Bab 4. Mengenang kisah cinta pertama 3

Yoga bingung harus bagaimana, karena sepertinya rencananya tidak bisa terlaksana. Siang tadi Yoga sudah berusaha untuk mengajak Biqha jalan minggu ini. Tapi Biqha tidak bisa. Karena harus membantu ibunya.

Gimana caranya buat moment romantis untuk nembak Biqha, kalau dia tidak bisa bertemu dengan Biqha di luar sekolah. Masa harus nembak dirumahnya? Pikiran Yoga menjadi kalut.

Sedangkan Biqha tidak punya waktu luang untuk sekedar bermain sebentar saja. Sebagai anak sulung, sudah tentu sebisa mungkin ia ingin meringankan beban sang ibu. Sekalipun harus kehilangan waktu bermainnya, atau sekedar waktu bersantai pun Biqha relakan. Demi membantu sang ibu.

Sementara kalau mau buat moment romantis di sekolah, Erick melarangnya dengan keras. Erick bilang itu memalukan dan bisa jadi masalah.

" Kalau pihak sekolah tau bisa jadi masalah."

" Emang lo berani minta ijin ke kepsek atau pengurus sekolah ? "

" Yang ada lo bakal kena ceramah sama mereka. "

" Ini sekolah bukan tempat cari jodoh atau cari pacar. "

Yoga terus terngiang-ngiang ucapan Erick.Membuatnya semakin bingung harus bagaimana.

Keesokan harinya pada sabtu sore, Yoga mendatangi Erick di rumahnya.

" Fix.... Ada yang salah sama otak lo Ga'. Lo butuh psikiater. Lo nekat mau nembak Biqha di rumahnya ? "

Erick shock, dan tidak percaya dengan pemikiran Yoga.

" Rick temenin gue ya.....! " Pinta Yoga.

" Gak... Gak... Gak bisa. Gue mau tidur. "

Erick langsung menjatuhkan tubuhnya di ranjang. Menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuh hingga kepalanya.

Yoga tidak memperdulikan perkataan Erick. Dia langsung menarik kaki Erick hingga terjatuh. Lalu bersimpuh di hadapannya, dengan tangan disatukan di depan dada. Memohon pada Erick.

" Please.......! "

Erick mengacak-ngacak rambutnya dengan kasar. Bahkan sampai menjambak rambutnya sendiri. Frustasi menghadapi sahabatnya yang seperti ini. Benar-benar cinta gila.

Meski dengan sangat terpaksa, Erick akhirnya menuruti keinginan Yoga. Erick pun menemaninya ngapel ke rumah Biqha.

Sesampainya disana, Biqha sangat terkejut melihat kedatangan mereka. Ini memang bukan pertama kalinya Yoga datang ke rumah Biqha. Pernah beberapa kali Yoga memaksa mengantar Biqha pulang. Tapi itu tidak sampai masuk ke perkarangan, Yoga hanya mengantar sampai depan rumah saja. Dan langsung pergi setelahnya.

Biqha mempersilahkan mereka masuk dan duduk di ruang tamu yang menyatu dengan ruang nonton tv.

Yoga dan Erick memperhatikan sekitar ruangan. Ruang tamu yang tidak luas ini, hanya terdapat tiga kursi rakitan bambu dan rotan. Yang di sebagian sisi, lilitan rotannya sudah terlepas. Satu kursi panjang dan dua kursi kecil dengan meja di antaranya.

Di ujung ruangan ada sebuah buffet yang diatasnya ada tv tabung 21inc. Di depannya ada sedikit ruang lapang yang di betangkan tikar. Dan disana ada bocah lelaki yang sedang merakit prakaryanya.

" Hai boy, lagi apa ? " Tanya Erick pada bocah lelaki itu.

" Lagi buat tugas prakarya kak." Jawab bocah itu.

Tak lama kemudian Biqha keluar dari arah dalam, dengan dua gelas teh dan sepiring kue lalu meletakkanya di meja. Kemudian duduk di kursi kecil di sisi kanan. Sedang sisi kiri kosong. Karena Yoga dan Erick duduk di kursi panjang yang ada di tengah.

