mereka masuk ke kelasnya masing-masing.

Sekilas aku melirik ke ruangan Kenny. Sepi dan mencekam.

Sejak Felly sakit dan di rawat di rumah sakit, Kenny benar-benar off dari sekolah. Pak Budi dan Pak Yudi yang mengambil alih masalah sekolah, aku pun membantu mereka semampuku.

Mengandalkan pengalaman mengajar di sekolah internasional, aku mulai membantu kemajuan sekolah ini, terutama dalam hal akademik.

Sebelum aku masuk ke dalam ruang guru yang terletak di sudut lorong, aku melihat Om Banu berjalan gontai menuju ke ruangan Kenny.

Dia melihatku yang masih berdiri, lalu segera datang menghampiriku.

"Selamat Pagi Om Banu!" sapa ku. Aku memang memanggilnya Om, karena kedua orang tua kami berteman, dan kami sudah kenal sejak aku kecil.

"Pagi Din! Kau rajin sekali pagi-pagi sudah datang!" sahut Om Banu.

"Iya Om, sudah biasa datang pagi-pagi, aku kan tidak repot di rumah!" kata ku.

Om Banu Menganggukan kepalanya, namun dari pancaran matanya masih terlihat raut kesedihan.

"Din, Icha mogok sekolah, kalau bisa, kau bujuklah Icha agar mau sekolah lagi, aku juga sudah bilang sama Bu Ira, aku berharap kalian bisa menghibur dan meyakinkan Icha untuk kembali ke sekolah!" tutur Om Banu.

Aku tertegun sejenak mendengar penuturan Om Banu, dulu waktu Icha berulah, hanya Kenny yang bisa membujuknya, apakah kini Kenny sudah tidak bisa lagi membujuk Icha?

"Nanti aku dan Bu Ira akan cari waktu untuk menjenguk Icha Om!" jawab ku.

"Baiklah, karena Kenny juga bolak balik ke rumah sakit untuk menengok bayinya yang masih di rawat di ruang NICU," ujar Om Banu.

"Kapan baby Aldio di perbolehkan pulang kerumah Om?" tanya ku.

"Kata Dokter, kalau berat badannya sudah mencukupi dan dia bisa mandiri tanpa inkubator!" jawab Om Banu.

"Baiklah Om, nanti sepulang mengajar aku akan ke rumah sakit untuk menjenguk baby Aldio!" ucapku. Om Banu Menganggukan kepalanya.

Kemudian dia masuk keruangan Kenny. Aku pun masuk ke dalam ruang guru yang terlihat sudah mulai ramai itu.

Pak Yudi, yang kini menjabat sebagai wakil kepala sekolah nampak sedang memberikan sedikit pengarahan kepada semua guru.

"Selamat Pagi Miss Dini!" sapa Pak Yudi yang menoleh saat aku masuk kedalam ruangan itu.

Aku spontan Menganggukan kepala dan tersenyum pada semua guru.

Lalu aku mulai duduk di kursi meja kerjaku.

"Miss Dini, sekarang kan masa ujian sekolah, habis itu kita libur kenaikan kelas, kita akan merubah sedikit kurikulum di sekolah ini!" kata Pak Yudi.

"Ooo, begitu Pak, baiklah nanti aku akan coba bantu semampuku!" jawabku.

"Miss Dini kan punya pengalaman mengajar di sekolah internasional, jadi pasti tau dong standar yang bagus itu seperti apa!" tambah Bu Iren.

"Iya, saya tau, nanti pelan-pelan akan saya aplikasikan!" jawab ku singkat.

"Nah! Gitu dong, untuk saat ini kita tidak bisa mengandalkan Mister Kenny, dia masih Berduka, jadi kalau ada yang mau di tanyakan, tanyakan langsung ke Miss Dini!" ucap Pak Yudi.

Tak lama kemudian, Pak Yudi segera keluar dari ruang guru, dia kembali ke ruangan kepala sekolah.

Beberapa guru sudah nampak meninggalkan ruang guru dan masuk ke kelas mereka masing-masing.