" Khalhihan hadha happhah? khokh thibbhah-thibbah dhathang kheshinnih? "

( Kalian ada apa? Kok tiba-tiba datang kesini?) Tanya biqha membuka percakapan.

" Tau nih Yoga. Ngebet banget minta di temeni kesini. " Jawab Erick dengan cepat.

Yoga hanya terdiam, Karena masih merasa gugup setengah mati. Entah kenapa dia bisa segugup itu, padahal dulu dia bisa dengan mudah nembak Biqha di UKS sekolah.

" Woiiii...... " Panggil Erick menyenggol lengan Yoga yang seperti mematung.

" Ya udah gi..... Ngomong buruan." Ucap Erick tidak sabaran.

" I.... Iya. Sabar dong Rick. "

Biqha mengeryitkan dahinya bingung melihat Yoga.

Kemudian muncul wanita dewasa berdaster dan jilbab panjang, menghampiri mereka.

" Temen sekolah nya Nabiqha ya...? " Sapanya ramah.

" Iya tante. "

" Hiyhah bhukh" ( Iya buk )

" I....... Iya tan. "

Jawab mereka hampir bersamaan sembari berdiri menyambut ibu Biqha. Erick dan Biqha menjawab dengan santai, sedangkan Yoga seperti orang yang ingin disidang. Tegang dan salah tingkah.

Erick mengambil inisiatif lebih dulu, mendekat kemudian meraih dan mencium punggung tangan ibu Biqha. Karena sedari tadi Yoga hanya berdiam diri dengan gerak-gerik yang membingungkan. Lalu dengan cepat yoga pun mengikutinya.

" Ya udah.... Dilanjutin aja ngobrolnya sambil diminum dan di makan kuenya. Ibu tinggal ke dalam ya..... " Ucap Ibu Biqha dengan senyum ramah.

" Iya.... Makasih tante." Jawab Erick cepat.

Sedangkan Yoga dan Biqha hanya tersenyum. Untuk sesaat keadaan sempat hening. Tak ada suara selain dari acara tv yang sedang di tonton oleh bocah lelaki yang ada disana.

Erick mendekatkan kepalanya ke telinga Yoga dan berbisik.....

" Ajak Biqha ngobrol di teras depan. Lo ngomong deh disana, buruan ! Gue biar disini aja ama adiknya. Jangan lama-lama. Gak enak sama ibunya. " Perintah Erick pada Yoga.

Erick kemudian turun. Duduk di atas tikar bersama bocah yang sedang sibuk, dengan banyak stick es krim dan lem di tangannya.

" Mau buat rumah-rumahan ya ? Kakak bantuin boleh gak ? " Ucap Erick mencoba mengakrabkan diri dengan bocah lelaki itu.

Yoga pun menuruti usulan Erick. Mereka berdua meninggalkan Erick di dalam bersama adiknya Biqha.

" Hadhah khappah Gha' ?" ( Ada apa Ga' ? )

" Bi..... Kamu tau kan kalo aku sayang banget sama kamu. Aku gak mau kehilangan kamu Bi...... " Jelas Yoga dengan wajah penuh pengharapan.

Biqha menautkan kedua alisnya memandang Yoga. Tidak mengerti kenapa Yoga tiba-tiba berkata begitu.

" Aku...... Aku pengen kita coba lebih deket lagi. Bukan hanya sekedar teman. " Yoga meraih tangan Biqha.

Biqha melebarkan matanya karena kaget. Biqha mulai mengerti kemana arah obrolan ini.

" Bi.... aku pengen kita bisa bareng bukan hanya disekolah aja, tapi di mana pun. Seperti sekarang aku bisa apelin kamu. Terus nanti bisa antar jemput kamu setiap hari. Bisa ngabisin waktu sama-sama saat weekend. Aku sayang kamu Bi..... Aku cinta sama kamu. Aku mau kamu jadi pacar aku Biqha...... "

Ucap Yoga semakin mempererat genggaman tangannya. Dan mendekatkan kedua tangan Biqha di depan dadanya.

Biqha menarik nafas panjang, menatap sendu pada Yoga. Dia tidak menyangka Yoga akan kembali mengutarakan perasaan, dan keinginannya menjadikan biqha sebagai pacarnya. Biqha menarik tanganya yang masih digenggam oleh Yoga.

" Gha'...... Hakhu khan hudhah phernhah bhilhang shamhah khamhuh. Khalhau hakhu ghakh mhahu phachar-phacharhan. Hakhu ghakh mhahu shamphe fhokhus dhan whakhthu bhelhajharkhu therghangghu gharha-gharha phacharhan. "

( Ga' ..... Aku kan udah pernah bilang sama kamu. Kalau aku gak mau pacar-pacaran. Aku gak mau sampe fokus dan waktu belajarku terganggu gara-gara pacaran.)

" Aku gak akan ganggu waktu belajar kamu Bi. Malahan kita bisa belajar bareng kan....? Walaupun gak ada untungnya kamu belajar bareng aku, karena aku gak sepinter kamu. Tapi setidaknya kita bisa sama-sama. Bi..... Aku gak akan menghambat mimpi kamu. Aku cuma mau dampingi kamu wujudin mimpi itu. Aku ingin selalu ada buat kamu Bi. Begitu pun sebaliknya. "

Jelas Yoga panjang lebar seolah tidak terima penolakan Biqha.

" Bi..... Kamu juga sayang kan sama aku...." Ungkap Yoga selanjutnya sembari meraih kedua tangan Biqha kembali.

Yoga mengambil kesimpulan itu, karena selama ini dia merasa Biqha tidak menolak perhatian juga kasih sayang yang dia berikan.

Biqha menarik tangannya kembali. Dan kemudian berkata....

" Mhahaf Gha'...... ! Hakhu ghakh bhisshah. "

( Maaf Ga'.......! Aku gak bisa. )

Biqha tertunduk sendu.

Yoga kembali kecewa. Bahkan kini lebih kecewa dari sebelumnya. Dia merasa terluka.

Yoga pulang dari rumah Biqha membawa luka di hatinya. Dan Erick yang melihat sahabatnya muram dan bersedih menjadi geram.

****

Tidak seperti dulu, kini Biqha seakan mencoba menghindari Yoga. Sekalipun Yoga berusaha seperti biasanya, tapi Biqha malah menjaga jarak darinya. Dan itu membuatnya semakin terluka. Kali ini Yoga benar-benar patah hati.

Yoga jadi pemurung, dan puncaknya hari ini. Setelah lembar hasil ulangan pra semester dibagikan, nilai Yoga anjlok. Yoga semakin bersedih. Hal itu membuat Erick benar-benar marah. Erick tidak bisa lagi membendung emosinya.

Setelah lonceng berbunyi, Erick bergegas menghampiri Biqha. Erick mengetuk meja Biqha, berusaha menarik perhatian Biqha agar menyadari keberadaannya.

" Gue mau ngomong sama lo. " Ucap Erick setelah Biqha menoleh padanya.

Melihat gurat amarah yang terukir jelas di wajah Erick, Biqha sudah bisa memprediksi apa yang akan Erick katakan. Biqha hanya diam tak mau menanggapi.

Sedangkan orang yang terkait masih belum menyadari apapun. Masih sibuk dengan renungannya sendiri.

" Eh... Gaguk. Gue mau ngomong sama lo. " Panggil Erick lagi.

Karena merasa tidak direspon, Erick akhirnya ceplas-ceplos saja di depan Biqha. Dimana masih ada beberapa siswa di sana.

" Lo gak usah belagu jadi cewek. Lo ngerasa cantik banget. HAH... " Bentak Erick.

Seketika suara Erick yang cukup keras menarik perhatian semua orang disana, termasuk Yoga.

" Merasa bangga gitu karna udah buat sohib gue patah hati. IYA ? Gak usah sok kecantikan. "

Biqha tetap diam berusaha menahan kesedihannya. Perkataan Erick sungguh menyakiti hatinya. Matanya mulai terasa panas dan basah.