Aku karena bukan wali kelas, masih duduk menunggu kelas pertama di jam 9 nanti.

Bu Ira nampak mendekatiku.

"Miss, ini Icha tidak ikut ujian lho, gimana ya nilainya Miss?" tanya Bu Ira, wajahnya kelihatan bingung dan galau.

"Tadi Pak Banu juga bilang seperti itu, kita di minta untuk menjenguk dan membujuknya!" jawabku.

"Kapan kita jenguk Icha Miss? Aku jadi prihatin sama anak itu, baru juga dia bahagia!" kata Bu Ira.

"Begini saja Bu, nanti sepulang mengajar, kita kerumah sakit sebentar menjenguk Bayi Mister Kenny, setelah itu baru kita ke rumahnya untuk menjenguk Icha!" usul ku.

Bu Ira menganggukan kepalanya.

"Baiklah Miss, sampai ketemu nanti siang ya!" kata Bu Ira yang langsung beranjak pergi dan melambaikan tangannya padaku. Aku pun ikut melambaikan tangan.

****

Siang itu sepulang mengajar, aku dan Bu Ira janjian di parkiran, kebetulan kami sama-sama membawa motor.

Tak lama setelah Bu Ira muncul, kami langsung berangkat menuju ke rumah sakit, untuk menengok bayi Kenny yang masih di rawat intensif di tuang NiCU.

Sekitar 20 menit perjalanan, akhirnya kami sampai di rumah sakit itu.

Kami segera berjalan menyusuri koridor dan naik ke lantai dua menuju ke ruang NiCU.

"Maaf Bu, hanya boleh satu orang saja yang boleh masuk ke ruangan!" kata seorang suster.

Bu Ira melirik ke arahku.

"Kamu yang masuk saja Miss!" kata Bu Ira. Aku menganggukan kepalaku.

Kemudian suster mengantarku masuk ke dalam ruangan itu, tentunya dengan mengenakan masker dan seragam hijau supaya steril.

Di sisi inkubator itu, aku melihat Kenny duduk sambil memandangi bayinya yang nampak tertidur di dalam box itu.

Perlahan aku pun melangkah mendekati inkubator itu. Aku sengaja tidak menyapa Kenny, aku membiarkan dia tenggelam dalam dunianya.

Bayi itu nampak mungil dan lucu, bentuk wajahnya mirip seperti Felly, namun secara keseluruhan wajah bayi mungil itu persis seperti Kenny, manis dan tampan.

Kenny menoleh ke arahku, matanya masih menyiratlan kesedihan. Aku selalu tak tahan melihat mata itu, aku pun mengalihkan pandanganku ke arah bayi Kenny.

"Aku keluar ya Din!" ucap Kenny.

Aku hanya menganggukan kepalaku. Kemudian Kenny segera melangkah pergi meninggalkan ruangan itu.

Kembali aku menatap bayi malang itu, tiba-tiba hatiku pedih, bayi sekecil ini sudah kehilangan sosok ibu.

Tak terasa air mataku kembali menetes di pipiku.

Aku sungguh tidak tega melihat bayi Kenny dengan kondisi lahir prematur, tanpa di dampingi sosok seorang ibu di sisi nya.

Seorang suster datang menghampiriku.

"Sebentar ya Bu, bayi nya akan di beri susu dulu, sudah waktunya!" kata suster itu.

Kemudian suster itu membuka kotak inkubator dan mulai mengeluarkan bayi itu, aku mengelus pipi bayi Kenny yang kini dalam gendongan suster.

"Bayinya sehat, kini beratnya sudah 2,5 kilo, sebentar lagi dia sudah bisa di rawat mandiri!" jelas suster.

"Suster, boleh aku menggendong bayinya sebentar?" tanya ku.

Suster Menganggukan kepalanya dan langsung menyodorkan bayi itu ke arahku, aku pun langsung menggendongnya. Hangat.

Bersambung ...

****

Terpopuler

Comments

Dewi Sri

Dewi Sri

ceritanya bagus mengalir seperti di dunia nyata 👍👍

2023-02-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!