" Lo seharusnya sadar diri. Udah syukur ada yang mau perduli dan tulus sayang sama lo. Bukanya dihargai.... malah di sia-siain. Songong banget lo. "

Yoga menghampiri Erick yang emosi. Lalu menatap Biqha yang terlihat sedih.

" Rick apaan sih lo...? udah yuk ! " Yoga mencoba menarik Erick menjauh, namun Erick mengabaikannya.

" Hei...... Gaguk. NGACA..! Lo pikir bakalan ada yang mau lagi sama cewek gaguk dan t**i kayak lo. "

Biqha sudah tidak bisa membendung airmatanya lagi. Ucapan Erick sangat menyakitkan baginya. Bukan hanya sakit tapi Biqha juga merasa malu di depan teman-teman yang melihatnya. Tidak tahan lagi, Biqha berlari keluar dengan airmata yang bercucuran.

" Biiii.... " Yoga hendak menyusul Biqha, tapi tangannya di cekal oleh Erick.

" Mau kemana lo? Barin aja. Gak usah pernah perduli lagi sama dia."

" Apaan sih lo Rick? Keterlaluan tau gak..... " Yoga menghempaskan tangan Erick dan bergegas pergi menyusul Biqha.

Dari kejauhan Yoga melihat Biqha masuk ke dalam toilet cewek. Yoga pun menyusulnya dan menunggunya di depan pintu masuk toilet tersebut.

Cukup lama Yoga berdiri disana. Hingga jam istirahat hampir selesai, Biqha baru keluar. Dengan sigap Yoga menarik tangan Biqha membawanya ke belakang gudang. Tempat pertama kali mereka berkenalan.

Yoga menatap sendu mata Biqha yang sembab. Hampir setengah jam Biqha menangis di toilet. Biqha menunduk, tidak berani menatap mata Yoga. Yoga mengangkat dagu Biqha dengan jari telunjuk yang ia lengkungkan. Agar Biqha bisa melihat dan membaca gerak bibirnya.

" Bi.... Maaf ! Aku salah. Aku gak seharusnya maksa kamu buat nerima aku. Dan buat kamu jadi gak nyaman sama aku. Seharusnya aku bisa ngerti keadaan kamu..... " Ucap Yoga dengan mata yang berlinang.

" Tolong maafin aku Bi ! Aku janji gak kan maksain perasaanku lagi sama kamu. Aku akan tunggu kamu. Tapi tolong jangan jauhi aku Biqha..... Kita bisa temenan lagi kayak dulu kan ? Please......! "

Mohonnya dengan airmata yang nyaris tumpah.

Setelah itu, semua membaik. Keesokan harinya, Biqha pun mencoba bersikap seperti biasanya. Melihat Yoga dan Biqha sudah kembali seperti dulu, dan Yoga sudah kembali ceria. Erick pun meminta maaf pada Biqha atas sikapnya yang keterlaluan.

****

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Sekarang mereka sudah berada di tahun terakhir sekolahnya. Detik-detik UN sudah Mereka lewati dengan baik. Tinggal menunggu waktu kelulusan.

Kini Yoga kembali dilanda kegalauan. Dia cemas memikirkan hubungannya dengan Biqha. Karena orang tuanya memaksanya kuliah di London Inggris bersama Erick. Sedang Biqha tetap akan di sini.

Yoga pernah membujuk Biqha untuk ikut dengannya ke London. Tapi Biqha menolak karena tidak bisa meninggalkan ibu dan juga adiknya. Lagipula kuliah diluar sangat berat baginya. Meskipun bisa dengan jalur beasiswa, tapi biaya hidup disana sangat besar. Keluarganya tidak akan mampu membiayainya.

Sekalipun Yoga mengatakan akan membantunya, Biqha tetap menolak. Hingga Yoga hanya bisa pasrah, menanti detik-detik perpisahannya dengan Biqha.

Flashback off.

Yoga masih termenung di kantornya. Mengingat setiap moment kebersamaannya dengan Biqha dulu.

Nama Nabiqha Azzahra begitu terpatri dihatinya. Meskipun saat kuliah di London Yoga sempat tertarik dan berhubungan dengan cewek bule disana. Tapi kenangan Biqha tak lantas hilang begitu saja.

Nyatanya hari ini, saat dia bertemu kembali dengan Biqha. Debaran itu kembali dia rasakan. Hatinya berbunga saat melihat wajah gadis cantik itu. Kini dia merindukan saat-saat bersama dengan Biqha seperti dulu.

" Kali ini kamu gak punya alasan lagi untuk nolak aku Bi...." Ucap Yoga dengan senyum ambisiusnya.

Episodes
1 Bab 1. Bertemu dengan yoga
2 Bab 2. Mengenang kisah cinta pertama
3 Bab 3. Mengenang kisah cinta pertama 2
4 Bab 4. Mengenang kisah cinta pertama 3
5 Bab 5. Awal yang indah
6 Bab 6. Perhatian Yoga
7 Bab 7. Kegalauan Yoga
8 Bab 8. Rendra dan kakak laki-lakinya.
9 Bab 9. Kencan sama adik
10 Bab 10. Bertemu rival lama
11 Bab 11. Menjadi karyawan kantoran.
12 Bab 12. Dia lagi...
13 Bab 13. Perdebatan Yoga dan Erick
14 Bab 14. Menjaga jarak
15 Bab 15. Tidak akan menyerah....
16 Bab 16. Impian yang terwujud
17 Bab 17. Ericko Ardiansyah
18 Bab 18. Teman baru
19 Bab 19. Cemburu
20 Bab 20. Cemburu 2
21 Bab 21. Jadian kan?
22 Bab 22. Ternyata.....
23 Bab 23. Jack black
24 Bab 24. Tom and Jerry
25 Bab 25. Rahasia Erick.
26 Bab 26. Kencan pertama
27 Bab 27. Tentang Erick
28 Bab 28. Privasi Erick
29 Bab 29. Kejutan.....
30 Bab 30. Rencana pernikahan.
31 Bab 31. Kesal.
32 Bab 32. Hadiah terbaik.
33 Bab 33. Kehangatan keluarga.
34 Bab 34. Kecurigaan
35 Bab 35. Kebenaran
36 Bab 36. Orang ketiga
37 Bab 37. Obsesi cinta
38 Bab 38. Sakit....
39 Bab 39. Maaf....
40 Bab 40. Introgasi
41 Bab 41. Tamu tak diundang
42 Bab 42. Salah paham.
43 Bab 43. Berjanjilah.....
44 Bab 44. Bertemu Alina.
45 Bab 45. Alina dan Biqha
46 Bab 46. Makan Bersama.
47 Bab 47. Kemarahan Erick.
48 Bab 48. Tidak ingin menyesal.
49 Bab 49. Kehilangan akal.
50 Bab 50. Karna Cinta
51 Bab 51. Kembali membaik
52 Bab 52. Tidak seperti dulu.
53 Bab 53. Terlanjur mencinta
54 Bab 54. Mencari alasan.
55 Bab 55. Aku mohon.....
56 Bab 56. Erick.....
57 Bab 57. Jangan menyerah......
58 Bab 58. Bi.....
59 Bab 59. mencoba tegar
60 Bab 60. Pelangi setelah hujan
61 Bab 61. Memutar balikan Fakta
62 Bab 62. Cemas dan panik
63 Bab 63. Malaikat penolong.
64 Bab 64. Lukisan kenangan.
65 Bab 65. Keresahan.
66 Bab 66. Kambing hitam.
67 Bab 67. Tekanan.
68 Bab 68. Luka.....
69 Bab 69. Merasa bersalah.....
70 Bab 70. Percaya padaku.
71 Bab 71. Kenangan pahit.
72 Bab 72. Kenangan pahit 2
73 Bab 73. Kenangan pahit 3.
74 Bab 74. Berjuang bersama
75 Bab 75. Tidak adil
76 Bab 76. Demi Erick.
77 Bab 77. Jangan.....
78 Bab 78. Amarah dan airmata.
79 Bab 79. Tetaplah disini.....
80 Bab 80. Pesan perpisahan.
81 Bab 81. Runtuh.
82 Bab 82. Bukti
83 Bab 83. Hotel prodeo
84 Bab 84. Bersama-sama lagi....
85 Bab 85. Mantan.....
86 Bab 86. Di paksa menikah
87 Bab 87. Menaruh curiga
88 Bab. 88. Melangkahi mayatku.
89 Bab 89. Gelisah
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1. Bertemu dengan yoga
2
Bab 2. Mengenang kisah cinta pertama
3
Bab 3. Mengenang kisah cinta pertama 2
4
Bab 4. Mengenang kisah cinta pertama 3
5
Bab 5. Awal yang indah
6
Bab 6. Perhatian Yoga
7
Bab 7. Kegalauan Yoga
8
Bab 8. Rendra dan kakak laki-lakinya.
9
Bab 9. Kencan sama adik
10
Bab 10. Bertemu rival lama
11
Bab 11. Menjadi karyawan kantoran.
12
Bab 12. Dia lagi...
13
Bab 13. Perdebatan Yoga dan Erick
14
Bab 14. Menjaga jarak
15
Bab 15. Tidak akan menyerah....
16
Bab 16. Impian yang terwujud
17
Bab 17. Ericko Ardiansyah
18
Bab 18. Teman baru
19
Bab 19. Cemburu
20
Bab 20. Cemburu 2
21
Bab 21. Jadian kan?
22
Bab 22. Ternyata.....
23
Bab 23. Jack black
24
Bab 24. Tom and Jerry
25
Bab 25. Rahasia Erick.
26
Bab 26. Kencan pertama
27
Bab 27. Tentang Erick
28
Bab 28. Privasi Erick
29
Bab 29. Kejutan.....
30
Bab 30. Rencana pernikahan.
31
Bab 31. Kesal.
32
Bab 32. Hadiah terbaik.
33
Bab 33. Kehangatan keluarga.
34
Bab 34. Kecurigaan
35
Bab 35. Kebenaran
36
Bab 36. Orang ketiga
37
Bab 37. Obsesi cinta
38
Bab 38. Sakit....
39
Bab 39. Maaf....
40
Bab 40. Introgasi
41
Bab 41. Tamu tak diundang
42
Bab 42. Salah paham.
43
Bab 43. Berjanjilah.....
44
Bab 44. Bertemu Alina.
45
Bab 45. Alina dan Biqha
46
Bab 46. Makan Bersama.
47
Bab 47. Kemarahan Erick.
48
Bab 48. Tidak ingin menyesal.
49
Bab 49. Kehilangan akal.
50
Bab 50. Karna Cinta
51
Bab 51. Kembali membaik
52
Bab 52. Tidak seperti dulu.
53
Bab 53. Terlanjur mencinta
54
Bab 54. Mencari alasan.
55
Bab 55. Aku mohon.....
56
Bab 56. Erick.....
57
Bab 57. Jangan menyerah......
58
Bab 58. Bi.....
59
Bab 59. mencoba tegar
60
Bab 60. Pelangi setelah hujan
61
Bab 61. Memutar balikan Fakta
62
Bab 62. Cemas dan panik
63
Bab 63. Malaikat penolong.
64
Bab 64. Lukisan kenangan.
65
Bab 65. Keresahan.
66
Bab 66. Kambing hitam.
67
Bab 67. Tekanan.
68
Bab 68. Luka.....
69
Bab 69. Merasa bersalah.....
70
Bab 70. Percaya padaku.
71
Bab 71. Kenangan pahit.
72
Bab 72. Kenangan pahit 2
73
Bab 73. Kenangan pahit 3.
74
Bab 74. Berjuang bersama
75
Bab 75. Tidak adil
76
Bab 76. Demi Erick.
77
Bab 77. Jangan.....
78
Bab 78. Amarah dan airmata.
79
Bab 79. Tetaplah disini.....
80
Bab 80. Pesan perpisahan.
81
Bab 81. Runtuh.
82
Bab 82. Bukti
83
Bab 83. Hotel prodeo
84
Bab 84. Bersama-sama lagi....
85
Bab 85. Mantan.....
86
Bab 86. Di paksa menikah
87
Bab 87. Menaruh curiga
88
Bab. 88. Melangkahi mayatku.
89
Bab 89. Gelisah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!